2

37 9 6
                                    

Pagi ini, udara berhembus dingin. Jaket boomber dan masker penutup mulut menutupi tubuhnya. Yena berjalan menyusuri koridor sekolah. Langkah Yena terhenti di sebuah ruang kelas yang tak asing lagi baginya.

"Ohh ini kelasnya," gumam Yena yang sedang berdiri di depan kelas milik Guanlin.

Pagi ini sekolah masih sepi. Tak heran jika ruang belajar milik lelaki yang baru saja menjadi temannya itu sepi. Ruang belajar itu hanya terlihat sebuah lampu yang menerangi ruangan yang gelap itu. Tetapi, tiba-tiba saja deru langkah kaki seseorang terdengar jelas di telinga Yena.

Seorang laki-laki berada tepat di depan pintu ruang kelasnya. Dia Guanlin. Hari ini, ia memakai jaket jeans dengan penampilan rambut yang disisir rapi membuatnya terlihat keren. Dia juga membawa beberapa kertas putih.

"Hai," katanya sembari menghampiri Yena.

"Hai," balas Yena sambil melepas masker yang menutupi mulutnya.

"Pagi banget datengnya. Ada acara apa?" tanya Guanlin ingin tahu.

"Gak ada sih, mau aja dateng pagi heheh," ucap Yena.
"Terus lo hari ini rapi sekali, mau ngumpul tugas ya?" kata Yena kembali bertanya.

"Mau pemotretan, gue ikutan audisi. Doain gue ya biar menang," ujar Guanlin menepuk bahu Yena pelan.

"Audisi apa?"

"Itu loh di papan pengumuman ada. Sebenarnya sih audisi nyanyi. Tapi, gue bakal nge-rap dan itu termasuk juga," jelas Guanlin.

"Oouhh gitu. Ngerap lagu apa lo?" tanya Yena lagi.

"Ciptaan sendiri. Sebenarnya sih gue udah buat banyak part untuk gue ngerap, cuman pak Soman gak nerima dan dibuang tuh kertas lagu gue," kata Guanlin sebal.

"Ouhh pantes lo tiba-tiba ngomel di taman," kata Yena kembali mengingat kejadian itu.

Guanlin yang mendengar itu hanya bisa menunjukkan senyum malunya.

"Gue udah buat baru. Dijamin lulus seratus persen," katanya dengan penuh percaya diri.

"Iya deh. Semangat ya lin," ucap Yena.

.

.

.

Yena mendengarkan pengumuman tentang audisi yang diadakan di sekolah oleh ketua kelas. Mingyu menjelaskan secara lengkap tentang teknis acara itu. Jika menang, satu grup itu akan di lombakan di ajang internasional.

"Wendy, Sana, Yeri suara kalian bagus. Jadi kalian ikutan ya," kata Mingyu.

Pendapat itu langsung diterima oleh seluruh anggota kelas. Tidak ada yang meragukan kemampuan vokal milik mereka bertiga.

.

.

.

Waktu istirahat Yena habiskan di taman hanya untuk membicarakan hal yang sama sekali tidak terlintas di pikirannya.

"Lo harus duet bareng gue," kata Guanlin penuh harapan.

Yena membisu. Bagaimana bisa Guanlin mengajaknya menjadi partner untuk mengikuti audisi itu? Yena tidak yakin dengan kemampuan tarik suaranya. Meskipun tadi Yena sempat menunjukkan talenta bernyanyi yang dimiliki, ia sama sekali tidak mempunyai kepercayaan diri untuk mengikuti ajang tersebut.

"Lo itu ada bakat. Lo tunjukkin dong bakat lo itu. Buat apa lo takut?" kata Guanlin berusaha meyakinkan Yena.

Sebenarnya Yena mau mengikuti audisi itu, tapi karena Wendy juga mengikuti acara tersebut, Yena mengurungkan niatnya.

This Is MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang