.
"Hoeekk!!"
Jika dikira, sudah hampir sepuluh kali suara itu keluar dari kamar mandi yang tak tertutup rapat. Haechan hanya mengernyit aneh. Apa Mark salah makan ketika liburan bersamanya ke kampung halaman di jeju? Kalau begitu, kasihan sekali dirinya.
Haechan menatap kue curos nya yang tinggal separuh, jatah sarapan milik Mark yang ia ambil. Kemudian menatap pendampingnya yang masih lemas terduduk di lantai kamar mandi yang dingin di depan closet.
"Miris sekali wajahnya," gumam Haechan pelan sambil melanjutkan makan curos yang tertunda. Tidak memperdulikan Mark yang seperti mayat hidup di kamar mandi.
"Mark! Cepat keluar atau tidak sarapanmu aku embat, ya?!" Itu Haechan yang berteriak dari luar kamar.
Mark hanya bisa memijat pelipisnya. Kepalanya sangat pusing saat ini. Ada yang salah pada tubuhnya sepulang dari Jeju empat hari yang lalu. Mendadak ia mual dan ingin muntah. Tapi ketika ia muntah, ia tak bisa mengeluarkan apa apa selain lendir liurnya sendiri. Badannya juga sangat lemas. Mengganggu aktivitasnya selama empat hari ini.
Ia mencoba berdiri dengan bantuan dinding. Bersiap ingin bekerja sekaligus kuliah malam ini. Mendatangi kesayangannya yang dengan lahap memakan segala jenis roti yang Mommy hidangkan untuk sarapan. Ia mendudukkan diri di samping kesayangannya yang sibuk dengan ponselnya. Bertemu dengan keluarga virtualnya di daerah bernama pochinki.
Mark memandang heran meja makan. Tadi sebelum Mommy dan Papanya pergi, juga sebelum ia berlari ke kamar mandi untuk muntah, sekilas ia melihat ada banyak roti curos yang berada di atas piringnya. Tapi kenapa sekarang hanya tinggal satu?
"Chan, curos yang lain kemana?" Tanya Mark heran. Haechan hanya memandangnya takut-takut. Dengan senyum terpaksa, ia mencicit menjelaskan.
"Aku lapar. Kau lama sekali keluar dari kamar mandi, jadi aku minta. Tak apa kan?" Jelasnya sambil menggunakan jurus puppy eyes yang uwu
Apa Mark akan marah?
"Tak apa Chan, kalau masih kurang habiskan saja. Tapi jangan diet lagi kamu ya?"
Tidak. Karena Haechan sangat uwu tadi. Mana tega Mark tuh~
Haechan hanya mengangguk patuh. Tumben sekali, tidak ada keributan di pagi ini. Mark bangkit setelah mengecup kening dan bibir peach milik sang tersayang. Siap berangkat bekerja mencari nafkah untuk kesayangannya itu.
Namun sebelum mencapai pintu, pergelangan tangan Mark ditahan Haechan. Bingung, Mark menoleh sesaat. Hanya untuk mendapati salah satu pipinya di kecup mesra.
"Hati-hati" katanya sambil tersenyum merekah.
Haechan yang mendadak clingy, membuat Mark lupa akan sakit dibadannya. Uluh uluh, mimisan daku tuh.
^,^
"Mark, berkasnya huwaaa!!!" Ryujin menjerit seketika. Saat ia dengan santai menuju meja Mark. Ia terkejut bukan main mendapati Mark yang pucatnya mengalahkan mayat yang akan dikremasi.
"Ka-kamu gak apa apa? Wajahmu pucat sekali! Aku kaget tau!" Amuknya pada Mark. Padahal ia merasa tak salah apa-apa.
"Apasih, Ryu! Aku pusing ini. Tolong jangan ganggu." Pintanya sambil memijiti keningnya. Duh, harusnya ia ijin saja tadi.
"Kalau sakit, ijin saja tadi Mark." Ryujin berkata sambil menyerahkan berkas yang ia kepit di ketiak tadi.
"Berkas nya kok jadi bau?!"
"Heh! Sembarangan aja kamu ngomong, Malih!"
Mark tertawa, meski akhirnya harus meringis merasakan perutnya yang bergejolak aneh.
"Tinut, tinut! Air panas datang!" Yukhei, dengan segelas air hangat datang. Tersenyum cerah dan dipandang aneh oleh kedua sahabat karibnya.
Tumben, kesambet apaan nih anak? - inner Ryujin berkata.
"Nah, Mark ini air hangatnya. Diminum jangan lupa. Sudah kubilang, sebaiknya kamu bawa Haechan ke dokter. Lagi ngisi tuh dia. Yakin aku,"
Ryujin mengernyit tak mengerti. Terkadang, malu mengakui Yukhei sebagai sahabat.
"Maksudnya maksudnya?"
"Gini loh, Mark ini ngidam. Huahaha, memang ada sebagian suami yang mengidam ketika si istri mengandung."
Air minum tadi hampir menyembur dari mulut Mark.
"Teori macam apa itu?!" Ryujin mengamuk lagi. Kini pada Yukhei.
"Kalian tak percaya? Ayo buktikan. Taruhan, sepatu reebok terbaru oke?"
"Oke. Baiklah! Aku terima!"
Ryujin yang bar-bar ketika bersama Yukhei tidak jadi baku hantam ketika mendengar suara lirih dari Mark yang menggumam.
"Kepengen rujak."
Membuat Ryujin jawdrop seketika.
^,^
Mark pulang setelah menitip absen pada Ryujin. Tak tahan ia berada di luar lebih lama. Ia ingin pulang dan tidur di kasurnya. Kalau bisa, menjadikan Haechan gulingnya. Mengingat si gembul yang makin banyak makan dan ngemil ketika mereka di Jeju hingga sekarang. Huehehehe kane.
"Chan, aku pulang!"
Mark membuka pintu rumah dan hanya mendapati ruangan tamu kosong. Mengingat sang Mommy dan Papa yang ingin bulan madu berdua.
"Chan, kamu dimana?"
Tak ada sahutan.
Akhirnya, Mark memilih mencari Haechan di kamarnya. Dan mendapati Haechan yang cemberut juga mata bengkak yang seperti nya habis menangis menatapi benda panjang di tangannya.
"Chan, kamu kenapa?" Tanya Mark panik dan dihadiahi lemparan benda yang sedari tadi di pegang Haechan.
Testpack
Dengan garis dua yang tertera disana.
Semesta, memberkati mereka. Untuk menjaga satu manusia lain yang akan segera hadir diantara mereka berdua.
Missing Part :
"Awas ya, ntar kalo aku lagi ngisi kamu yang bakalan dapet susah susahnya!" Haechan yang berbicara menggebu-gebu ketika mereka menghabiskan malam yang panas di Jeju.
"Iya, iya. Aku terima." Kemudian sendal rumah hampir melayang karena Mark kembali menciumi leher sang istri dengan ganas.
🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚
Arrei note :
Disuatu malam yang dingin sehabis hujan di kamar daku :
"Kyaaa... sebastian-san, kapan nikahi ciel atuh?" Lagi seru nonton kuroshitsuji, kemudian hp mati seketika. 😢😭😭. Intinya, hape daku koit.Daku ijin menghiatuskan nikah muda hingga sang hape kembali sehat. Takut jikala memakai hape mamakku terus ntar dia curiga. Ntar aku di kampang karena ketauan nulis beginian.*curhat.
Last, votement jussaeyo ^^
Good bye, miaw~ pergi bersama grill ke wonderland.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda || Markchan ✅✅
FanficHanya daily life tentang pasangan 'Penganten baru' yang sama sekali gak ada romantis romantisnya. BL content, Bapereu? *not yet, Non-Baku, Mpreg gan!