Late

7.5K 990 147
                                    

Warn! Typos! No edit!

Haechan mendumal. Ini sudah terhitung dua jam ia menunggu sosok kurang ajar yang sialnya adalah kekasihnya. Wajahnya merengut bengis, seakan akan mencabik sosok kekasih yang kini nyengir tanpa rasa bersalah kearahnya.

"Darimana saja?!" Ketusnya dengan cepat. Bahkan Mark belum sempat membuka kaca helmnya untuk melihat Haechan.

Mark nyengir, membuka kaca helmnya perlahan. "Seulgi sunbae memintaku menerjemahkan beberapa lirik ke dalam bahasa Korea."

Haechan mendelik, menatap garang kekasih tidak pekanya. "Kenapa tidak meminta bantuan pada Ten hyung?! Dia kan juga pintar berbahasa inggris!" Protesnya dengan cepat.

Entah apa yang ada difikiran Mark, Haechan tak habis fikir dengan jalan fikiran Mark yang sungguh tidak peka. Tentu saja mereka yang pura-pura meminta bantuan adalah manusia-manusia modus yang ingin mendekatinya. Namun entah kenapa Mark tidak pernah sadar dengan itu semua berakhir Haechan merasakan kecemburuan.

"Ten hyung berjanji untuk bertemu dengan Johnny hyung hari ini, sayang."

Haechan mendelik sekali lagi. Wajahnya menatap Mark berang, kesal sekali dengan manusia dengan nama Mark Lee ini.

"Apa kabar denganmu?! Kau berjanji menjemputku pukul tiga! Sekarang sudah pukul lima! Seharusnya tadi aku pulang bersama Hyunjin saja!"

Mark terkekeh pelan mendengar omelan Haechan yang panjang. Ia bukan tipe kekasih yang mengekang pasangannya, ia juga  bukan pencemburu. Hal yang sangat disayangkan oleh Haechan.

"Maaf ya, sayang?" Ujarnya sembari memakaikan helm bogo berwarna merah dengan totol-totol hitam. Terlihat seperti ladybird kalau kata Haechan.

"...nanti hyung temani sampai les vokalmu berakhir."

Haechan menahan agar tidak memekik girang. Ingatkan kalau ia masih marah pada kekasih tidak pekanya. Tanpa banyak kata Haechan menaiki motor hitam kebanggan Mark dengan tangan yang terlihat pada dadanya. Bibir mencebik yang membuatnya terlihat seperti bocah yang tidak dituruti kemauannya.

Slap!

"Pegangan. Hyung tidak mau kau jatuh." Ujar Mark lembut sembari merapatkan pelukan Haechan pada perutnya. Ia menepuk beberapa kali tangan kecil Haechan sebelum menutup kaca helmnya dan menyalakan mesin motornya.

Sementara Haechan menahan diri untuk tidak tersenyum, ia mengatupkan bibirnya erat supaya tidak kebablasan untuk tersenyum. Tanpa ia tahu kalau Mark tersenyum geli menatapnya dari spion kanan motornya.

.

.

.

Dalam perjalanan mereka diam, biasanya Haechan akan berceloteh tentang apapun yang ia lakukan. Tapi kali ini tidak, Haechan masih marah omong-omong. Mark juga fokus pada jalanan Seoul yang ramai. Sesekali tangannya mengelus lutut Haechan ketika lampu merah lalu lintas menyala.

"Isi bensin dulu, ya?" Ujarnya setengah berteriak agar suaranya terdengar oleh Haechan yang masih merengut diboncengan belakangnya.

Haechan tidak menjawab, ia masih marah pada Mark yang selalu saja telat saat menjemputnya pulang sekolah.  Haechan juga sepanjang jalan merutuk sifat 'terlalu baik' Mark kepada siapapun itu.

Ketika mereka masuk ke dalam area pom bensin dan memulai antri. Haechan hendak turum dari motor agar Mark bisa membuka jok motornya.

"Mau kemana?" Cekal Mark. Ia memegang pelan lengan Haechan yang terlihat akan turun dari motornya.

Haechan memutar bola matanya malas, "Tentu saja agar hyung bisa membuka tangki!" Ketusnya dan ia akan segera turun dari motor.

Mark terkekeh mendengar penuturan Haechan. "Tangkinya di depan, sayang."

Sial! Sial! Sial!

Haechan malu sekali. Kenapa ia yang terlihat bodoh disini? Kenapa ia menyamakan motor Mark dengan motor matic miliknya.

Haechan maluu sekali. Wajahnya memerah parah karena malu. Ini sungguh hari yang sial.

Hmm.. ini bakal jadi work pendek-pendek seperti Markhyuck Short Stories. Hwhwhw~

Ada yang suka?

Fluffy Markhyuck✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang