Pesan misterius. bag:2

11 6 0
                                    


Sudah tiga jam aku berjalan. Haus dan lapar masih kutahan. Entah bagaimana aku bisa bertahan selama tiga hari tertidur. Yang jelas, badanku sangat lemas saat ini.

Ada sebotol air mineral kemasan di samping ransel yang kugendong. Entah apalagi yang ada didalamnya. Aku tak cukup berani untuk meminum air itu, atau membuka ransel untuk mencari tahu, apakah ada makanan dan keperluan lain di dalamnya. Aku hanya mengantisipasi jika saja sebuah bom atau bahan berbahaya lainnya disiapkan di dalamnya.

Aku kembali teringat tentang pesan misterius yang kudapat sebelum aku berada di sini. Jika itu benar, maka aku saat ini sedang diculik dan dibuang kesuatu tempat yang jauh dari peradaban. Tapi siapa? Kenapa? Hampir tak ada alasan untuk seseorang melakukan sesuatu yang tak masuk akal seperti ini--apalagi pada orang sepertiku. Dan dari cara pengirim itu menyebut 'kalian' kemungkinan ada orang lain yang senasib denganku di sini. Aku hanya perlu untuk lebih waspada mulai sekarang.

Andai saja ponselku terbawa, mungkin aku bisa menghubungi seseorang untuk mencari bantuan. Meskipun kemungkinan besar di sini tak ada jaringan seluler. Entahlah, aku hanya lelah dan kebingungan. Dan dari semua yang menggangguku, takut adalah sesuatu yang paling kurasakan saat ini. Dan efeknya adalah aku tak mampu berpikir dengan jernih sekarang.

Sudah lewat pukul dua saat kuputuskan untuk beristirahat sejenak di atas bangkai pohon yang ukurannya sulit ditemukan di kota atau di pedesaan sekalipun. Kukumpulkan keberanianku, dan mulai membuka air mineral tadi.

Mati sekarang atau mati nanti, sekarang sama saja, pikirku.

Setelah kutenggak, beberapa saat kemudian tak ada reaksi apapun dari tubuhku. Ini tidak beracun. Dan kembali kumeminumnya sampai dahagaku terpuaskan. Lalu dengan sedikit ragu, kubuka ransel yang kubawa. Tak ada ledakan atau kabel yang dirakit di dalamnya. Ini aman.

Di dalamnya aku mendapati beberapa kaleng makanan instan, korek api, pisau lipat, kompas, beberapa obat, sebuah kertas lusuh dan yang paling menakutkanku adalah sebuah senjata api dan tiga buah granat. Lengkap dengan amunisi yang aku tak tahu bagaimana menggunakannya.

Apa maksud semua ini? Apa aku harus berburu?

Entahlah, yang jelas saat ini aku sedang kelaparan dan ada makanan di depanku. Aku mulai dari mengumpulkan beberapa ranting kering, membakarnya dan menghangatkan satu kaleng makanan.

Setelah cukup panas, aku mulai mencongkel kaleng dengan pisau dan menyendoknya dengan ranting yang baru kupotong langsung dari pohonnya. Dan ini mengejutkan. Belum pernah aku merasakan daging kalengan seenak ini. Rasa lapar sudah berhasil menghidupkan kembali indra perasaku. Dan aku pun melanjutkan ke kaleng kedua.

Puas rasanya...

"Hey! Kau masih hidup kan? Hey, bangun!"

Samar-samar aku mendengar sebuah suara. Ah, iya. Aku terlelap sesaat setelah menyantap makananku. Mungkin tubuhku terlalu lelah. Padahal babarapa saat yang lalu kubilang akan lebih waspada. Aku memang ceroboh.

"Hey, kau dengar?! Cepat bangun!" Suaranya semakin keras dan serasa tangannya mengoyang tubuhku. "Bahaya kalau tidur disini. Cepat bangun!"

Perlahan kubuka mataku.

-Perempuan?

"Aarrgh!" Aku mengeram karna sakit dipunggungku.

"Kau siapa?" Tanyaku.

Dia mulai meletakkan ranselnya, dan duduk di depanku. Saat ini pukul empat sore.

"Aku Naya. Kau?"

Aku masih mencoba mengumpulkan kesadaranku. Berkali-kali kutatap dia, untuk memastikan jika dia juga manusia. Dan dia memang manusia.

"Mau apa kau!?" Aku segera bangkit dan mundur beberapa langkah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURVIVAL XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang