Seharian melakukan sejumlah aktifitas bersama member yang lain, tak terasa sudah saatnya istirahat.
Memasuki sebuah kamar yang masih tak berpenghuni, Seungkwan buru-buru duduk di pinggir tempat tidur sambil menggenggam sebuah moisturizer krim andalannya dan sebuah handuk kecil di pundak. Hanya selang beberapa detik, seseorang muncul di pintu, mengikuti jejaknya.
"Kau akan tidur disini, hyung?" tanyanya, pada Mingyu yang membawa masuk sebuah celana tidur bersamanya. Mingyu hanya menggumam sebagai jawaban, dia tampak sibuk melepas hoodie dan celana trainingnya. "Sleep with me?" ujar Seungkwan lagi, main-main. Mingyu hanya mendenguskan tawa memperhatikan.
Seungkwan mulai membuka tutup krimnya –dan mengoleskannya ke beberapa spot pada wajah. Teksturnya yang lembut malah jadi mengingatkannya pada es krim. "Aku ingin makan es krim," katanya, mengadu.
"Makanlah," gumam Mingyu, masih lebih sibuk membereskan pakaiannya. "Mau pergi beli denganku?" tanyanya kemudian –karena saat itu sebenarnya belum jam tidurnya dan dia ingat dengan jelas es krim yang dibeli Jeonghan cs sudah habis tak bersisa. Keluar sebentar sepertinya bukan masalah, apalagi seharian mereka berdua hampir tidak punya waktu memperhatikan satu sama lain.
"Memangnya boleh?"
"Ya sudah, tidak usah makan," cepat sekali dia berubah pikiran, karena merasa tubuhnya kelelahan. Melihat tempat tidur yang nyaman dengan selimut tebal, juga ada Seungkwan bersamanya membuat dia ingin cepat-cepat berbaring.
"Tapi tadi hyung bilang mau beli," Seungkwan menggerutu, kecewa lalu menyimpan krimnya di meja kecil.
Melihat kekasihnya merajuk, Mingyu tersenyum kecil –lucu. "Bagaimana celana tidurku?" ujarnya, mencoba menarik perhatian yang lebih muda.
"Tidak tertarik," sahut Seungkwan, ketus. Dia menarik handuk kecil di pundaknya dan mulai mengeringkan rambut –dimana Mingyu menyerah dan memilih menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.
Nyaman sekali, walau belum mengantuk tapi sepertinya Mingyu bisa tidur kapan saja.
.
Tidur hanya berdua –dipantau kamera benar-benar jauh dari kenyamanan. Dibalik kelopak matanya yang terpejam, Seungkwan justru membayangkan hal-hal yang tak boleh dilakukan. Dia hanya takut mereka akan lupa kalau disana ada kamera aktif.
Dia lalu membuka matanya, dan melihat Mingyu rupanya sedang menatap langit-langit. Tampaknya dia juga tidak bisa tidur.
"Kenapa?" tanya Mingyu, sambil menyisir rambutnya sendiri. Apakah Seungkwan juga sedang memikirkan hal yang sama? Dalam situasi begini, mengapa rasanya sangat terkekang.
Seungkwan tak menjawab, hanya bergerak mencari posisi paling nyaman lalu kembali terpejam –dan tampak sangat dipaksakan.
Disebelahnya Mingyu mendengus memperhatikan saja –detik berikutnya kekasihnya itu kembali membuka mata dan meledakkan tawa.
Mereka tertawa bersama, merasa lucu –dimana keduanya sadar betul sedang sangat menjaga imej karena adanya sebuah kamera disana. Bukan seperti mereka biasanya.
Suasana kembali hening ketika keduanya sudah lelah –dan malah mengobrol tentang hal-hal random, semakin membuat kantuk tak pernah mau datang.
Di bawah selimut, kaki mereka saling menempel tanpa disengaja, kehangatan kecil itu sangat membuat frustasi. Dalam posisi sedekat ini, tapi rasanya justru saling berjauhan.
Memperhatikan kekasihnya, Mingyu jadi sangat gemas sampai ingin sedikit mengerjainya. Sedari tadi laki-laki berambut pirang lucu itu selalu mengelak ketika kaki mereka sedikit bersentuhan. Jadi sambil seolah tak pernah terjadi sesuatu, Mingyu mengangkat sebelah kakinya dan menumpukkannya di atas kaki Seungkwan tanpa ampun.
YOU ARE READING
Behind The Scenes
FanfictionKumpulan kisah di balik layar mereka; Mingyu dan Seungkwan.