5

2.4K 196 29
                                    

"Ayolah... bantu aku''

Naruto duduk bersila di lantai dengan dua tangan ditangkupkan dan diangkat tinggi di atas kepala, sementara seorang pria dengan mata mengantuk masih asik duduk di sofa, tidak minat menanggapi si pirang yang tengah memohon - mohon padanya.

Shikamaru heran saat tiba - tiba teman sekolahnya ini muncul di depan pintu flat yang ditinggalinya pagi - pagi sekali dan tanpa basa - basi langsung meminta tolong padanya. Shikamaru sih mau - mau saja menolong, asal bukan urusan yang akan membuatnya repot.

Dan ini Naruto datang membawa masalah yang jelas - jelas Shikamaru tidak ingin ikut campur. Si pirang ini datang - datang langsung cerita tentang Sasuke dan pamannya tanpa memberi kesempatan pada Shikamaru untuk berpikir atau sekedar mengingat siapa Sasuke yang dimaksud Naruto. Untung saja otaknya ini dapat diandalkan. Setelah mendengarkan cerita Naruto sebentar, Shikamaru mulai ingat salah satu temannya, yang paling pintar, yang selalu menjadi juara umum di sekolah yang menjadi saingannya karena Shikamaru selalu jadi nomor dua. Fakta yang terakhir sebenarnya salah. Itu hanya anggapan orang saja. Kenyataannya Shikamaru tidak pernah menganggap Sasuke saingannya, mungkin iya untuk Sasuke. Saat sekolah dulu Shikamaru bisa saja merebut posisi Sasuke jadi yang terbaik, hanya saja, Shikamaru terlalu malas melakukannya. Dia juga tidak suka menjadi pusat perhatian, jadi Shikamaru sudah merasa cukup jadi nomor dua.

Shikamaru masih bertahan duduk di sofa dengan remote tv di tangan, mengganti - ganti channel tanpa ada niat menonton. Membiarkan Naruto yang masih duduk di lantai memandanginya. Shikamaru tidak jahat. Dia sudah menyuruh Naruto untuk duduk di atas, tapi si pirang tetap bertahan duduk di lantai. Pria berkuncir itu bukannya tidak mau membantu, dia hanya merasa tidak punya urusan ataupun kepentingan untuk ikut campur. Dia tidak akrab dengan Sasuke. Mereka bukan teman sekelas, hanya kebetulan satu sekolah.

Tangan Shikamaru masih terulur dengan remote dipegangnya, namun tidak lagi menekan tombol - tombol, matanya justru fokus pada layar yang tengah menayangkan berita kriminal. Tubuhnya dicondongkan, tanda kalau dirinya mulai tertarik dengan apa yang diberitakan.

"Kau tidak perlu ikut campur lagi urusan si Uchiha itu'' Shikamaru meletakan remote teve ke meja ''Lihat, polisi sudah bergerak'' Tatapan Shikamaru masih fokus ke depan.

Naruto menoleh, melihat layar yang menampilkan beberapa polisi mendatangi gedung yang dikenali Naruto adalah perusahaan milik Sasuke. Pembawa berita mengatakan mendapatkan bukti kejahatan yang dilakukan Uchiha Obito. Polisi datang ke perusahaan untuk penggeledahan. Sepertinya bukti yang diserahkan Naruto dimanfaatkan dengan baik oleh polisi itu, tapi sayangnya Uchiha Obito sendiri melarikan diri dan polisi kini tengah mencarinya.

"Kalau pamannya Sasuke sudah jadi buronan, seharusnya Sasuke aman sekarang'' guman Naruto.

Ya, seharusnya seperti itu, tapi perasaannya masih tidak enak. Apa Sasuke sudah tahu kalau pamannya sedang diburu polisi. Yang dia takutkan justru saat ini Sasuke tertangkap oleh pamannya dan pasti nyawanya sedang dalam bahaya sekarang.

"Aku belum tenang Shika. Aku merasa Sasuke dalam bahaya sekarang'' Naruto berdiri tepat di depan Shikamaru. Kakinya pegal karena terus - terusan berlutut sejak tadi dan tidak dapat apa - apa.

"Justru kau yang dalam bahaya. Bisa saja pamannya Sasuke mencarimu untuk balas dendam'' Shikamaru mematikan tevenya, menatap temannya yang berdiri dengan mulut terbuka seolah baru menyadari posisinya saat ini. 

Iya juga. Seolah ada lampu menyala di atas kepala berambut pirangnya, Naruto tersenyum sangat lebar, sampai - sampai Shikamaru yang melihat jadi merinding.

"Ishh... kenapa tidak terpikir sejak tadi'' Naruto mengguman sembari menepuk dahinya keras. Merutuki kemampuan otaknya yang lambat dalam berpikir.

CROSSING BORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang