2. Pengecut

227 61 13
                                    

Joyanne tidak tahu bagaimana keadaan di luar sana, jiwanya masih diselimuti rasa sakit, sedangkan raga sudah tak tau bagaimana bentuknya. Joyanne juga tidak tahu apakah diluar sedang diterangi teriknya mentari entah disoraki angin yang bergulung-gulung atau mungkin hujan sedang meraung-raung. Ia tidak tahu, semenjak Suzan pamit pulang malam itu, Joyanne sama sekali tidak keluar, mandi pun tidak, apalagi untuk mengisi perutnya.

Joyanne lapar, namun rasa lapar itu tertindih rasa sakit yang diciptakan oleh Chandra Abimanyu, lelaki brengsek yang tega menghancurkan hatinya.

Sekarang sudah menunjukan pukul sepuluh malam begitu satu pesan singkat bertandang di ponsel Joyanne. Bukan Chandra sebab kontak lelaki itu sudah di blacklist nya sejak kejadian tiga hari lalu, kemungkinan besar adalah Suzan karena sepupu cantiknya itu belakangan ini kerap menghubunginya untuk memastikan kondisi Joyanne yang layaknya mayat hidup. Tapi ternyata Joyanne salah, nomor itu adalah nomor yang tak dikenal, nomor yang tiga malam lalu menghubunginya dan mengaku telah dihamili oleh Chandra.

Dan Joyanne benar-benar menyesal telah membuka pesan itu.

'Gue Wendah, cewek yang ngehubungin lo malam itu. Bisa gak kita ketemu? Gue mau ngomong sesuatu'

Bagi Joyanne, Wendah mungkin adalah sosok wanita yang tidak punya urat malu di dunia ini. Alih-alih permintaan maaf sebab telah merenggut Chandra darinya, perempuan itu malah seenak jidat ingin bertemu dengan Joyanne seolah-olah menghamili anak dari Chandra adalah wajar baginya.

Joyanne menggigit bibir dengan kesal, berniat membalas satu pesan itu dengan sejuta umpatan yang ada di otaknya, namun bersamaan dengan ibu jarinya menyentuh keyboard, telpon masuk bertandang dari Suzan.

"APA?!" Teriaknya begitu menggeser tombol hijau yang berada dilayar ponsel. Padahal Suzan tidak tahu apa-apa, tapi Joyanne sudah keburu emosi maka ia luapkan begitu saja.

"Eits.. Kasar banget sih. Bawa salam kek apa kek ini gue belum ngomong udah dibentak aje.."

Joyanne lantas menghela nafas, meredam bayang-bayang perempuan bernama Wendah yang bentuk rupa nya saja Joyanne tidak tahu. "Kenapa sih, Su Telpon malem-malem gini?."

"Elo yang kenapa? Bukannya kemarin-kemarin gue sering nelpon? Kenapa make nanya segala sih? Udah makan belum?."

Iya sih, sejak kejadian drama yang di tonton Suzan tiga hari lalu secara live, perempuan itu jadi sering menghubunginya setiap saat, bahkan sebelum tidur, mengingatkan Joyanne tentang apapun, termasuk mengganti pakaian dalam sekalipun.

"Udah.." Joyanne memang sempat makan roti yang Suzan bawa dua hari lalu sebelum kepergiannya keluar kota untuk mengurus proyek.

"Makan nasi kan? Ada lauknya gak? Sayur gimana? Udah minum belum?."

Joyanne memutar bola mata. "Cerewet banget sih.. Gue udah gede kali!."

"Udah gede katanya, tapi ngurus diri aja gamampu.."

"Berisik ah Su!?"

Sedangkan diseberang sana Suzan sudah berdecak sebal, dia senang Joyanne kembali menjadi Joyanne yang menyebalkan seperti biasanya, tapi dia tahu sepupu nya itu belum benar-benar sembuh dari sakit hati. "Gimana? Si Chan datangin lo lagi gak hari ini?."

Joyanne menggeleng, buru-buru menjawab begitu dia tahu gelengannya pasti tidak terlihat oleh Suzan. "Hari ini dia gak datengin apartemen gue, tapiㅡ"

"Tapi apa?."

"Cewek yang dihamilin Chandra nge-wa gue, minta ketemu."

Tidak ada suara diseberang sana, mungkin Suzan sedang mencerna kalimat yang ia ucapkan. Lantas selang beberapa detik kemudian deheman Suzan kembali terdengar beserta dengan grasak-grusuk, entah apa yang sedang perempuan itu lakukan diseberang sana. "Trus lo jawab apa?."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DescriptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang