Deu: Who?

14 2 0
                                    

Hening.

Aku tidak merasakan apapun. Serasa ada cangkang mengelilingiku, dan aku terjebak di dalamnya dengan sebuah cairan atau mungkin tekanan yang menyengat tubuhku pelan tanpa henti.

Telingaku seperti bebal. Lidahku membeku. Tubuhku menggelung karena hawa yang dingin, namun terasa tanpa udara ataupun angin.

Apa aku sedang bermimpi? Aku seperti melayang ... atau malah hanyut? Aku tidak tau. Tidak, aku ... tenggelam? Aku bingung. Tunggu, siapa aku?

"Kemarilah, dan kita akan bersatu kembali"

Gelap. Aku tak bisa melihat siapapun. Namun, suara gadis itu ... entahlah. Aku tak yakin dia atau apalah itu adalah seorang gadis. Ia terus menerus menggemakan kalimat aneh yang terasa seperti aria dalam kegelapan.

"Siapa di sana?"
"Kau tak mengenaliku? Ulurkan tanganmu. Kau ingin tahu kan?"
"Tidak!"
"Kau takut? Kenapa? Kau benar-benar lupa?"
"Aku ... aku ... Tidak! Lebih baik aku mati di sini!"
"Kalau begitu matilah"

Lalu semua kembali hening. Argh, tubuhku mulai sakit. Di mana aku? Apa yang terjadi? Apa aku akan mati?

Aku terpejam dalam keabsurdan ini. Tanda tanya meruah dalam pikiranku hingga terasa akan segera meledak. Entahlah, aku tidak tahu. Aku ... lupa. Benar-benar lupa. Ah, aku benci situasi seperti ini. Siapa aku?

"Kemarilah, dan kau akan tahu siapa dirimu."

Tidak, ia tak tahu siapa aku. Bagaimana dia tahu siapa aku, sedangkan diriku sendiri tak tahu? Dia pasti gila.

Aku tersenyum. Iya, aku pasti telah gila.

"Kemarilah, dan kau akan tahu siapa dirimu"

"Diam! Kau tak tahu siapa aku! Kau pembohong!" ah, lidahku mulai kelu.

"Kemarilah, dan kau akan lupa siapa aku lagi"

"Tidak! Aku tidak mengenalmu!"

"Kemarilah, bukalah matamu. Bergegaslah! Kau kesakitan kan di sana?"

"Eh? Kenapa? Kenapa kau peduli?"

"Karena kita terhubung"

"Apa maksudmu?"

"Cepatlah"

Aku terdiam. Ia benar. Aku tak bisa bertahan di situasi ini lebih lama lagi. Tubuhku bisa hancur. Perlahan, aku membuka mata. Cahaya putih menyerbu kornea mataku. Tak ada yang bisa aku lihat. Mendadak dadaku bergemuruh. Aku mulai cemas. Tak ada bedanya dengan kegelapan. Aku pun menangis sejadi-jadinya.

"Ulurkan tanganmu"

Tanpa menunggu lama, aku mulai mengulurkan tanganku. Sebuah tangan yang sangat dingin namun lembut menyapa kulit tanganku. Jantungku berdebar. Apakah ini benar-benar tidak apa-apa? Apa ia akan menyelamatkanku?

"Ikuti aku. Cepatlah kalau kau tak ingin lenyap dalam kehampaan"

Aku tak bisa berpikir. Aku mengikutinya.

"Aku telah kalah" Aku pun tersenyum.

-------

Hola~
Masih Bingung dengan ceritanya?
Read the next chapter to know ehehe

I'm sorry kalau kurang greget. Saya masih berproses menjadi manusia ehehe maka dari itu, please help me dengan komentar kalian untuk kedepannya. Merci beaucoup~

--good night--

-Nyctophiler

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang