Hari kedua dimana Akaashi mengenal gadis itu.
Gadis cantik pengunjung tokonya, yang diketahui bernama [ name ].
"Akaashi-kun!"
Pemuda bersurai hitam menoleh ke belakang dan menemukan seorang gadis tengah berlari ke arahnya. Syal merah melingkar di leher gadis itu. Kedua pipinya merona.
Akaashi tersenyum tipis. Tak disangka pagi hari begini sudah bertemu pujaan hati.
Apa ini yang dinamakan takdir?
"Ada apa, [ name ]?"
Gadis itu membungkuk sambil memegang kedua lututnya. Nafasnya tersengal-sengal tetapi senyum tak kunjung hilang dari wajahnya.
[ name ] semringah. "Ibu sangat menyukai hadiahnya, ia bahkan sampai menangis!"
Akaashi mengangguk, turut senang. Tangan kanannya terangkat untuk membelai kepala si gadis yang lebih pendek darinya.
"Ah, maafkan aku." Reflek ia menarik kembali tangannya ketika menyadari gadis itu memandangnya heran.
[ name ] mengatupkan bibir. "A-ah, ti-tidak apa-apa,"
Canggung melanda, membuat Akaashi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sementara [ name ] sedang merangkai kalimat di dalam hatinya sambil memainkan anak rambutnya.
"Te-terima kasih, Akaashi-kun,"
Akaashi yang tadinya membuang muka kesamping melirik [ name ]. Sebelah alisnya terangkat, bingung.
"Untuk apa?"
Tiba-tiba, gadis itu meloncat dan memeluknya. Akaashi membelalakan kedua matanya. Sesak dirasakan ketika [ name ] mengeratkan pelukannya pada lehernya.
"Berkatmu, aku bisa memberikan hadiah yang sangat indah untuk ibuku!"
Pipi Akaashi memerah.
"E-eh?? Ma-maaf! Aku tidak sengaja,"
[ name ] lantas melepaskan pelukannya dan membungkuk meminta maaf. Ia menggaruk pipinya yang tak kalah merah dengan wajah Akaashi.
Akaashi terbatuk, ia berusaha menyembunyikan wajah meronanya dibalik hoodie hitamnya.
"Aku tahu."
[ name ] menyengir lebar. Tampak jelas semburat merah di kedua pipinya. Akaashi gemas melihatnya, ingin dicubit pipi gadis itu. Jantung Akaashi berdegup kencang.
"Ha-hadiahnya memang indah. Dan kau tidak salah pilih, [ name ]. Ibumu pantas mendapatkannya."
Gadis berparas manis itu mengangguk mantap.
"Tapi, kau jauh lebih indah dari kalung obsidian itu, [ name ]."
Setelah itu, keduanya terdiam. Wajah keduanya memanas dan memerah hebat. Seakan-akan dapat meledak kapan saja.
-※-
KAMU SEDANG MEMBACA
obsidian ¦ a. k. √
Fanfictionkau bagaikan berlian; begitu indah dan berharga. " kau adalah obsidianku. " akaashi keiji x reader haikyuu © furudate haruichi story © zthvee