1. Prolog

13 2 0
                                    

Rambut basah,kemeja sekolah yang belum di kancing memperlihatkan kaos hitamnya,sepatu yang di tenteng,juga tas yang ia gemblok di pundak kanan.

Dia Albian,Albian Andhra Faresta, pemeran utama di cerita ini. 

"Pasti kau gak akan sarapan kan?"

Albian terperanjat,tentunya. Seorang wanita keluar dari arah dapur,memasang wajah yang entahlah Albian sendiripun tak ingin menjelaskannya terlalu rinci,takut ada yang bilang,hehe.

Albian cengengesan "aku udah telat bunda"

Bunda menggeleng "bawa bekal ya?"

Albian mengangguk "iya mau bunda,tapi jangan lama. Dikit lagi bel"

Bunda hanya bisa menarik napas dan menghembuskan perlahan, mencoba bersabar menghadapi anak satu-satunya itu "kamu kenapa sih selalu bangun telat? Semalam pasti begadang sama ayahmu itu"

Ayah Albian yang baru keluar dari kamar sama-sama terperanjat,matanya saling melirik dengan Albian,saling menyalahkan satu sama lain.

"Kan harus ada Quality time bersama anak bunda. Itu bagus buat perkembangan Albian"

Bunda kembali dari dapur,sudah menenteng Tupperware berwarna hijau toska "tapi gak sampai tengah malam. Kalian main games gak pernah ingat waktu"kata Bunda.

Ayah dan Albian hanya bisa merunduk "maaf bunda"

Bunda hanya bisa bersabar menghadapi dua lelaki di hadapannya "ini bawa,kamu makin telat sekarang"

Albian mengangguk meraih Tupperware,lalu setelah itu mencium tangan bundanya,setelahnya ayahnya.

***

"Telat Mulu Woi. Gua kan mau nyontek pr ips"

Albian mendengus "Lo tuh ya,masuk jurusan IPS. Kenapa malas belajar IPS sih? Malah semangat belajar IPA,kenapa cuy?"

Arion,lelaki yang astaghfirullah cakep banget,eh maksudnya masyallah cakep pake banget idaman para wanita,agak sedikit playboy sih,yaaa semacam memanfaatkan kegantengannya dengan sempurna,Bagus Arion kembangkan nak. 

"Karena,disini gua selalu merasakan kebahagiaan,dan lagi. Gua kan ada Lo. Yang semacam perangko, kita semacam orang pacaran nyet. Jadi Lo pasti bakal kangen kalau gua pindah ke jurusan IPA"

Albian tentu saja mendengus "denger ya kerak badak. Gua udah lelah ya tiap hari Lo sodorin cewe cakep,cewe manis,sampe cewe yang nakal juga Lo sodorin. Lo pindah gua terima kasih banget dah sumpah"

Arion mendengus "ba--"
Belum sempat Arion menyelesaikan ucapannya,guru pun sudah datang. Sepatu hak nya,mampu membuat semua murid tegang seketika. Guru tipikal yang sangat suram,semacam guru killer.
Namun Arion suka. Karna,dia guru muda dan cantik.

"Bu guru cantik dari Kahyangan,bolehkah saya meminta nomor telpon mu Bu guru?"

Bu guru itu, Farah namanya. Hanya bisa menatap datar wajah muridnya. Lalu segera menyuruh anak muridnya membuka buku paket IPS. Pelajaran pertama.

Gelak tawa segera melenyapkan atmosfer tegang yang tercipta, mungkin untuk murid-murid yang lain itu adalah lelucon konyol namun untuk Albian,ia akan merunduk dan pura-pura tak tahu apapun.

***

Di lain tempat,ada seorang gadis,duduk berdua dengan lelaki tampan. Termenung,meratapi gundukan tanah di depannya.

"Sudahlah Lex, gak perlu di sesali, mungkin rasa bersalah ada. Namun jangan selalu sedih kaya gini. Harusnya kamu berubah demi mama mu"

Alex namanya. Lelaki berwajah tampan yang sangat terpukul atas kematian mamanya itu hanya bisa membelai batu nisan bertuliskan nama mamanya, Liliana Khairar

"Kamu gak ngert!" Teriak Alex tiba-tiba

Gadis itu, atau Kiandara merasa terkejut namun segera ia ganti mimik wajah terkejutnya dengan senyum terbaik yang dia punya.

"Kita pulang ya. Sore ini kita ada penerbangan menuju Indonesia"

Alex menggeleng kuat-kuat "gue gak akan pergi Kian! Mama sendiri kasihan"

Kian,nama panggilan gadis itu, merasa bimbang "coba mengertilah Lex, kamu begini pun mama mu tak akan kembali. Jangan terlalu terpuruk dengan keadaan, cobalah memperbaiki kesalahanmu yang dulu, jadilah Alex yang baru. Mama mu tak akan bisa hidup lagi Lex,mama mu orang baik,percaya padaku dia mendapatkan tempat bagus di sana"

Alex termenung. Ucapan kekasihnya itu benar-benar menampar keras. "Kenapa di sini kamu terlihat dewasa?"

Kian tertawa kecil,sambil melangkah menuju mobil "oh ayolah. Aku hanya gadis berumur 16 tahun"

"Dan aku. 17 tahun,kenapa aku tak bisa sedewasa kamu?' tanya Alex,mengikuti langkah Kian.

Kian tertawa "aku pacar mu, tak seharusnya aku menunjukkan sikap kekanak-kanakan ku. Kamu butuh aku yang bisa berfikir dewasa,yaa aku coba dan hasil nya? Kamu akan berubah kan?"

Alex mengangguk mantap "iya aku akan berubah" katanya,sambil menyelipkan jarinya dengan jari mungil milik Kian.

Kian tersenyum,mengeratkan pegangan itu.


***

 Sabar-sabar masih prolog, sans, tenang calm down,okey? hehe. Welcome to my new story, hehe. Gimana ya? Aku ini emang gtw diri, cerita yang ono belum selesai, yang ini udah ada lagi, work yang ono udah bener-bener lupa alur akutu, sad:(

Tapi ya, yaudah nanti ku usahakan sebaik mungkin deh ya, hehe. 

Okey, happy reading,

Salam, emaknya Albian:)                                                                                                                                                                 

AlbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang