Dua

4 1 0
                                    

Keramaian menyambut Ai yang baru saja menapakan kaki dipintu depan kelasnya. Ia melangkah masuk dengan alis mengkerut. Merupakan kejadian langka melihat hampir seluruh murid dikelasnya datang pagi buta seperti saat ini.

Pagi buta ndas mu. Lihat jam Aimee Feodora! Jangan lupakan bagaimana cara lo masuk lewat depan gerbang yang tinggal dua jengkal sebelum tertutup sempurna! Batin kecilnya berteriak mengingatkan.

“Ada apa?” Kehadiran Ai ditengah pembicaraan penting berhasil membuat kelima gadis itu terhenti. Mengalihkan tatapan mereka ke satu titik yang menampilkan raut bingung dengan nafas tersegal.

“Udah masuk lo? Sekolah ngadain bazar makanan minggu depan. Masing – masing kelas harus ngirim setidaknya satu kelompok perwakilan.” Jelas Citra.

Ai mengangguk lalu terdiam, terlihat jelas gadis itu sedang memahami penjelasan sang ketua kelas. “Buat?”

Freya menyipit. “Bukannya lo ikut OSIS ya yi?”

Ai mengangguk. “Iya ikut. Tapi gua sama sekali ga tau menau soal kegiatan itu. lo tau sendiri gua dispen kemarin.” Gadis itu meletakan tas ranselnya ke tempat dimana ia duduk. Sebelum akhirnya kembali bergabung.

“Jadi gini loh yi. Sekolah kita minggu depan ngadain bazar. Ga tau deh buat ngerayain apaan. Nah setiap kelas harus ada perwakilan. Minimal satu kelompok dua orang buat jaga stand.” Citra menjelaskan lagi. Kini lebih terperinci. “Jadi, kita lagi bahas soal jenis makanan apa yang harus kita jual. Gitu.”

Mulut Ai membulat, mengucapkan kata oh cukup panjang. “Terus kalian sudah dapat ide apa?” Mata berbulu lentik itu menatap temannya satu persatu. “Belum ada?” tebaknya karena tidak mendapat sahutan sama sekali.

Ai berpikir. Jari telunjuknya mengetuk – ngetuk dagu bawahnya. Gaya khas Ai ketika sedang memutar otak. “Hmmm... Apa ada syaratnya Tra? Maksud gua kayak makanan ringan seperti jajanan atau makanan berat seperti nasi?”

“Bebas. Terserah. Kalo bisa minumannya juga ada.” Kepalanya mengangguk – angguk.

Jadi makanan serta minuman apa yang banyak disukai juga dicari semua kalangan walaupun sudah berakhir masa kejayanya? Ditambah tidak dapat dijumpai dikantin sekolah ini?

Sudut bibir Ai terangkat. Bola kehitaman itu memandang kelima temannya penuh binar. Kegiatannya mendapat sorot harap dari mereka yang menyaksikan.

🍃🍃🍃🍃🍃

Hal yang paling dibenci Ai, selain toilet bau serta kelas kotor, adalah suasana kantin ketika jam istirahat berdentang. Hanya dengan melihat murid – murid lain berdesakan demi mengisi kembali tenaga mereka yang terkuras habis, sukses membuat gadis itu -entah mengapa- sangat enggan.

Andai ia tidak meninggalkan bekal yang biasa ia bawa diatas meja makan, Ai tidak perlu repot – repot menginjakan kakinya kesini.

Ini semua karena jadwal dadakan ia miliki kemarin. Membuatnya pulang terlalu larut, sehingga terbangun dua puluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Untung saja jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan kurang lebih lima belas menit jika berlari bagaikan kuda pacu.

Dengan mandi seadanya, memakai seragam secepat artis mengganti busana, tanpa sempat sarapan, bahkan sampai mengabaikan teriakan sang bunda.

Ai menghela nafas. Jika dalam hitungan ke lima kantin ini tidak menyepi, ia akan kembali ke kelas tanpa peduli teriakan puluhan cacing yang minta makan.

Satu.

Di sebrang sana, sekumpulan siswa berjalan masuk sembari tertawa. Disampingnya datang pula empat orang siswi, langsung menghampiri salah satu stan yang ada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

La Dernièr Mèlodi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang