Hyung?

1.8K 347 32
                                    



Just don't shocked by the time























Renjun menunduk gugup, menyembunyikan semburat merah dipipi dari Jeno. Ketika dirinya bersama calon suamㅡralat, suaminya tiba di sebuah apartemen yang menurutnya sedikit mewah.








Suami? Ya, mereka sudah menikah.








Pagi hari mereka berada di altar pernikahan. Sore sampai malam tiba, pesta pernikahan berisi seluruh kerabat, kolega maupun teman terdekat keluarga Jung dan Nakamoto memenuhi ballroom hotel yang sudah disiapkan.

Renjun menghela napasnya lelah. Tangan mungilnya memijit tengkuknya pelan, berusaha meringankan rasa pegal yang menjalar.

Jeno yang berada di depannya menoleh , tangannya masih terampil menekan password apartemen-nya.

"Kau lelah?"

Renjun mendongak menatap Jeno dengan gugup.

"I-iya." Jawabnya dengan cicitan.

"Ini apartemen pribadiku. Jadi, hanya ada satu kamar. Tidak keberatan kan jika harus berbagi kamar denganku?" Tanya Jeno, tangannya terjulur membuka pintu lalu masuk ke dalamnya diikuti dengan Renjun.

"K-Kurasa tidak... Jeno-ssi."

Jeno lantas menoleh, menatap Renjun yang terkejut karena ia menatapnya tiba-tiba.

"Panggil aku dengan sebutan, hyung. Jangan seperti itu, orang-orang akan heran jika kau memanggilku seperti itu. Arraseo?"

Renjun mengangguk.

"U-Uh, aku ingin mandi."

Jeno tersenyum kecil begitu Renjun kembali menunduk gugup. Tangan besarnya terjulur menggapai pucuk kepala Renjun lalu mengelusnya pelan.

"Mandilah. Kau mandi saja di kamar mandi yang ada di kamar kita. Aku akan mandi di kamar mandi utama."















"Renjun?"

Renjun baru saja selesai mengancingi piyama yang ia kenakan, lantas menoleh dan menemukan Jeno berada di ambang pintu kamar mereka.

Pipi Renjun bersemu merah begitu melihat Jeno yang sekarang hanya melilitkan sebuah handuk kecil di pinggangnya. Tak menutupi perut atletisnya. Yang terlihat sangat sexy dengan abs yang telah terbentuk sempurna.

"Aku kira kau belum selesai berganti pakaian." Ujar Jeno seraya berjalan menuju lemari pakaian yang berada tepat disamping Renjun. Tanpa ragu, tanpa rasa malu.

Mengambil satu set piyama berwarna navy polos dari dalam. Tak peduli atau memang tidak memperhatikan pipi pualam Renjun yang semakin memerah.

Renjun mendadak dilanda kegugupan. Keringat dingin membanjiri wajah manisnya. Sementara Jeno yang tidak peka dengan kegugupan pria mungil itu.

Tengah berganti pakaian tepat berada dibalik punggungnya.





Renjun baru saja ingin menghadap Jeno. Namun, peringatan dari Jeno yang menangkap gerak-geriknya. Membuat si mungil itu membeku.


"Jangan balik badan dulu aku sedang memakai celana."

Renjun semakin membeku. Tetapi darahnya tak ikut membeku. Melainkan suhunya memanas hingga ubun-ubun. Sehingga terciptalah wajah si mungil bak kepiting rebus.



"Hyung kenapa tidak berganti pakaian di dalam kamar mandi saja tadi?"

"Mian, Aku lupa membawa pakaian tadi. Sekarang sudah kok."



Renjun menghela napas lega. Kemudian membalikkan badan menghadap Jeno yang kini sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.


Renjun mengerjapkan matanya, menatap Jeno yang juga balik menatapnya.



"Renjun..."

"I-Iya hyung?"


Jeno menghela napas berat. Kemudian tersenyum pada Renjun.

"Aku akan tidur di sofa." Ujarnya menunjuk sebuah sofa di depan tempat tidur.

Renjun lantas menggeleng.


"Biar aku saja hyung! Lagipula ini kan kamarmu!"

Jeno pun balas menggeleng.

"Suami mana yang tega membiarkan istrinya tidur di sofa Renjun."


Pipi Renjun kembali merona mendengar penuturan Jeno. Ia menundukkan kepalanya.

"U-Uh bagaimana jika kita berbagi tempat tidur saja h-hyung? Aku tidak keberatan kok."

"Apa kau serius?"

Renjun mengangguk, ia mengangkat kepalanya lagi menatap Jeno yakin.

"Iya."




Jeno menelan salivanya gugup. Sejujurnya ia gugup untuk satu tempat tidur dengan Renjun.







'Semoga aku tak khilaf, Tuhan...'



With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang