Orang Gila

77 5 9
                                    

Kayaknya seru deh ikut main bareng mereka aku melangkah mendekati kerumunan orang yang jumlahnya sembilan orang di kelas. "eh Indah sini kumpul jangan diam aja di kelas nanti bete loh" kata Mila teman kelas aku tidak begitu dekat dengannya. "iya nih bete emang lagi ngomongin apaan kayaknya seru." Aku tersenyum senang. Rasa bosan mulai menghilang. "nanti main kuyy ajak Indah biar rame" kata Bila. Aku juga tidak begitu dekat dengannya. "Indah kamu mau ikut main di rumah Nadia? tenang aja rumahnya deket banget dari sekolah" tawarannya yang keluar dari mulut Anisa begitu menggiurkan. Aku memandangi mereka, wajah-wajah yang aku coba mengerti dan aku raba bagaimana sifat dan sikapnya. Cukup lama. Tiba-tiba suasana hening setelah aku mengatakan satu kata "sip" aku tidak tahu apa yang salah dengan kata-kataku. Beberapa detik kemudian suara Dewi memecahkan keheningan malah lebih ramai dari sebelumnya "hahaha Indah mau juga maen ama kita ....oh iya gua pernah lihat di daerah sini ada polisi gila" kata wanita bertubuh gembal yang berada di dekatku. "memang ada" timpal Anisa meyakinkan. "kok seram amat ya emang dia ada pas kapan?" tanya aku. " jam pulang sekolah soalnya kan kita biasa pulang pake motor nah pas waktu-waktu pulang jangan heran kalo bakalan ada yang jadi sasaran selanjutnya.." aku bertanya kembali "sasaran gimana emang dia bakalan ngapain?" "stttt lu diam dulu napa nih gua baru mau lanjut cerita" raut wajahnya berubah menjadi lebih serius seakan dia ingin mengupasnya secara lebih dalam lagi. "sasaran selanjutnya itu kalo kalian ngatain dia 'polisi gila', kata orang-orang dia bakal narik baju siapapun kalau dia udah denger ada yang ngatain dia dan kalau ketangkep sama dia berlahan-lahan kalian di cekik dari belakang sampai pingsan" menyodorkan tangannya ke arahku dia meragakan bagaiman cara ala polisi gila mencekik korbanya kepada kami semua "aaaa" aku berteriak kaget Dewi sudah mempengaruhi otakku dengan cerita anehnya itu. Teman-teman bukan membantuku untuk melepaskan tangan Dewi dari leherku mereka malah tertawa bahagia melihat aku sudah mulai kegelian karena tangan Dewi terus saja menggeliat di leherku "Dewi akan ku bunuh kau mamahh gelii" kerudungku berantakan karena ulahnya sugguh menyebalkan. "Dewi udah anak orang kasihan hahaha" kata wanita kurus bernama Rere. "sabar ya Ndah bukan kamu doang yang di gituin kita semua udah tenaganya emang super". Kata Mila badan yang sama sama cungkring dengan Nadia dan Rere yang tidak bisa berbuat apa-apa melihat aku di aniaya oleh Dewi. Akhirnya Dewi melepaskan tangannya ketika aku sudah hampir mati lemas karena tertawa. "entar coba panggil polisi gilanya yuk gua mau buktiin benar gak sih rumornya" ide aneh keluar dari kepala Dewi. "gila ya lu gue ogah kalau ada apa apa sama kita gimana coba?" tolak keras Nadia. Dewi hanya mengangguk. Entah dia mengerti atau tidak dengan perkataan Nadia tadi.

-

"Indah kita kumpul dekat fotocopy depan ya" kata Nadia. Beberapa menit kemudian "pada kemana sih katanya nunggu di sini" aku sudah memasang raut muka kesal. "Indah maaf ya nunggu lama" suara itu muncul dari belakang punggungku, aku menoleh ternyata mereka sudah siap dengan motor masing-masing. "kok lama banget sih" aku langsung mengomeli mereka. "iya tadi gurunya ngomong mulu kayak pidato pas kita minta penjelasan soal tugas penjas ya kamu tau sendiri lah gurunya kayak gitu" penjelasan Rere membuatku harus percaya. Kita semua menyalakan motor segera pergi dari depan ruko fotocopy tapi entah kenapa motorku tidak bisa menyala ku coba dan ku coba namun hasilnya nihil. "eh mtorku....." ketika aku hendah berbicara tiba-tiba suara Dewi menyelingi pembicaraanku "eh lihat ada polgil..dasar polisi gila.... gila... gila....teman teman kaburrrrrr" wajahnya begitu puas setelah mengeluarkan kata-kata seperti itu. Aku kaget sekali Dewi berkata seperti ini ternyata ancaman Nadia tidak mempan. Tanganku gemetar aku coba lagi menstater motorku tapi gagal bayangan hitam mendekat aku tidak berani melihat sumber bayangan itu aku takut jantungku berdugup tidak beraturan keringat dingin mulai keluar Tuhan bantu aku itu pasti bukan orang gila itu pasti Dewi bagaiman ini aku tidak mendengar motor teman-temanku lagi aku rasa mereka telah meninggalkan aku sendirian jalanannya benar-benar sepi. Ku tutup kedua mataku. Beberapa detik seseorag dari belakang menarik kerah baju seragamku sekaligus menarik kerudungku tarikkannya begitu kuat samapai aku terjatuh dari motor aku berteriak "tolongggg" orang itu tidak melepaskan kerah bajuku malah dia terus menarik seakan dia memintaku untuk berdiri sendiri. Aku terus menutup mataku. Orang itu berubah dari menarik kerah menjadi mencekik leherku. Sekarang aku tahu orang gila yang dimaksud Dewi dan rumor itu memang benar sialan Dewi akan aku bunuh diaaaa aku berteriak menyebut nama dewi kekesalanku memuncak sekarang aku tidak boleh diam saja aku harus melawan itulah yang aku pikirkan sebelum napasku sekarang menjadi sesak. Sebisaku aku berteriak kemana orang-rang kenapa tidak ada yang menolong tuhannnnn!!!! Aku mendengar suara pukulan dan suara orang jatuh aku merasa napasku tidak lagi terengah enggah aku memberanikan diri untuk membuaka mata " kau tidak papa?" tanya laki-laki yang tidak aku kenal itu "cepat larii kalau tidak kau akan mati di sini" aku panik "apa?? Motorku bagaimana?" "akan aku urus nanti, cepatlah!! Oh iya pegang jaketku ini! " aku hanya mengangguk dan mulai lari sekencang-kencangnya entah kearah mana yang penting aku aman dari orang gila itu tapi... aku sadar dan .... menghentikan diriku bagaimana dengan laki-laki itu? Aku tidak boleh membuat dia terluka. Aku berbalik arah. Lariku terengah engah sesampainya cowok itu sedang duduk dengan napas terengah engah juga, aku tidak tahu apa yang tadi terjadi apa laki-laki itu baru saja berkelai dengan orang gila itu entahlah yang pasti sekarang dia baik baik saja. Syukurlah dia tidak terluka. Aku mendekatinya aku lihat wajahnya sedikit memar "ini jaketmu aku kembalikan" aku melempar jaketnya ke wajahnya "... apa orang gila itu tidak akan kembali lagi? Apa yang barusan kau lakukan, kau menghadapi laki-laki itu sendiri?" aku membanjirinya dengan sejuta pertanyaan yang tidak aku mengerti.. "kau sungguh berisik sekali" dia berdiri sambil membersihkan bajunya dari debu-debu jalan yang menempel. "...aku tidak tahu dia akan kembali atau tidak..." dia melangkah pergi "...oh iya jangan sebut dia orang gila kalau kau tidak mau kejadian yang tadi terulang....namanya Ahmad." Sebelum dia pergi aku menarik baju lengannya "tunggu...terima kasih telah menyelamatkanku...aku kira kau akan mati tadi jadi aku kembali" dia hanya tersenyum padaku aku tidak tahu apa yng dia pikirkan tentang diriku. "mati?... kau bercanda" raut wajahnya begitu menyebalkan seperti sedang meledekku saja. Tapi seketika raut wajahnya berubah seperti orang yang mengkhawatirkan sesuatu. Aku kaget entah kenapa tatapanya begitu menghipnotis diriku ".... tenang saja aku tidak akan mati......oh iya syukur kau tidak papa" dia pergi begitu saja dengan menaikki motor gede merah miliknya. "oh laki-laki itu sombong sekali yang benar saja cihhh.....oh iya aku masih di sini aku harus cepat-cepat pulang sebelum orang eh ahmad datang lagi." Aku menakki motorku dengan tergesa-gesa oh tuhan tenangkan diriku ini dan mencoba menstaternya kembali. Aku tidak menyangka motor sialan ini akhirnya mau menyala juga "ada apa denganmu... hei kau ingin aku celaka ya? Bilang saja jika kau tidak suka padaku!!! Isssshhh" ku tancap gas sekencang-kencangnya dengan rasa dongkol yang terus bergelayut di hati mungkin perasaan ini akan berakhir jika aku telah bertemu dengan Dewi si pembuat onar itu.

Orang Gila (FINISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang