Mohon Perhatiannya :- Ini hanya preview. Mohon krisarnya.
- Akan kembali post secara maraton jika sudah sampai 50% finish.
- Selamat membaca....
Pesan misterius. bag:1
Pagi yang cerah seperti biasa. Kubuka mata, dan mendapati bunyi alarm di ponselku masih berdering setelah sepuluh menit yang lalu hanya kutunda.
Kenapa juga aku harus terjaga di pagi yang nyaman ini?
Lagipula aku hanyalah remaja dewasa, 21 tahun, yang sedang sibuk dengan aktivitas pengangguranku setelah lima tahun yang lalu putus pendidikan. Berakhir sebagai pegawai kerja kasar, dan dua bulan yang lalu akhirnya dipecat karena ijazah palsu yang kupakai untuk melamar kerja sudah ketahuan. Aku Andre--atau bisa dipanggil begitu. Manusia berstatus rendah, dengan pintu kamar yang selalu tertutup rapat. Hidup sebatang kara, dan terlalu sulit untuk peduli selain pada diri sendiri. Singkatnya, seorang yang payah dan egois.
"Hidup ini mudah ditebak"
Pasangan? Rara meninggalkanku setelah minggu lalu aku tidak memberinya kado apapun, padahal hari itu adalah hari ulang tahunnya.
Maksudku, bukankah aku ini pengangguran? Wajar saja kalau sisa tabunganku kupakai untuk menghemat biaya hidupku sementara uang sewa kamar terus meningkat. Benar 'kan?
Jadi lupakan dulu urusan cinta-cintaannya. Pikirkan saja gelas kopiku yang belum kucuci di dapur.
Tapi kalau berbicara cinta, aku jadi teringat cinta pertamaku saat di sekolah menengah dulu. Diana namanya. Gadis manis yang kujatuhi cinta hanya karena buku catatannya kupinjam.
Pendekatan kami begitu singkat untuk ukuran anak-anak. Kita berdua pacaran, meski status kita sedikit berbeda disekolah. Aku bocah bengal yang sering terlibat masalah, dan dia anak rajin langgangan sepuluh besar.
Tapi hubungan kita berdua sangatlah baik. Aku bahkan sering main kerumahnya saat libur, dan ibunya juga sangat ramah. Tapi aku belum pernah sekalipun bertemu ayahnya. Dia bilang, ayahnya sedang ada urusan pekerjaan di luar kota dan jarang pulang.
Singkatnya, kami berdua punya masa puber yang bahagia. Aku bahkan pernah menciumnya beberapa kali.
Tapi, secepat kita bertemu, secepat itu juga kita berpisah. Saat semester satu setelah kenaikan kelas, dia mendatangiku di hari libur.
"Ayah minta aku dan ibu untuk pindah ke jawa tengah!" Katanya.
Itulah pertama kalinya aku merasakan patah hati yang direncanakan. Seolah ayahnya sengaja memberi waktu untuk kami berdua, lalu secepat jarinya berjentik, dia mengambil masa-masa yang indah itu.
Sudah tentu aku tidak setuju. Namun keputusan bukan ada di tanganku. Dia tetap akan pergi, dengan alasan pekerjaan ayahnya.
Aku benci ayahmu....
Dan dengan ciuman hangat yang terakhir darinya, dia menghilang. Lenyap dari hari-hariku yang pernah indah bersamanya.
"Kalau suatu saat nanti kita bertemu lagi, apa kau masih akan menyukaiku?" Begitulah dia bertanya.
"Pasti..."
Lalu dengan senyuman yang lebar, dan sedikit sembab dimatanya, dia benar-benar menghilang. Bahkan esok harinya saat kubuka mata ini di pagi yang lain, aku masih berusaha untuk percaya jika semua itu hanya sebatas mimpi buruk. Tapi mimpi tak akan sepedih ini...
Dan sekarang.....
"Mungkin kau yang tak akan menyukaiku, andai sekarang kita bertemu lagi" Gumamku sembari bangkit dari kasur. Sudah bertahun tahun sejak saat itu, dan aku masih hidup sebagai manusia gagal.
![](https://img.wattpad.com/cover/178381175-288-k683273.jpg)