Beberapa tahun kemudian...
Tatapan Taemin tak pernah lepas dari pria tampan yang duduk disebrang mejanya. Pria yang telah mencuri hatinya ketika dibangku sekolah hingga sat ini, yang tengah asyik memainkan cincin dijari manisnya dengan sesekali tersenyum ketika mendengar candaan teman-teman disampingnya.
Awalnya, Taemin merasa sedih ketika melihat apa yang ada di jari manis pria yang ia sukai dan berharap ini hanya mimpi. Namun tidak mungkin, pria setampan Minho belum menikah diusia yang sudah matang ini. Tetapi mungkin saja jika itu Taemin, mana ada orang mau menjadi kekasih pria berpenyakitan aneh seperti dirinya. Ia tidak terlalu berharap untuk memiliki hidup yang sempurna dan ia cukup tahu diri.
Sejujurnya Taemin enggan untuk menghadiri acara reuni sekolahnya. Lihat saja, ia bahkan dianggap seperti benda tembus pandang. Tidak ada yang mengajaknya berbicara, ya tentu saja, karena Taemin memang tidak punya teman disekolahnya dulu.
Mungkin sebaiknya ia pergi untuk merokok atau mencari angin atau mungkin kabur?
"Aku akan keluar dulu untuk merokok." Entah ia berbicara pada siapa karena tidak ada yang merespon ucapannya. Benarkan jika bagi mereka, Taemin adalah benda tembus pandang. Taemin mengambl jaketnya dan melangkah keluar sambil memakai jaketnya.
"Kau mau kemana, Minho?" Tanya seseorang dan tanpa sengaja Taemin mendengarnya. Apa mereka bilang? Minho?
"Aku akan merokok diluar." Suara Minho sudah berubah sejak terakhir kali mereka bertemu. Lebih berat dan lebih dewasa tentunya.
"Wah, ketua kelas kita merokok. Apa kau sudah berhenti menjadi anak baik?"
Apa mungkin Minho mengikutinya untuk keluar juga? Ah tidak, tidak mungkin. Taemin mempercepat langkahnya untuk keluar restoran dan mencari tempat untuk merokok. Ia terus berjalan tanpa tahu arah tujuannya hingga ia sampai ditaman dekat restoran.
Taemin memutuskan untuk mencari kursi dan mendudukkan pantatnya pada kursi taman.
Ia mengeluarkan seputung rokok dan menyalakannya. Suasana ditaman pada malam hari sangat berbeda dengan siang hari. Tidak seramai ketika siang hari namun masih terdapat beberapa orang yang berlalu-lalang disekitar taman itu."Yo! Taemin!" Sontak Taemin menoleh kearah sumber suara. Betapa terkejutnya ketika ia mendapati pria yang ia hindari malah ada di depannya sekarang. Ternyata benar Minho mengikutinya bahkan sampai kesini.
"H-hai!" Ucap Taemin gugup. Ia memandang Minho namun detik berikutnya ia segera mengalihkan pandangannya dan kembali menghisap rokoknya. "Kau tidak berubah, masih suka menyendiri." Minho mendudukkan dirinya disamping Taemin.
Taemin masih asyik menghisap rokoknya tanpa memperdulikan Minho. Sebenarnya Taemin merasa gugup berada didekat Minho. Karena Minho adalah pria yang ia sukai sejak sekolah hingga sekarang dan juga karena Taemin sudah lama tidak bertemu dengan Minho, membuat suasana disekitar mereka canggung.
Minho masih betah menatap wajah Taemin yang tidak menoleh sedikit pun padanya. "Boleh aku meminta rokokmu?" Pertanyaan Minho membuat Taemin meliriknya sekilas melalui ekor matanya, sebelum Taemin sibuk mengambil rokoknya. "Ah tentu, ini." Taemin menyodorkan sepack rokok dan Minho mengambil seputung rokok.
"Korek?"
Taemin kembali memasukkan se-pack rokoknya kedalam jaket dan mencari koreknya. Ketika sudah didapat, ia menghidupkan koreknya dan mengarahkan pada Minho agar pria didepannya itu segera mendekat.
"Gomawo."Ucap Minho kemudian menghisap rokoknya. "Kenapa kau kabur?"
"Aku tidak kabur, aku hanya ingin merokok sebentar setelah itu kembali lagi." Jawab Taemin tanpa menatap lawan bicaranya.
"Kau berbohong. Jika hanya ingin merokok kau bisa melakukannya di depan restoran tanpa harus jauh-jauh kemari." Kata Minho yang juga tidak menatap lawan bicaranya. Mereka berdua menikmati rokok masing-masing dengan mengobrol tanpa menatap lawan bicaranya.
"Aniyo."
"Kau berbohong."
"Terserah."
"Kenapa kau datang ke pesta reuni ini? kau bahkan tidak mempunyai teman."
"..." Taemin hanya diam. Skakmat. Bahkan Minho tahu jika Taemin tidak mempunyai teman. Lalu apa yang akan kau lakukan Lee Taemin?
"Kau datang karena ingin bertemu denganku, kan?"
Uhuk uhuk
Sontak Taemin terbatuk mendengar perkataan Minho. "Kau baik-baik saja? Apa hiperventilasimu kambuh?" Tanya Minho panik ketika melihat Taemin yang terbatuk, mengingatkannya saat mereka masih sekolah dulu. Minho menyentuh bahu Taemin namun Taemin menepisnya.
"Aku tidak apa-apa." Taemin menarik nafas dalam-dalam dan membuang. Sial! Taemin tidak menduga jika Minho akan berpikir seperti itu. Rasanya, jika lama-lama berada di dekat Minho kemungkinan besar pria itu akan mengetahui rahasia Taemin yang menyukainya. Mungkin ada baiknya jika Taemin pergi saja.
"Kau tidak apa-apa?" Suara Minho menyadarkan Taemin dari lamunannya. Tanpa menjawab pertanyaan Minho, Taemin berdiri dan hendak pergi sebelum tangan hangat milik Minho memegang pergelangan tangannya. "Kau mau kemana?"
"Kembali ke restoran." Jawab Taemin membelakangi Minho duduk memegang pergelangan tangannya. "Kesana bukan arah ke restoran. Kau mau kabur, kan?" Minho berdiri dan menarik tangan Taemin agar Taemin menghadap padanya. Meskipun bukan tarikan yang kencang tapi hal tersebut berhasil membuat Taemin berbalik dan menatap Minho.
"Apa mau mu?"
"Mau ku? Ini." sekali lagi Minho menarik tangan Taemin membuat jarak antara mereka semakin tipis. Minho melingkarkan tangannya kepinggang ramping Taemin dan tangan satunya meraih dagu Taemin agar menatapnya. Sedangkan kedua tangan Taemin berada didada Minho, ia bisa merasakan jika jantung Minho berdegup kencang seperti miliknya. Apa mungkin Minho juga merasakan apa yang Taemin rasakan?
Taemin menatap kedua manik mata legam milik Minho dan seketika pipinya terasa panas karena bersemu, ia bahkan bisa merasakan nafas Minho yang menerpa wajahnya.Perlahan Minho memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Taemin, menghapus jarak diantara mereka. Bibir Minho menempelkan diatas bibir Taemin dan sedikit melumat bibir tipis yang mampu menjadi candu bagi Minho.
Taemin tidak membalas ciuman Minho karena ia terlalu terkejut dengan perlakuan Minho yang tiba-tiba menciumnya. Seakan sadar dimana mereka sekarang, Taemin mendorong pelan dada Minho membuat panggutan bibir mereka terputus. Minho berdecak kesal pada Taemin. "K-kenapa kau menciumku? Bagaimana jika ada yang melihat?"
"Karena aku ingin dan aku tidak peduli. Kajja!" Minho melepaskan tangannya pada pinggang Taemin dan menarik sebelah tangan Taemin menuju suatu tempat.
"Kita mau kemana?"
"Kabur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyperventilation - 2MIN
FanfictionDi musim salju, Taemin menghadiri pesta reuni sekolahnya hanya demi bisa bertemu dengan Minho, pria yang diam-diam ia sukai. Meskipun pada nyatanya, Taemin sulit untuk berbaur dengan lainnya karena sifatnya yang pemalu. Ia memutuskan pergi keluar re...