Un : Someone In The Dark

19 2 0
                                    

Kota Weinzburn masih terlelap. Tak ada cicitan maupun sedu sedan. Langkah Erika menggema di jalanan kota. Angin malam menusuk kulitnya. Sesekali ia melirik jam digital di tangannya.

" Pukul 23:57 pm dan masih 4 km lebih. Ini sungguh gila! Kenapa ayah membuangku di sini! Dan aku harus bekerja sampai tengah malam begini. Ah ini gila! Gila! " Erika merutuki kehidupannya.

Biasanya ketika Erika harus pulang malam, ia akan meminta kekasihnya untuk mengantarnya hingga rumah. Tetapi, sore tadi ponsel Erika rusak. Ia tak bisa menghubungi kekasihnya malam itu. Karena ini sudah larut, Erika memutuskan untuk melewati jalan pintas melewati beberapa gang kecil.

Erika mempercepat langkahnya berharap akan segera sampai rumahnya. Dengan penerangan minimal dari lampu jalanan, ia menyusuri jalan setapak dengan banyak gang sempit dan gelap.

" Dasar kota tua. Bagaimana bisa jalanan ini dibiarkan jadi sarang pembunuh? Bahkan kalau aku mati di sini pasti butuh berabad - abad agar jasadku ditemukan," Ucap Erika.
" Kau ingin mencobanya, Nona? "
Suara yang sangat dalam itu menghentikan langkah Erika.
" Siapa di sana? " tanya Erika kaku.
" Bukan siapa - siapa Soeur "

Kilatan cahaya muncul di balik kegelapan lorong. Seringai kecil terpampang dengan tatapan kosong. Ia berjalan dengan tegas ke arah Erika. Dengan sedikit cahaya dari lampu jalanan, Erika mencoba menelisik sosok itu. Seorang gadis kecil? Namun, wajah gadis itu tertutup rambutnya yang ikal sebahu.

Erika kembali menelisik gadis kecil itu. Kali ini tatapan Erika terhenti di tangan kiri gadis itu. Boneka dengan mata satu. Mulut boneka itu dijahit mengerikan. Gadis itu mengikuti arah pandangan Erika, lalu tersenyum.

"Ia cantik kan?" Gadis kecil itu bertanya pada Erika.

Tiba-tiba gadis kecil itu mengacungkan tangan kanannya. Ia membawa sebuah pisau berpita merah. Erika tercengang hingga ia lupa bernapas selama sekian detik. Perlahan, gadis kecil itu mendekati Erika sambil bernyanyi.

One, two, three, let's play with me
Four, five, six let's hide and seek
Seven, eight, nine your soul is mine
Ten, eleven, twelve let's ...

"Shut up!" Erika berteriak. Ia langsung berlari meninggalkan gadis kecil itu. Ia berlari ke salah satu lorong yang redup.

"Apa ia manusia?" Erika menjadi ragu dengan pengalamannya sendiri.
"Anak-anak berkeliaran jam segini? Kemana orang tuanya?" Erika larut dengan pikirannya. Ia lupa alasannya berlari.

Duk. Erika tidak sengaja menendang benda aneh. Lembek namun kaku. Baunya sangat busuk dan anyir. Jantung Erika serasa berhenti. Pikirannya merujuk pada sebuah hal yang menakutkan.

Ia memberanikan diri memeriksa benda itu. Baru saja ia menoleh ke bawah, perutnya terasa terkocok. Ia muntah seketika.

Seongok daging manusia bergelimpung di sana dengan keadaan sangat menjijikan. Kepalanya tergorok hampir putus, banyak luka sayatan di wajahnya. Badanya sudah berbentuk tak karuan.

Seketika itu Erika menangis. Badanya bergetar hebat. Pikirannya mendadak statis. Ia tak tahu apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Erika pun jatuh lemas tak percaya dengan apa yang ada di depannya.

"Heeh, bersenang-senang dengan mainanku?" suara yang sangat dalam mengejutkan Erika. Erika semakin ketakutan. Ia seperti binatang buruan yang terpojok. Akan tetapi, alam bawah sadarnya merasakan sinyal berbahaya dari gadis itu dan mengingatkannya tuk segera berlari secepat yang ia bisa.

Erika segera berlari secepat yang ia bisa tanpa menoleh ke belakang. Ia masih menangis. Pandangannya pun rabun karena air matanya. Ia berlari tanpa tujuan dan berharap Tuhan menolongnya.

Klek. Erika tersungkur mendapati heels nya yang patah. Ia segera melepaskan sepatunya secepat yang ia bisa dan mencoba berdiri. Namun, pergelangan kakinya mati rasa. Ia tak bisa berdiri.

Tap ... Tap ... Tap

Suara langkah itu mendekati Erika.
" Butuh bantuan, Soeur? " Ia menyeringai.

See In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang