FALSE HOPE

49 7 4
                                    


    Surai cokelat gelap gadis itu melambai-lambai tersapu angin malam. Di tempat yang temaram ini,duduk dibangku oak yang sudah termakan usia dan menggengam cup hot latte yang hampir mendingin. Pandangan sayunya menerawang entah sesuatu yang bekecamuk di benaknya.


Sooji mendongak, menatap
sendu lelaki ber-hodie hitam di hadapannya. Mata itu, tatapan tajam itu seakan mampu menyihir siapapun wanita yang berhadapan dengannya.


Helaan nafas berat sang namja membuka pertemuan yang- tadi- bisu.


"Apa kau bodoh! " Lelaki itu sedikit menegaskan suaranya.


sooji mengulas senyum.


"Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan lebih baik aku pulang!, sialan kau!". Lelaki itu menaikan nada suaranya

Pertemuan singkat itu diakhiri kalimat menusuk sang lelaki, yang kemudian pergi meninggalkan sooji. Lelaki itu bahkan tidak menoleh dan terus berjalan di kegelapan malam.

"Keunde..oppa!" Sooji berseru lirih, menatap kepergiannya. Tangan dinginnya ter-angkat menggapai udara.

Gadis itu masih sama, hening dan tak-beranjak,sudah biasa pikirnya.

*****

"Apakah itu sakit ?" Intrupsi wanita paruh baya yang mengelus lembut surai putrinya.


"Tidak eomma, aku baik dan akan selau baik." Sooji memeluk erat sang ibu



"Tapi,tubuhmu hampir membeku tadi malam sayang" tegas ibu sooji



" eomma menyayangiku bukan?, sudahlah" mengerti atas ucapan putrinya, wanita itu lekas mengecup dahi dingin putrinya.



"Maafkan aku,eomma"

****

        Aku merasa berani,tapi kemudian jadi tidak aman. Kini aku berhadapan lagi dengan si-empunya mata elang yang selalu membuat dahiku panas.



Dibelakang cafetarian, di bawah pohon maple yang sedang berguguran tersapu angin,kedua insan itu sama-sama menyebunyikan sesuatu yang ingin keluar dalam benak masing-masing.


"Bagimu aku ini apa?" Sooji mengintrupsi.


"Apa aku terlalu serakah dengan bahkan menanyakan pertanyaan itu" pikir sooji



"Kau bodoh. Kau mau aku menganggapmu apa?, eoh! " Tak kalah  tegasnya suara barinton lelaki itu membuat sooji sedikit gusar.



" kenapa kau mengajakku berkencan, kenapa kau juga mengucapkan kata hina yang bahkan kau tak tau artinya, yang selalu membuatku serasa melayang"



"Kenapa! Kenapa! kau mengucapkan kata dusta itu padaku huh! Kenapa!" Sooji memekik tak tertahan.



"Kau mainan ku!" ucap myungsoo sambil menekan dagu sooji dan mensejajarkan dengan wajahnya.



Menatap iris mata sooji yang membola kaget. Dan menghempaskan dagu itu kuat-kuat, lalu berlalu meninggalkan sooji yang tertohok.

Menangis.

****
Suzy pov

       Siapa yang peduli emosiku, kau dapat bermain denganku sampai kau muak denganku. Kau dapat mengancurkanku jika itu yang kau inginkan. Karena aku sebuah mainan.
Mainan.



Dadaku sesak,kuhela nafas berat menenangkan jiwa rapuh ini. Melihat sepasang sejoli, entah mereka sepasang sejoli atau bukan, aku tak peduli. Tapi dia lelakiku.




Melihatnya tersenyum bahagia saja sudah membuatku sedikit tenang. Yeoja itu sungguh beruntung mendapat perhatian lebih dari -lelaki-ku. Yang belum tentu aku dapatkan.
Alasan lelaki itu mengucapkan cinta padaku dengan datarnya, aku saja tidak tahu. Mungkin  aku bahan taruhan atau mungkin ia ingin memperbudakku, namun semua negative thinking kutepis semua, pasti myung-soo mempunyai alasan. Pasti.

*****




        Kau yang selalu mendatangi ku diam-diam ketika malam tiba. Ditempat yang temaram ini,aku duduk di bangku panjang oak yang sudah termakan usia selalu dan sama.



Aku termenung pada realita ambigu. Dalam diam dia berjalan ke arahku, kedua tangannya ia masukan dalam coat kebesarannya,menambah ketampanan-anak adam-ku.




"Open your eyes"  ucap myungsoo



"Untukmu,aku memberikan semua yang aku punya dan semua yang tidak aku punya" bibir ku sedikit bergetar menahan tangis yang sebentar lagi mungkin meledak


mulut lancangku ini.


Ku diam sebentar,menghirup udara sebanyak-banyaknya. Buang.



"Tapi aku merasa memiliki sedikit harapan yang tidak layak aku dapatkan. Ini mungkin sesuatu yang cerdas dariku untuk mencintai seseorang seperti orang bodoh"




"Kapan aku lelah, akupun tak tahu. Biarlah waktu yang menjawab" aku memberanikan diri mengatakan yang lima bulan ini aku ingin tanyakan pada myung-soo.



" kau bilang, biarlah waktu yang menjawab, ya..kuserahkan hubungan ini pada waktu,asal kau tau aku mencintai mu"



"Dengan caraku." Ucap myungsoo penuh penekanan.

Aku terdiam.



Apa yang barusan myung-soo katakan?



Ada yang bisa mengulainya lagi.
Kutatap punggung yang mulai menjauh itu. Darahku berdesir, jantungku serasa jatuh kelautan, nafasku hilang.

*****

         Aku yang bermandikan cahaya bintang, mungkinkah aku kehilangan arah lagi?,




Kata-kata itu masih terngiang. Sampai-sampai aku lupa arah pulang. Kalian pikir aku gila? Mungkin.



Saat itu jika aku mencoba menahanmu setiap kau pergi, akankah mengubah segalanya?




Biarlah aku yang memendam rasa ini sendirian, sampai rasanya aku ingin muntah akan hubungan ini. Sampai akan kuputus tali yang mengikat lingkaran cinta tak berujung hingga
aku lelah untuk mencari ujungnya. Biarlah myungsoo menyadari sendirinya. Aku masih sama dan tetap sama, hening dan tak ber-anjak.







"Aku sangat mencintaimu, hingga rasanya aku ingin menghancurkanmu"




Vomment guys :)
:xnxxaxxm

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FALSE HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang