02 Self Defense

418 46 6
                                    

Seoul, awal September 2018

Taehyung baru saja kembali dari pekerjaannya ketika melihat ibunya mengeluarkan kotak-kotak susu dari keranjang sepeda. Pukul tujuh pagi, ibunya baru selesai mengantar susu dan Taehyung baru saja kembali dari pekerjaannya. Taehyung mendapat jatah jaga malam beberapa hari ini. Dia menjaga PC room di dekat sekolah lamanya dari pukul tujuh malam hingga tujuh pagi.

"Eomma baru pulang?" Tangan Taehyung sigap mengeluarkan kotak-kotak susu yang tersisa sedikit. Satu kotak sengaja dibuka dan diminumnya. Sontak, Taehyung mendapat pukulan ringan dari ibunya.

"Suruh siapa meminumnya sekarang, Taehyung-a. Eomma bahkan belum menghitungnya," gerutu ibunya.

"Aku lapar. Eomma tahu aku tidak tidur karena jaga malam. Lagipula kotak kosongnya masih bisa dihitung, kok." Taehyung menyanggah, memberikan senyum kotaknya sebelum menenggak habis isi kotak susu di genggamannya.

Taehyung masih bisa bernapas lega pagi itu. Jika berdua saja dengan ibunya, hari-harinya pasti akan sangat tenang. Meskipun itu terasa sedikit kurang membahagiakan karena tidak ada Namjoon di rumah itu lagi. Setidaknya Taehyung bisa tetap bernapas lega tanpa harus mendengar suara ribut dari kekerasan yang diciptakan laki-laki tua yang dibencinya.

"Eomma, ketika aku gajian nanti, bagaimana jika kita makan enak?" ajak Taehyung.

"Mwo? Memang gajimu sebanyak apa?" Ibunya tertawa pelan sambil mengacak rambut Taehyung. Ia jelas tahu Taehyung hanya ingin memberikan yang terbaik untuknya, termasuk mentraktirnya makan enak meskipun dengan bayaran Taehyung yang seadanya.

"Gajiku cukup banyak untuk membelikan Eomma tteokbeokki selama satu minggu penuh." Taehyung menjawab sambil memamerkan senyum kotak andalannya.

Sayangnya, tidak butuh waktu lama untuk membuat senyum itu menghilang. Suara pintu besi yang berdecit membungkam tawa Taehyung dan ibunya, membuat mereka sontak menoleh. Taehyung tidak ingin pagi indahnya berakhir secepat itu. Sungguh, dia belum rela membiarkan ayahnya mengganggu ketenangannya.

"Tertawa kalian? Tertawa? Cih! Tidak boleh ada yang tertawa di rumah ini! Ibu dan anak sama saja, tidak becus!" Itu ayah Taehyung, Tuan Kim. Dia berjalan cepat memasuki rumah sambil membawa botol kaca berisi bir di tangannya. Satu langkah lagi dan ia melayangkan tangan, memukul kepala Taehyung keras dengan bagian bawah botol kaca.

"Abeoji!"

Taehyung menghardik. Matanya menatap mata sang ayah nanar. Kepalanya sedikit pusing. Perpaduan antara efek pukulan dan juga kurang tidur semalaman. Ibunya menjerit seketika. Detik berikutnya, beliau mulai menangis. Menangis sangat keras hingga memantik emosi ayahnya lagi.

"Sialan! Suara tangismu itu cuma bisa bikin rusak pagi ini tahu! Diam!" Ayah Taehyung meletakkan botol di meja keras-keras, menampar pipi ibunya hingga ia terjatuh.

Tidak lagi, pikir Taehyung. Dia tidak ingin lagi melihat ayahnya melakukan hal seperti itu, menyiksa ibunya secara kasar. Taehyung pikir semua akan baik-baik saja jika ia dan ibunya menuruti kemauan ayahnya. Taehyung dan ibunya mencari uang hanya untuk berbotol-botol minuman keras dan judi yang tak pernah menghasilkan apa-apa. Saat-saat seperti itu adalah saat-saat terberat bagi Taehyung. Saat di mana ia membenci kakaknya lebih besar dari apa pun.

Taehyung mengepalkan tangan. Napasnya semakin memburu. Biasanya, Taehyung tidak melakukan apa pun, tetapi kali ini rasanya dia sulit menahannya. Matanya memanas seiring dengan pemandangan pukulan dan tendangan bertubi-tubi yang dilakukan ayahnya pada ibunya. Taehyung berjalan cepat keluar dari rumah. Tumpukan batu bata sisa perbaikan bangunan di samping rumahnya menjadi destinasi. Taehyung mengambil satu di tumpukan teratas, membawanya kembali ke dalam rumah hanya untuk melakukan itu. Sekali saja. Kali ini saja.

Buk!

Ayah Taehyung tersungkur. Ada aliran darah dari pelipis kirinya. Taehyung berlari ke kamar dan mengambil kotak miliknya—kotak yang ia gunakan untuk menyimpan seluruh barang berharganya. Taehyung tidak peduli lagi pada kekacauan yang ia timbulkan. Ia menarik lengan ibunya, membiarkan kotak-kotak susu di meja jatuh berantakan dan memutar sepeda. Kotak Taehyung aman di keranjang depan sepeda.

"Darah! Ya! Kim Taehyung! Bocah sialan, mau ke mana kau?!" Ayahnya berteriak ketika Taehyung sudah mengayuh sepedanya ke luar.

"Taehyung-a, mau ke mana kita?" Ganti ibunya yang bertanya. Tetapi percuma. Taehyung tidak bisa menjawab apa-apa. Taehyung tetap diam, mengayuh sepeda dengan napas memburu dan pandangan berkabut karena air mata amarah yang menyelimutinya.

"Kita tidak perlu kembali pada jahanam itu, Eomma."

"Tapi dia juga orang tuamu."

"Orang tuaku hanya Eomma. Aku tidak kenal yang lainnya."

Sampai jalan itu terlihat ujungnya, Taehyung tidak akan berhenti mengayuh. Dia tidak akan membiarkan ibunya kembali menjalani penderitaan seperti yang dialami sebelumnya. Taehyung ingin ibunya dan dia bebas, juga selamat.

*

Jjimjilbang. Tempat yang paling aman bagi Taehyung dan ibunya saat ini mungkin hanya itu. Ia tidak bisa pergi ke tempat kerabat atau neneknya. Ayahnya mungkin akan mencari mereka ketika sudah sadar dari mabuk nanti. Dan tempat-tempat lainnya sudah sering menjadi tempat bersembunyi Taehyung dan ibunya.

"Kau membuat appa terluka, Taehyung. Kau seharusnya tidak melakukannya." Ibunya mengatakan hal itu pertama kali ketika mereka mulai duduk di ruang tengah yang berisi televisi dan orang-orang yang tengah bersantai menikmati makanan ringan.

"Aku tidak takut melakukan hal itu pada orang yang telah menyakiti orang-orang kesayanganku," sahut Taehyung.

"Tapi dia ayahmu. Kau tidak bisa menyakitinya begitu saja, Taehyung-a."

"Eomma, jika dia peduli pada keluarganya, dia tidak akan memukuli aku dan Eomma. Ia tidak akan merampas uang-uang kita hanya untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Jika saja Namjoon hyung masih ada di sini, aku yakin ia akan melakukan hal yang sama denganku."

"Namjoon tidak akan melakukannya, Taehyung-a. Namjoon tidak akan melukai siapa pun."

"Eomma!"

"Sebaiknya kita pulang, Taehyung." Ibu Taehyung menarik tangan Taehyung cepat. Yang terjadi setelahnya adalah Taehyung menampiknya. Dengan wajah memelas, ia menatap ibunya lekat-lekat.

Taehyung belum tidur semalaman. Otaknya tidak bisa berpikir jernih. Dia baru saja memukul kepala ayahnya dengan batu bata dan jangan tanya betapa berat beban yang ia pikul di bahunya sekarang. Taehyung anak baik. Dia tidak akan melakukan hal-hal jahat jika saja tidak ada kondisi yang mengharuskannya. Dia hanya butuh melindungi dirinya sendiri, juga ibunya. Persis seperti pesan Namjoon. Taehyung harus melindungi ibu mereka.

"Eomma. Biarkan aku tidur dulu sejenak sebelum kita pulang. Aku belum tidur semalaman. Aku harus punya tenaga lebih untuk menghadapi abeoji. Bagaimana jika ia menyakitimu lagi, aku harus melindungi Eomma. Sebentar saja. Biarkan aku tidur sebentar saja."

Ibu Taehyung menyerah ketika melihat Taehyung mulai memejamkan mata. Anak itu harus mengalami hal yang lebih berat dibandingkan teman-teman seusianya dan membiarkannya tidur sejenak sepertinya bukan masalah besar. 

-to be continue-

[author's note]

halo! maaf ya update moonglade ini akan lambat sekali. karena aku nyambi sama hal-hal lain. sepertinya tulisan ini nggak akan panjang, tapi mari kita lihat. jangan lupa vomment-nya ya sodara-sodara. terima kasih! :D

-J

MOONGLADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang