Yesha itu gadis baik. Tentang urusan kalian percaya atau tidak, itu masalah kalian, bukan masalahku. Yesha itu manis, walau pun Aura lebih manis, tapi aku tidak peduli.
Yang harus kusayangkan adalah; aku baru menyadari semua itu sekarang. Andai dari dulu aku menyadarinya, apa Yesha akan terus berpihak padaku?
Malam ini—untuk yang kesekian kali—aku menyendiri. Di atas atap apartment yang telah Ayah belikan untukku. Kesepian, hampa, dan dihujani luka. Seolah tidak ada yang bisa membantuku untuk bangkit.
“Jangan khawatir, Mama baik-baik saja.”
"Kenapa Mama berbohong?"
“Aron kenapa, sih? Lucu, lhoh, lihat kamu khawatir seperti ini. Mama nggak pa-pa, Ron. Ini Mama lagi reunian sama teman.”
"Teman yang Mama maksud itu... Bukan tongkat, tali, atau bahkan bekas memar, kan?"
Mama diam, kali ini tidak menjawab. Tut! Sambungan telepon terputus. Aku merasakan sesak di dada. Sial! Kenapa rasa sesak ini harus hadir?
Mama bilang, anak laki-lakinya tidak boleh menangis. Tapi mengalami semua ini.... Aku tidak mungkin tidak menangis. Sejantan apa pun laki-laki, jika masalahnya adalah sesuatu yang berharga, pasti ia akan menangis.
Aku menatap hamparan cahaya kota. Temaram. Begitu tenang. Ketika aku sadar, tiba-tiba saja aku sudah berdiri di ujung pagar pembatas. Menatap langit kota yang begitu indah, membuatku semakin yakin kalau aku punya kehidupan yang lebih baik. Tapi tidak di sini.
Tidak di dunia ini.
Ketika aku telah sempurna tersenyum, dan menanti kematianku yang tinggal beberapa persen lagi, seseorang meriakkan namaku.
"ARON!" Gadis itu tersengal, matanya membulat karena terkejut.
Ah, Yesha. Aku ingat aku pernah menggodanya, bilang kalau kami akan jadian di atas Titanic. Aku tersenyum, menatap Yesha yang pucat.
Tapi, mau seperti apa pun, aku tetap akan loncat. Titanic sudah tiada, aku juga harus. Aku lelah. Lagi-lagi, saat kakiku bersiap menjejak udara kosong, Yesha menarikku. Entah sekuat apa dia, tapi aku tersungkur di atas lantai rooftop setelah ia menarikku.
Gagis itu memelukku, erat sekali. Aku mencium wangi vanilla dari tubuhnya. Ah, wangi Mama. Pelukannya juga sehangat Mama.
She's my Mama.
No.
She's Yesha.
🚄
1st story di wp, hope you like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby
Teen FictionJika malam datang, cowok itu pasti sendirian. Seluruh canda dan tawanya lenyap, ditenggelamkan oleh gelapnya angkasa. Hari itu, ketika ia berusaha melakukan percobaan bunuh diri untuk kesekian kali, gadis itu melihatnya. "Semua ini... Senyum lo sel...