1

88 27 8
                                    

Di tepi sungai yang indah bermandikan semburat cahaya mentari pagi di ufuk timur serta semilir angin membelai lembut, kuncup bunga mulai merekah diantara rerumputan yang mulai tumbuh.
Kicauan burung terdengar di balik pohon yang rindang dan mulai terbang menghampiri dahan yang berbuah lezat yang akan menjadi santapan.

Dari kejauhan terlihat beberapa sampan yang dinaiki oleh para nelayan sambil memegang jala (alat penangkap ikan) mulai berpencar melacak keberadaan sang ikan-ikan yang bersembunyi di dalam perairan sungai.
Di sebuah teluk rawa bagian hulu sungai, sebuah sampan terhenti oleh si pemegang dayung sampan, dengan penuh hati-hati seakan takut para ikan mengetahui keberadaannya, jala yang berada di atas sampan mulai di turunkan dan dikibaskan guna menepis sampah yang tersisa dari hasil tangkapan kemarin.
Jala tersebut di masukkan ke dalam perairan sungai yang tenang, dengan penuh harap sang pemilik jala tak henti-henti melafalkan kalimat tauhid di bibirnya berharap Allah swt membantunya dalam mengais rezeki yang akan dibawa untuk keluarga yang ia cintai.
Setelah beberapa saat ia mengangkat jala dengan penuh semangat dan hati-hati, mata yang mulai berkerut tersebut berbinar melihat beberapa ikan berhasil memasuki jala yang ia genggam dari tadi.
Dengan penuh semangat ia memindahkan ikan tersebut di dalam baskom hitam kecil yang tergeletak kosong sejak ia bawa dari rumah.
Rasa syukur tak dapat ia tahan, beribu hamdalah sudah terucap sambil mendayung mengarungi sungai menuju ke tepian.

Sementara itu di tepi sungai seorang gadis cantik dengan balutan jilbab yang selalu melekat dikepalanya tersenyum mengembang menampakkan deretan gigi kecil yang rapi berjalan dengan sedikit tergesa-gesa melihat sang ayah mulai mendekati tepian sungai.
Setelah mengetahui sang ayah mendapatkan ikan Aliya langsung menyambut ayahnya dan melihat baskom kecil yang ia beri untuk ayahnya sebelum berangkat.

"Alhamdulillah..ayah ternyata hasil tangkapan ayah rumayan besar ya yah.." sambut Aliya sambil mengangkat baskom kecil di atas sampan.

"Iya nak Alhamdulillah.. Allah swt masih memberi kita rezeki untuk makan enak siang ini" dengan senyum yang menampakkan deretan gigi putih tersebut dan mulai naik ke daratan.

"Ayo ayah kita pulang, bunda pasti sudah menunggu di rumah" Aliya mulai berjalan dan dibalas anggukan oleh sang ayah.

Dari kejauhan tampaklah sebuah rumah panggung seperti kebanyakan di daerah Riau.
Berdinding papan yang di susun rapi ke arah vertikal yang berbalut cat berwarna hijau susu ditambah aksen warna kuning cerah di sisi kiri kanan jendela kaca yang selalu di lap bersih hampir tak terlihat noda sedikitpun.
Taman kecil di depan rumah panggung tersebut selalu rapi dan terawat, hasil tangan cekatan dari sang pemilik rumah yang rutin memangkas rumput-rumput dalam berbagai bentuk. Beberapa jenis bunga tersusun rapi di pot-pot sebagian di tanah memberi kesan indah dan asri.

Itulah rumah keluarga Pak Imran yang hampir 10 tahun tinggal dan menetap di ujung kota dekat pedesaan. Pak Imran bekerja sebagai kepala desa di daerah tersebut semenjak itulah keluarga Pak Imran memutuskan untuk pindah di desa dan menjalankan tugasnya dengan baik.

*flasback on*
(9 tahun yang lalu)

Suara itu masih terngiang-ngiang di telinga Aliya, membuat gadis kecil itu termenung dan menatap kosong ke arah luar jendela.
Sejak ayahnya mengatakan bahwa mereka harus pindah ke desa dekat ujung kota karena Pak Imran telah dipilih menjadi kepala desa disana, Aliya merasa sedih dan rasanya tak ingin menuruti kemauan ayahnya.
Tapi tak ada satupun dari anggota keluarga Pak Imran yang berani menentang keputusan tersebut.

Aliya tak menyadari ada seseorang yang memperhatikan dan memanggil namanya sejak tadi, membuat sang kakak merasa di kacangin lalu memutar otak dengan cepat dan menemukan ide yang bagus untuk mengerjai adik pertamanya.
Ia berjalan mengendap-ngendap menuju Aliya dengan penuh hati-hati.
Atika kakaknya Aliya memegang pundak sang adik dengan kuat sehingga Aliya terdorong kedepan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebening Embun (Muslim Series)-On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang