Zahra kembali melihat catatan kecil yang ada di tangannya. Catatan itu berisi daftar barang-barang yang harus dia bawa pulang ke Indonesia. Barang miliknya tidak terlalu banyak selain pakaian dan cemilan kecil yang di bawa, dia juga membawa beberapa kitab miliknya sementara yang lainnya dia paketkan untuk di kirim ke Indonesia.
Dengan susah payah dia menuruni tangga Apartemen nya sembari membawa koper besar bersamanya. Di luar Apartemen dia bertemu dengan Fatima dengan sebuah bingkisan di tangannya.
”Hal’ant dhahib ‘iilaa almanzil alyawm, alzahara (apa kau benar-benar akan pulang hari ini, Zahra)?” tanya Fatima dengan mata berkaca-kaca.
Zahra hanya mengangguk sembari tersenyum kecil ke arah sahabatnya itu. Dia benar-benar akan merindukan masa-masa mereka di Mesir.
“Sa’afquduk kthyraan (aku akan sangat kehilanganmu)” kata Fatima memberikan pelukan perpisahannya setelah Taksi yang di pesan Zahra sudah sampai dan berhenti tepat di depan mereka.
“Ana ‘aydaan (aku juga)” balas Zahra
“arak lahiqaan sawf ‘azwar huna maratkhra. ‘in sha’ Allah” (samapi jumpa. Aku akan berkunjung ke sini lagi. Insya Allah” kata Zahra penuh janji.
Fatima kemudian memberikan bingkisan yang sudah dia persiapkan sejak tadi malam, Zahra menerima bingkisan itu tanpa menanyakan apapun.
"Assalamualaikum" ucap Zahra
"Waalaikumussalam" balas Fatima.
Mereka berakhir dengan sebuah lambaian tangan. Taksi yang di tumpangi Zahra melaju dengan kecepatan tinggi mengantarkan nya ke Bandara meninggalkan Kota Mesir yang penuh dengan sejarah.
***
Setelah mendapatkan kopernya Zahra buru-buru keluar dari ruangan tempat sebuah benda berputar yang mengeluarkan koper-koper penumpang lain, Zahra tidak tau pasti nama benda itu. Yang pasti adalah dia sudah menginjakkan kakinya di Lombok Internasional Airport. Dia sudah sampai di tanah kelahirannya, Lombok.
Zahra mengutuk dirinya yang mau saja membawa koper yang berukuran lumayan besar itu, dia bahkan muat jika masuk ke dalam koper itu dengan catatan kakinya harus di tekuk. Zahra pernah mencobanya dan itu tindakan yang cukup konyol di lakukan orang berumur 21 tahun seperti dirinya.
Zahra mencoba mengambil ponsel bermaksud menelpon bundanya namun, belum sepenuhnya ponsel itu dia pegang seorang wanita tiba-tiba menabrak lengannya cukup keras hingga ponselnya jatuh dengan posisi layar menghantam lantai bandara. Zahra cukup terkejut dengan hal itu, sementara wanita yang menabraknya tadi hanya berjalan seperti tidak memperhatikan sekitarnya.
"Astagfirullah. Apakah orang itu harus di ajarkan cara meminta maaf!" kata Zahra tidak terima.
Dia segera memungut ponsel berphonecase bening dengan sebuah catatan kecil yang terselip di dalam casenya, catatan yang pernah Sarah berikan waktu SMP. Zahra sengaja menaruh catatan itu di belakang ponselnya agar selalu teringat Sahabat kecilnya itu.
Zahra sedikit berlari mengejar wanita tadi. Wanita itu menggunakan jeans berwarna hitam di padukan dengan blazer berwarna cokelat, memiliki tinggi sekitar 160cm dengan rambut hitam kecoklatan yang sedikit bergelombang. Wanita itu terlihat tengah menelpon seseorang jika dilihat dari ponsel yang menempel di telinga kirinya.
"Assalamualaikum permisi, Mbak!" teriak Zahra
"Hei, Mbak!" panggil Zahra, namun yang di panggilnya tidak menoleh sedikitpun. Bahkan tidak ada tanda-tanda kalau wanita itu mendengar panggilan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Twins
Short Story"KITA HARUS SUKSES BERSAMA" sebuah janji yang di tulis oleh Sarah dan Zahra, sahabat yang bersama sejak taman kanak-kanak. Janji itu membuat mereka tetap bersama sampai sebuah kesalahpahaman terjadi pada akhir masa Sekolah Menengah Atas yang membua...