2. Sayembara Mencari Mama

2.5K 379 190
                                    

“Jungwoo! Berhenti lompat-lompat di atas punggung Papa!”

Belum hilang rasa terkejutnya, Sera makin dibuat lelah ketika gadis kecilnya melakukan hal yang tak kalah konyol dari kembarannya.

“Seol! Berapa kali lagi mama harus bilang, jangan memasukkan jarimu ke dalam hidung Papa! Itu jorok, tahu?”

Pangeran dan tuan putrinya memang patuh. Saat itu juga mereka mendaratkan pantat di sofa sembari berpura-pura menundukkan kepala diikuti netra yang bercengkerama jail bersama lantai. Namun petaka datang pada Sera selanjutnya ialah, Hwari yang sedang meminum susu di dalam botol dot sontak bergerak sekuat tenaga di atas pangkuannya.

“Hwari, tante tidak marah padamu, Sweety. Cup, cup, ponakan tante yang manis tidak boleh cengeng, ya?” Sera berbisik, lalu berupaya menenangkan makhluk imut itu dengan cara menggendong dan membelai begitu pelan di punggung Hwari. Karena merasa kasihan pada istrinya, Seokjin lantas bangkit dari posisi tengkurap. Ia sempat mengusuk dua kepala bocah yang menunduk sebelum menghampiri sang istri.

Oedeng, Oemuk, lihat Mama sedang lelah, ‘kan? Tetap diam di sini. Jangan memecahkan gelas, jangan menggigiti sofa, jangan masuk ke dalam TV, jangan—”

“Iya, Papa.”

Itu adalah Seol yang menjawab, sementara Jungwoo malah berpura-pura tumbang dengan bibir yang sengaja dibuat menguncup. Kalau tidak ingat Sera sedang kepayahan, mungkin Seokjin akan senang hati membuat Jungwoo menangis dengan cara mengunci tubuh si jagoan di antara ketiaknya. Akan tetapi, menyulut emosi ratu hatinya sudah pasti bukan pilihan yang tepat untuk saat ini.

“Nama anak-anakku bukan seperti yang kau sebutkan, Kim Seokjin. Mudah sekali kau mengganti nama dua kepala yang setengah mati kuperjuangkan jadi nama—”

Ssst.” Jari telunjuk Seokjin menyentuh pada permukaan bibir istrinya. “Aku tahu istri kesayanganku sedang capek mengurusi tiga kepala menggemaskan ini sejak tadi pagi. Jadi sekarang, istirahatlah. Bawa mereka pulang untuk tidur siang. Kulihat mata Seol sudah lumayan merah juga. Dan Jungwoo ... bisa bahaya kalau dia mengamuk karena ngantuk.”

“Terus Hwari bagaimana?”

“Bawa kemari dia.” Hwari yang meronta-ronta, tahu-tahu telah pindah begitu saja ke dalam dekapan Seokjin. “Sebodoh-bodohnya aku tidak mungkin akan membunuh anak kecil. Lagi pula ada Jungkook juga Jimin di sini. Pulanglah, hmm? Aku janji, kami akan segera dapat pengasuh buat Hwari supaya kau tak perlu direpotkan lagi.”

“Sebenarnya aku tidak keberatan. Hanya saja—”

Yah, hanya saja dua titisan gen kita di sana masih terlalu rajin membuatmu gemas. Ditambah lagi sejak ada Hwari, kau jadi mengalami sulit tidur selama seminggu ini.”

“Jadi, tidak apa-apa kalau aku pulang sebentar?”

Seokjin jelas menangkap keraguan pada ekspresi dan nada dari istrinya. Jadi dia rasa memberi satu senyumnya mungkin bisa sedikit menenangkan Sera. “Tidak apa-apa, percayakan Hwari pada kami,” katanya setelah melakukan itu.

“Kau tahu takaran susunya?”

“Iya, Sayang. Aku tahu.”

“Jungkook bisa bantu mengganti popok, ‘kan?”

“Iya, dulu dia sering melakukan itu untuk Nanhee.”

“Pastikan Jimin mengambil bubuk susu dan bukan tepung seperti yang kau—”

Ssst.” Lagi-lagi telunjuk Seokjin mendarat di bibir Sera. “Berhenti khawatir dan lihat Jungwoo kita sudah mulai berulah lagi.” Dia memberi isyarat dengan mengangkat dagu.

You, Baby, and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang