Bagian siku dan lututnya terasa sakit. Tidak terlalu parah hanya luka ringan saja, tapi jika di biarkan bisa infeksi dan rasa sakitnya akan bertambah.Tiba-tiba saja pintu ruangan putih yang didominasi aroma obat-obatan itu terdorong dari luar. Seorang gadis cantik dengan raut wajah khawatirnya berjalan tergesa-gesa menghampiri sisi ranjang klinik.
"Mama gak kenapa-kenapa kan?".
"Mama baik- baik saja Sarah".
" Syukurlah, mama hampir saja membuat ku jantungan". Huft.. Gadis itu menghela nafasnya lega. Lalu menarik sebuah kursi dekat meja disamping ranjang klinik untuk didudukinya."Mama kenapa bisa hampir ketabrak sih?, kenapa tidak minta diantar Abang atau satpam kantor saja kalau Mama mau ke warung soto itu? Kan bisa delivery juga". Sarah, yang berada di kampus setelah menerima pesan singkat dari ibunya untuk minta di jemput di klinik tidak jauh dari kantor membatalkan bimbingannya begitu saja dengan dosennya. Selagi berjalan setengah berlari ke arah mobilnya di parkiran, dia langsung menelpon ibunya kenapa bisa ada di klinik. Bukan tanpa alasan Sarah bersikap protektif seperti itu, sebab ibunya memiliki masalah dengan kesehatannya.
"Sarah, Mama tidak pa-pa. Kamu bisa liat sendiri kan?, Yang seharusnya kamu khawatirkan gadis itu". Kata ibunya menunjuk seorang gadis yang duduk di depan meja dokter. Sarah memperhatikan gadis itu. Siku kanannya sedang diberi obat merah oleh suster setelah dibersihkan oleh antiseptik. Celana panjang warna hitam yang dipakainya sedikit robek dibagian lutut. Tapi tidak sampai melukai lututnya dan hanya memar saja.
Merasa dirinya diperhatikan, Aileen pun mengalihkan pandangannya ke arah dua wanita itu sambil tersenyum.
"Mama seperti mengenalnya Sar". Mira, ibu gadis itu balas tersenyum kearah Aileen. "Senyumnya mengingatkan Mama pada seseorang". Sarah mengernyitkan dahinya bingung."Mungkin dia salah satu pelanggan Mama di salon. Atau mungkin rekan kerja Mama".
"Tidak Sar, coba perhatikan gadis itu!. Bukan Mama menghina, penampilannya sederhana tidak berlebihan. Apalagi dia berhijab. Sepertinya juga dia belum pernah ke salon Mama". Mira masih kekeuh dengan pendapatnya.
"Dia juga bukan salah satu rekan kerja Mama yang rata-rata ibu-ibu sosialita semua dan tidak ada gadis muda seperti itu rekan kerja Mama". Mira mencoba memberi penjelasan yang masuk akal pada Sarah. Semoga dugaannya benar.
"Lalu siapa dia Ma?". Sarah masih bingung dengan penjelasan Mamanya soal gadis itu. "Dia gadis yang manis". Lanjut Sarah memperhatikan gadis itu sehingga membuat yang sedang dijadikan objek pembicaraan merasa risih.
"Jangan menatapnya seperti itu! Kau membuatnya jadi canggung".
"Ayo kita kesana". Ajak Mira dengan mengarahkan dagunya kearah Aileen.
"Semoga dia tidak pa-pa". Gumam Mira yang diangguki oleh Sarah."Bagaimana keadaannya Dokter? apa baik-baik saja?" Tanya Mira pada Dokter yang menangani Aileen. Sedangkan Sarah memperkenalkan dirinya pada Aileen.
"Dia tidak pa-pa, hanya luka ringan saja. Ini ada resep obat untuk diminum. Tolong di tebus di apotek samping klinik ini nanti". Dokter itu menulis sesuatu di kertas dan memberikannya pada Aileen.
Aileen yang hendak menerima kertas itu langsung beralih ke tangan Mira. "Biar saya saja yang tebus".
"Terima kasih Dokter, kami permisi dulu". Pamit Sarah yang diangguki oleh Dokter itu."Namamu Aileen kan? Jeda sejenak. "Tolong bantu dia Sarah!".
Sarah memapah Aileen sampai ke apotik.
Sebenarnya Aileen bingung kenapa wanita paruh baya itu bisa tahu namanya. Padahal sewaktu dia menolongnya tadi, mereka langsung di bawa orang-orang ke klinik ini. Mungkin dia membaca namanya di kertas resep itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aileen
RomanceDialah takdir hidupnya. Seseorang yang kamu benci dimasa lalu, mungkin masih tersisa bahkan tidak akan pernah pudar rasa benci itu sampai saat ini. Seberapa keras kau menolak, kau takkan bisa. Jika Sang Pemilik Kehidupan telah menentukan garis takd...