Prolog

10 2 0
                                    

Janu memaksakan membuka mata meski setengah. Alarm ponselnya meraung berulang. Dalam keadaan masih berbaring, matanya mencoba mengintip layar ponsel yang kini menyala. Pukul 02:01. Hawa dingin yang menyelimuti mulai terasa masuk akal. Ini masih jauh dari pagi.

Tubuhnya terasa berat untuk sekedar duduk sebentar dan meraih ponsel dan mematikan alarm. Hanya tangan kanan yang bisa diajak kompromi. Dalam keadaan masih berbaring, diraihnya ponsel dengan tangan kanan. Dihadapkannya beberapa centi di depan wajah. Jempol tangan kanannya menekan pemindai sidik jari. Ponsel terbuka. Tampak beberapa notifikasi memenuhi layar tapi tidak dihiraukan. Jempol yang sama mengusap layar mencari aplikasi alarm.

Janu menghela napas pendek setelah meletakan ponselnya kembali. Meski agak kesal, kasadarannya mulai terkumpul. Dia mencoba mengingat-ingat yang sudah terjadi. Seingatnya tidak pernah menyetel alarm selarut itu. "Apa mungkin tak sengaja tertekan?" batinnya.

Tak mau ambil pusing, Janu mencoba tidur kembali. Tubuhnya coba meringkuk ke kiri. Meletakan kedua tangan diantara paha dalam. Mencari kehangatan dalam ketiadaan selimut.

Di posisi barunya bukan kenyamanan yang didapat, malah rasa sakit yang makin terasa. Bagian bawah rusuk kiri yang paling terasa. Mata kiri yang sedari bangun juga belum terbuka sempurna mulai terasa sakit. Disentuhnya bagian sekitar mata. Bengkak.

Janu mencoba bangkit. Rasa sakit di sekujur tubuh makin menjadi. Dari cermin di pojok kamar tampak wajahnya tak baik-baik saja. Bengkak dan biru di beberapa bagian. Di dekatinya cermin. Kaos tidurnya ditanggalkan perlahan. Tampak bekas luka dan pukulan di sekujur tubuh.

Rasa kaget dan heran mengalahkan rasa sakit. Dikoreknya kembali ingatan hari sebelumnya. Tak ada yang aneh dan tak biasa. Pulang kerja pukul delapan malam. Mandi dan makan. Chat dengan pacarnya.

Janu menghela napas panjang. Diingatnya kembali obrolan semalam. Bergegas dia kembali ke ranjang mengambil ponsel. Dibacanya kembali pesan-pesan sang pacar.

Tubuhnya lunglai. Setengah badannya berbaring di ranjang. Air matanya keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang