Happy reading!!
"mbak, tuh cowok manis banget astaga!! Gue gebet yah." Seru Ana saat melihat dua orang laki - laki tengah berbincang di tempat duduk bersama pemilik rumah makan yang sedang Ana tempati bekerja.
"Yang mana sih, kan ada dua cowoknya."
"Itu tuh yang sebelah kiri pakai hodie warna item." Tunjukku ketempat cowok yang menurutku manis.
"Oh."
Ana melongo mendengar jawaban dari Alya "Oh doang ini tanggapannya?"
Alya memutar bola matanya malas melihat kearah Ana yang masih melongo dengan jawaban yang ia berikan.
"Terus gue harus gimana Ana, masak iya gue jingkrak jingkrak sambil bilang, IH.. IYA MANIS TUH COWOK!! GUE AMPE MERINDING!!"
"Gausah ngegas juga! Iye tau kok situ udah tunangan!" Alya terkekeh melihat tingkah Ana yang merajuk dan pergi meninggalkannya yang masih sibuk membuat tissue sendok.
Ana menggerutu di setiap langkah yang dia tempuh menuju tempat dimana biasanya ia menunggu pelanggan datang. Mood yang awalnya 0% menjadi 50% gara gara cowok manis yang dilihat sedang interview dan kini moodnya kembali musnah karna ulah temannya sendiri. Ckckck... ah kapan jadwal liburku tiba mama!!. Anakmu bisa stres lama lama.
Alya menghampiri Ana yang masih memasang muka manyun ala ala anak kecil yang suka ngambek. "Hei, masih ngambek nih?"
Ana menaikkan sebelah alis, dari nada menggoda Alya pasti ada hal yang tidak beres. "Apa!"
"Wih, masih ngambek ternyata. Tuh liat noh! Cowok yang tadi Lo katain manis dari tadi liatin Lo yang lagi manyun."
Spontan Ana melihat cowok yang sempat membuat moodnya naik beberapa saat lalu. Damn! Dia liatin gue sambil senyum pulak!! Alamak.. mama!! anakmu mendadak terkena diabetes.
Pertemuan singkat yang sanggup membuat seorang Ana Melani kepo tentang cowok manis itu tak ayal membuatnya jadi orang yang sangat antusias menggali informasi tanpa henti. Ia berjalan mendekati Miko di tempat pembakaran ikan dan bertanya mengenai si cowok manis.
"Dia mau kerja di sini?"
Miko menoleh "siapa?"
"Cowok yang tadi lagi interview."
"Oh.. iya, dia akan kerja disini mulai lusa. Gantiin posisi gue." Ana memicing, ia menghela nafas. "Gue bakalan jadi tukang prepare buat masak."
Ana mengangguk, tak peduli juga dengan pekerjaan baru Miko nantinya.
Setelah puas mendapatkan informasi yang ia ketahui dari Miko bahwa lusa nanti cowok manis itu akan mulai bekerja di sini, Ana tak henti hentinya tersenyum membuat Alya memicingkan matanya, menatap lekat lekat sosok Ana yang beberapa menit lalu memasang wajah sok terdzolimi dan kini tengah senyum senyum kearahnya.
"Lo gila?"
"..."
"Na, Lo kesambet apaan sih?"
"..." Kesal lantaran Ana tak kunjung menjawab, Alya mengambil air dengan gelas dan menyipratkannya ke wajah Ana.
"Woi setan! Pergi loh dari tubuh temen gue!!"
"Lo setannya!" Jawab Ana.
***
Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, masih kurang 1 jam lagi waktu istirahatnya. Ana ingin segera istirahat dan pulang kerumahnya untuk mandi air dingin guna menjernihkan pikirannya dari si cowok manis.
Ana tengah santai duduk di meja kasir seorang diri. Menunggu kehadiran customer yang tak bisa ditebak membuatnya terserang kantuk.
Wahyu, partner debat Ana di setiap waktu datang menghampiri.
"Makan dulu gih gue gantiin bentar kalo ada customer, dari pada Lo ngantuk nungguin. Istirahat juga masih satu jam." Ana mengangguk, dari pada ia menunggu mendingan ia mengisi perutnya yang sudah berteriak meminta makan.
"Oke, gue tinggal makan dulu."
"Sip."
Langkah Ana memasuki dapur dengan santai, ia mulai mengambil piring beserta nasi dan lauk yang sudah tersedia. Ana menoleh ke kanan ke kiri mencari tempat yang cocok untuk ia makan sembari menunggu customer.
Baru memasuki tiga suapan, Ana dikejutkan oleh Ega yang tiba tiba menyerobot sendok Ana dan memasukkannya kedalam mulut. Ana melongo melihat Ega yang dengan santainya makan dari bekas sendok milik Ana.
"Lo kalau mau makan ambil sendiri dong."sungut Ana kesal, sedangkan yang ditatap hanya cengengesan.
"Kan gue udah ngambil sendiri, nih buktinya."
"Maksud gue ambil makanan sendiri pakai piring Lo sendiri Ega! Bukan ngambil makananku!"
"Iye iye An, santai napa."
"Santai gundulmu."
Ega yang masih tertawa berjalan mengambil piring dan juga nasi beserta lauk pauk. Ia mengambil posisi makan bersebelahan dengan Ana yang masih memasang wajah sebal karena ulahnya barusan.
"Manyun mulu, ntar gue cium nyaho Lo."
"Ogah gue dicium sama Lo!" Ega terkekeh.
"Makan dulu gih, manyun nya di sambung ntar lagi kalo makanannya udah habis." Ana hanya mengangguk sebagai jawaban. Ega tersenyum melihat Ana yang mau menuruti perintah nya.
Ana tak peduli dengan Ega, ia hanya ingin segera cepat menghabiskan makanannya dan kembali ke meja kasir.
"Lo lucu."
Ana hanya menoleh singkat. Ega kembali terkekeh.
Ana segera bangkit untuk mencuci piringnya dan segera berlalu dari hadapan Ega, ia muak jika harus berlama lama dengan Ega.
Wahyu yang tengah bermain kalkulator sontak mendongak, melihat Ana yang sudah duduk didepan meja kasir dengan bibir manyun nya.
"Kenapa lagi?"
"Biasa." Jawab Ana singkat jelas padat.
"Dasar, kebiasaan mulu." Ana hanya mencibir, moodnya benar benar anjlok gara gara Ega.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREFFEN
Teen FictionBerawal dari pertemuan singkat keduanya, seorang waiters bernama Ana Melani kepincut dengan seorang cowok manis yang namanya bahkan belum Ana ketahui di awal pertemuan mereka. "Ngeliat dia pertama kali tuh udah beda mbak, kayak ada hubungannya gitu...