Chapter 25

47 6 16
                                    

Hampir 9 bulan sejak kejadian itu, hubungan antara Dazai dan Nao membaik, meski hanya sedikit. Bayi yang dikandung Nao ternyata anak laki-laki yang sehat, tidak ada kemungkinan untuk keguguran sementara ini. Nao memutuskan untuk cuti sampai ia sudah melahirkan dan sudah dapat jalan-jalan. Sedangkan Dazai kembali sibuk dengan novel barunya.

Dan tanpa diharapkan Nao, Chuuya sudah mulai mau berkontak dengan Nao, meski dirinya tau, pasti sebenarnya Chuuya itu ogah chatting dengannya, jadi pikirnya ini adalah suruhan Koyou.

Nao duduk di sofa sambil mengelus perutnya yang sudah besar, sedangkan Dazai lagi membuat roti bakar untuk istrinya di dapur. ‘jarang-jarang aku bisa suruh-suruh Dazai…’ Batin Nao. Tak lama kemudian, Dazai menghampiri Nao dengan sepiring roti bakar dan teh hangat. “makasih, Dazai.” Senyum Nao. “Apapun untuk istri dan anakku.” Dazai menaruh piring dan gelasnya di meja kecil didepan mereka. Dazai duduk disamping Nao dan mencium perutnya. “Kapan kamu mau ke rumah sakit?” Tanya Dazai sambil menyalakan tv.

“Hm? Minggu depan aja. Kata ayah sih aku disaranin ke Tokyo…” Kata Nao, bingung dengan keputusannya. “dari Yokohama ke Tokyo itu lumayan loh. Aku juga gak setuju kalau kamu naik helikopter atau sejenisnya.” Gumam Dazai. “Nanti kita bujuk biar ayah membiarkan aku melahirkan di Yokohama. Toh yang lahiran kan aku.” Kata Nao, mengambil gelas hangatnya.

“Oh, dia nendang…” Nao merasakan tendangan lembut di perutnya. “kamu ini seneng bener ya, tendangin mama kamu.” Dazai terkekeh. “Dia mau cepat-cepat ketemu papa nya yang ganteng ini.” Senyum Nao sambil mengelus pipi Dazai dengan lembut. “Aku ini memang ganteng sejak kecil, makasih sayang.” Kata Dazai dengan sangat bangga.

“Lagian… aku ini maunya anak cewek loh…” Gumam Nao. “Hm? Oh ya? Aku juga mau anak cewek.” Kata Dazai. “Terus… kenapa anak kita cowok ya? Kata Mbak Koyou sih, ini tergantung ibunya.”

“Omongan mbak Koyou kok dipercaya?” Dazai menghela napas dan memeluk tubuh Nao. “Dimakan rotinya, sayang.” Dazai mengingatkan roti bakar yang diinginkan Nao. “Ah, iya…” Ia mengambil roti bakarnya dengan garpu dan memakannya. Dazai tersenyum puas dan mengistirahatkan kepalanya di pundak istrinya. “kamu gak lanjutin novelmu?” Tanya Nao. “Hm? Biarlah… otakku sedang buntu hari ini.”

Nao habiskan roti bakarnya dan memutuskan untuk bermalas-malasan dengan suaminya. “Kita tidur siang aja ya?” Gumam Nao. “Hm? Yasudah.” Dazai bangkit dari sofanya dan membantu Nao berdiri. Mereka jalan ke kamar dan tiduran di kasur. “Kayaknya kamu udah jadwalnya ke rumah sakit besok.” Kata Dazai sambil mengambil tanggalan di meja kecil di samping kasur mereka.

Nao menghela napas sambil mengambil posisi nyaman diatas lengan Dazai. “Sudahlah, tidur dulu.” Gumam Nao sambil mengelus perutnya. “Iya… iya…” Dazai menghela napas panjang sambil meletakkan tangannya diatas tangan istrinya yang sedang mengelus perutnya. Dalam hitungan menit, mereka berdua tertidur pulas.

Setelah beberapa puluh menit, Nao terbangun karena suara pintu kamarnya terbuka. “Nao! Kok kamu gak ke rumah sakit???” Ternyata Koyou yang menyusup masuk ke rumah mereka. “Loh… Mbak Koyou?” Nao mengusap matanya. “Malah asik tidur siang, bentar lagi kan jadwalmu menetap di rumah sakit, Nao. Mbak telepon gak diangkat lagi…” Gerutu Koyou.

“Oh, hpnya ku silent… Kan masih besok…” Gumam Nao, kembali tidur bersama Dazai yang sepertinya belum terbangun. “Gak. Hari ini, Nao. Gak usah ngeyel deh sama Mbak. Ntar kalo kamu lahirannya lebih cepat dari prediksi dokter, piye?” Koyou menarik selimutnya.

“Hm?? Loh? Mbak Koyou?!” Dazai sontak kaget, ada Koyou tiba-tiba di rumahnya. “Kau masuk lewat mana, Mbak?” Tanya Dazai, heran. “Pintu depan kalian ga dikunci. Kebiasaan.”

“Cepetan! Ayok berangkat. Mbak udah bilangin ke resepsionisnya buat siapin kamarmu.” Kata Koyou sambil mengeluarkan hpnya. “Loh, rumah sakit dimana?” Tanya Nao. “Yang jelas bukan di Tokyo. Ayahmu itu gila, nyuruh ibu hamil ke Tokyo naik heli.” Koyou memutarkan bola matanya. “Halo, Francis-san… ini aku, Koyou…” Koyou melangkah keluar dari kamar Nao dan Dazai.

Kusut Segitiga (Chuuya x OC x Dazai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang