Prolog

4.7K 497 130
                                    

Pagi ini tatkala membuka pintu, Jimin memiliki pupilnya yang melebar disertai urat nadi yang menegang. Jantungnya seperti tak mau kalah, sebab benda itu ikut berdebar-debar layaknya tengah dikuntit teror paling dahsyat abad ini. Irisnya menjumpai buntalan aneh di dalam keranjang tepat di bawah kaki. Apalagi setelah dilihat-lihat lebih dekat, nyatanya yang Jimin temukan bukan sekadar buntalan biasa. Bukan juga sejenis binatang lucu yang sanggup ditimang-timang sebagai hewan peliharaan.

Mungkin akan lebih menakjubkan kalau yang datang kepada Jimin ialah sesuatu yang punya fungsi serbaguna. Robot dari masa depan sekelas Doraemon? Sepupu Doraemon yang mirip Doraemon? Terserah. Yang jelas jangan seperti ulat gemuk raksasa yang sedang bergerak-gerak di balik selimut biru di bawah kakinya. Tapi sayangnya nasi sudah jadi bubur. Doraemon dan tetek bengek tadi cumalah buah khayal di dalam imajinasi salah satu pria Seoul itu.

Si buntalan memang makhluk hidup yang bernyawa, dan bukan sesuatu yang bisa Jimin singkirkan begitu saja seperti dia yang menendang Seokjin keluar dari kamar sewaktu sahabat semenjak kecilnya itu mulai berbuat sesuatu yang aneh atau bahkan sukar dicerna nalar. Jimin saat ini sedang berhadapan dengan sosok bayi mungil yang dua netranya teihat begitu cemerlang dan penuh pesona. Cantik memang, dan sungguh imut sampai-sampai jemarinya nyaris tergelincir demi mencubit gumpalan lemak bersemu merah milik si mungil.

Namun tidak! Sebab sekonyong-konyong di kepala Jimin malah berputar adegan-adegan seram. Di sana ada tangis bayi dan juga bau pesing mereka. Satu lagi yang paling mengerikan, seingat Jimin—Jungkook pernah kena jebakan tinja sewaktu menggantikan popok Nanhee. Memang bukan memori yang baik, pokoknya tidak untuk sekarang. Jimin merasa neraka tengah jatuh di atas kepalanya kalau interaksi dengan si mungil akan terus berlanjut sampai di kemudian hari. Buntalan ini, bagaimanapun caranya harus lekas disingkirkan.

Namun ditilik lagi lebih dekat sampai ia jongkok dan nyaris tersungkur—yang Jimin dapati rasanya jadi sedikit janggal. Rasa-rasanya si kecil menggemaskan ini pernah Jimin lihat entah di masa atau tempat yang mana di dalam lobus memorinya.

Jadi ketika dwinetra mungil itu lagi-lagi berkedip lucu, saat itu juga Jimin bak ditampar yang langsung tembus mengenai perut.

Sial! Ini definisi jatuh cinta pada pandangan yang kedua. Tapi jangan! Laki-laki keren sepertinya tak boleh goyah begitu saja cuma karena tatapan bening seperti milik si buntal yang berliur ini.

Jadi lekas-lekas saja Jimin raih si buntalan, hendak memeluk dan mengamati lebih dekat, begitu dekat hingga rasanya ingin mencium dua pipi merah itu.

Si mungil yang ia rengkuh itu menyebabkan kekosongan pada keranjang kecil di bawah kakinya. Dan di sana, Jimin melihat secarik kertas yang tertinggal.




Namanya Won Hwari, dan dia sangat suka dinyanyikan sebuah lagu.

Terima kasih.

You, Baby, and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang