Gua merinding sendiri nulisnya😂 tapi tenang ini bukan genre horror kok, hanya fantasi.
Semoga suka☺
🖤🖤🖤
Firza tergesa keluar dari toilet, sesekali kepalanya ia tolehkan kebelakang, memastikan agar setan cantik itu tidak mengikutinya, dan sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya, setan cantik itu tidak keras kepala dengan tidak tetap mengikutinya. Meskipun setan yang ia temui di toilet tadi terbilang cantik, tapi setan tetap setan, Firza takut.
Kakinya terayun sedikit tenang saat ia memasuki area kantin, obsidiannya berpendar memilah dimanakah sahabatnya--Saghara-- berada, setelah dirasa objek yang ia tuju tertangkap onyx-nya ia pun berjalan menuju meja Saghara yang sudah tersedia es teh manis, dan semangkuk mie ayam, dan tentu itu untuk Saghara sendiri. Sahabatnya ini memang terlihat agak pelit.
Firza mendudukan bokongnya pada kursi plastik berwarna hijau berhadapan dengan Saghara. Merasa ada pergerakan didepannya, lelaki bertubuh jangkung itu mengalihkan atensi dari semangkuk mie ayam yang terlihat lezat itu.
"Udah?" Tanya Saghara diangguki oleh Firza.
"Gak makan lo?" Untuk kedua kalinya Firza mengangguk. Ini nilai plus dan membuat Firza betah berteman dengan Saghara, lelaki itu memang sangat perhatian dibalik sifat pelitnya.
Firza menggeleng. "Tas gua mana?"
Tanpa menunggu lama Saghara pun langsung meraih tas milik Firza yang ia taruh dikursi sampingnya, lalu mengulurkannya pada Firza.
"Tugas dari Prof. Adi udah lo kerjain?" Tanya Firza sembari menerima uluran tas miliknya itu.
Saghara mengangguk sambil menyantap kembali mie ayam miliknya.
"Gua belum sama sekali masa." Ujar Firza diiringi dengan cengegesan khas-nya.
"Udah biasa." Sahut Saghara dengan tenangnya.
"Gua salin punya lo ya?" Firza melipat tangannya diatas meja, lalu menatap Saghara dan menaik turunkan alisnya.
Saghara menatap Firza malas, "lo mau nilai tugas lo dapet -C?"
"Ya siap tau aja nasib mujur lagi ada di gua, dan lo yang kena damprat Prof. Adi disangka nyontek sama gua." Ucapan kurang ajar itu keluar begitu saja dari mulut Firza dan lebih menyebalkannya lagi diakhiri dengan kekehan kecil.
"Lo lupa? Prof. Adi bahkan hapal siapa nama-nama yang tukang nyontek atau yang rajin ngerjain tugas dia." Bahu Firza seketika lemas mendengar itu, ia lupakan fakta bahwa Profesor berkepala putih, alias rambut penuh uban itu memang ajab, dia bisa tahu mana hasil yang ori, dan mana yang contekan.
"Yaudah kalo gitu lo bantuin gua ngerjain tugas oke?" Firza memberi gestur dengan telunjuk dan jempol membentuk huruf O.
Saghara menyisihkan mangkuk mie ayamnya sudah habis isinya itu, lalu meraih tissue yang berada diatas meja dan mengelap mulutnya yang terasa berminyak. "Ngerjain sendiri bisa?"
Nilai minus dari seorang Firza yang manis, tampan, banyak memikat hati para mahasiswi kampus adalah otak dia yang sedikit kopong. Sebenarnya tiada satu pun manusia didunia ini yang bodoh jikalau mereka belajar dengan baik, dan melawan rasa malasnya, namun kembali lagi rasa malas itu salah satu sifat yang mendarah daging di dalam diri manusia. Firza contohnya.
Miris memang.
Otak dia memang tidak seencer milik Saghara, namun dia juga tidak bebal.
"Aelah tugas gampang doang, buktinya lo selesai ngerjain." Kata Firza dengan sedikit kesal.