CANTALOUPE 4 : MOVE ON

677 86 9
                                    

"Can bangun" bisikku tepat di telinganya.

"Sebentar lagi Tin, aku masih ingin tidur jangan ganggu aku," Can membalikan tubuhnya dan memelukku dengan erat menyembunyikan wajahnya di dadaku. Lihat aku menyuruhmu bangun, kenapa malah kau menyamankan posisi tidurmu, sungguh menggemaskan, kalau saja dia sedang tidak cedera, mungkin aku sudah habis memakanmu Can.

"Tidak bisa, kau harus bangun, atau kita akan terlambat, aku ingin membawamu pergi menemui dokter keluargaku, aku ingin memastikan sendiri separah apa cederamu,sampai matamu bengkak karena menangis semalaman, ayo bangun!!"

"mmm, cederaku tidak masalah, yang menjadi masalah sekarang adalah mataku, tunggu sebentar, ber iaku waktu 10 menit." Wajahnya makin dalam menelusup ke dalam dadaku.

Aku mengangkat wajahnya dari dadaku, dan kukecup lembut bibirnya

"Can dengarlah, cederamu itu adalah masalah besar untukku, kau sedih akupun ikut sedih, jadi mari pergi ke dokter untuk memeriksanya, sekarang cepatlah mandi atau aku yang akan memandikamu, air hangatnya sudah kusiapkan, kau bisa melanjutkan tidurmu di dalam mobil nanti." Akhirnya bayi dewasa ini menganggukan kepalanya, aku membawa nya kekamar mandi dengan cara memapahnya, karna orang ini bersikeras tidak ingin digendong. Setelah selesai membantu Can menuju kamar mandi, aku langsung pergi untuk memanaskan mobil, aku sudah mandi lebih dulu tadi, kukira Can akan merengek kelaparan dipagi hari, jadi kita harus berangkat lebih awal untuk mencari makanan dijalan nanti, nyatanya malah dia yang susah dibangunkan, sungguh ini diluar perkiraanku.

"Baby, panggil aku jika sudah selesai." Baru saja pintu kututup sepenuhnya,

"Tiiiiiiiiiin!!!"

"Ada apa Can" teriakku,

"Kau, kau, kau, apa yang kau lakukan pada tubuhku Tiiiin!" Hah memangnya apa yang sudah kulakukan pada tubuhnya, karena aku penasaran dengan apa yang terjadi pada Can, tanpa fikir panjang masuk kedalam kamar mandi, dan yang kulihat saat ini adalah Can yang bertelanjang dada memandangi dirinya sendri didepan cermin yang terpasang dikamar mandi. Dia menunjuk lehernya yang merah,

"Tin, kenapa kau menyerangku disaat aku lemah, sialan kurang ajar, dasar jahat,"

"Apa maksudmu, aku hanya menandai lehermu karena itu sangat menggoda, setidaknya itu hanya satu titik, karena kau belum sepenuhnya milikku, kau harusnya sudah terbiasa dengan apa yang selalu kulakukan, saat kau benar-benar menjadi milikku aku akan melakukan hal yang lebih dari itu, " Padahal sejak aku mendeklarasikan suka padanya aku selalu menciumnya semauku, entah itu bibir atau pipi, apakah dia belum terbiasa juga?

"Aku tau, tapi tapiii kenapa sampai meninggalkan bekas begini Tin, kapan kau menyerangku?"

"Sudahlah, jangan merengek cepatlah mandi, atau kau ingin ku mandikan," baru selangkah aku mendekat, dia sudah mendorongku keluar, padahal ingin sekali aku melihatnya mandi, kenapa harus semalu itu, kita kan sama-sama laki-laki, melihatnya mandi tidak masalah kan?

"Tidak tidak tidak, keluarlah Tin kalau tidak kau akan kusiram."

"Hahahah iya iya, cepatlah, baju dan handuk sudah kusiapkan disebelah sana, jadi jangan memanggilku lagi jika kau benar-benar belum selesai atau kau akan ku telanjangi dan kuserang, mengerti?," Dia tidak menjawab, hanya mengangguk patuh.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Can benar-benar tertidur selama perjalanan menuju rumah sakit, mungkin menangis semalaman memang membuatnya lelah, Saat terbangun dia kelaparan dan langsung menanyakan makanan, untunglah aku sempat mampir ke minimarket dan membeli berbagai macam makanan setidaknya bisa mengganjal lapar, dan sedikit menyumpal mulutnya yang berisik nanti, setelah makanannya habis dia tertidur lagi, luar biasa sekali anak ini.

"Can bangun, kita sudah sampai,"

"Sampai dimana? Di rumah?" Dia sedikit merenggangkan tubuhnya lalu menguap lagi.

"Tentu saja di Rumah sakit bodoh!"

"Ah, benar aku lupa, aku terlalu enak tidur, dan tadi aku bermimpi indah, kau ingin mendengar mimpiku Tin? Tapi aku lupa mimpi apa tadi, hanya rasanya memang indah, aku sampai malas bangun, bolehkah aku tidur lagi, eh iya aku kan akan menemuidokter, aku lapar emmmnn eemnn," untung tadi aku membeli lolipop, cukup ampuh untung membungkam mulutnya.

"Jangan banyak bicara baby, ayo turun dan temui dokter,"

"Hmm," Dia mengangguk dan sibuk memakan permennya.

Setelah bertemu dengan Dr.Smith, dan berkonsultasi tentang cederanya, Can dibawa untuk melakukan beberapa pemeriksaan, sampai pemeriksaan selesai aku harus menuggunya diluar, sungguh menyebalkan. Sesungguhnya Dr.smith bukan hanya dokter keluarga, tapi dia memang keluarga, dia pamanku, sebelum kesini aku sudah sedikit bercerita tentang Can dan cederanya. Jadi kupikir tidak akan memakan waktu yang cukup lama seperti ini.
-----------------------------------------------------------------
Dan sekarang adalah waktunya mendengarkan separah apa cedera yang diderita Can.

"Tin, apa dia temanmu?" tanya dr.Smith membuka pembicaraan.

"Hmm,"

"Jarang sekali kau membawa temanmu, malah kusangka kau tidak mempunyai teman,"

"Sudahlah paman, sekarang mari kita bicara tentang cedera Can!"

"hmm hmm baiklah mari kita mulai, namamu Can benar?"

"Iya dokter, namaku sebenarnya Cantaloupe, eh Can benar, lupakan ucapanku tentang nama asliku,"

"hahaha, Dia lucu Tin, pantas saja kau cocok dengannya, Can kau ingin menjadi atlet sepakbola nasional benar?"

"Iya dok, itu adalah impianku sejak kecil."

"Sebenarnya cederamucukup parah, akan membaik dalam beberapa minggu, kau mungkin tidak akan bisa menjadi atlet nasional, karena jika setelah sembuh nanti kakimu dipaksakan untuk mengalami latihan berat dan pertandingan terus menerus kemungkinan kakimu akan terluka kembali, dan mengalami cedera yang lebih parah." Can mulai menangis lagi air matanya mulai menetes kembali.

"Aku aku aku jadi aku sungguh sungguh tidak bisa bermain olahraga yang sangat kucintai lagi? Jadi aku harus menyerah pada mimpiku dok? Pada apa yang kucintai?"

"Paman?" Aku memperingatkannya dengan tatapanku untuk tidak berkata sesuatu yang lebih menyakitkan.

"Tenanglah Tin, Can, setelah sembuh kau masih bisa bermain sepak bola dengan teman-temanmu, kau hanya tidak bisa menjadi atlet karena terlalu berat untuk kakimu, tapi untuk bermain biasa, menghabiskan waktu untuk hobbymu dan menjalankan beberapa pertandingan kakimu masih mampu, kau tidak harus meninggalkan apa yang kau cintai, hanya mengurangi sedikit pertandingan, jangan memaksakan diri."

"Kau sudah dengarkan, kau masih bisa bermain sepak bola dengan teman-temanmu, tapi jangan berharap menjadi atlet, aku sangat melarangnya, karena kemungkinan kau terluka lagi sangat besar, setelah lulus nanti, aku akan membantumu mencari pekerjaan yang lain." Aku mengusap kepalanya dengan lembut, kuharap dia menjadi sedikit lebih tenang sekarang, setidaknya itu bisa mengurangi rasa sedihnya kan?, dia hanya mengangguk sebagai respon.

"Kenapa kau tidak berbiacara apa-apa Can? Apa kau masih sedih?"

"Bukan begitu Tin, aku hanya merasa bingung dengan ucapan kalian tadi, aku tidak mengerti apa yang kalian obrolkan, intinya aku masih bermain tapi tidak boleh menjadi atlet? Tidak masalah selama aku masih bisa bermain,"

"Dasar bodoh!" Can memajukan bibirnya sebagai tanda dia marah dengan ucapanku, tapi setidaknya aku sedikit lega, Canku masih bisa melakukan hal yang paling dicintainya itu.

"Tunggu, Tin kenapa kau memanggil Dr.Smith dengan sebutan paman, jangan bilang kalau dia?"

"Iya Can, aku pamannya,"

"Kau baru menyadarinya? Dasar bodoh!" dan akhirnya kami bertiga tertawa bersama, Can ku yang bodoh dan ceria akhirnya kembali.

Hallooo guys, sorry lama gak update, laptop ryuuu rusak, dan hp ryuuu ilang ditempat kerjaaa, baru sekarang bisa ngetik lagi, meskipun lapi nya masih sedikit error huhuuuu ToT
Semoga kalian belum bosan dengan cerita iniii, dan Kapal kalian masih tetep TinCan, belum berubah ke kapal yang lain, hehe
Selamat membacaaa ...

My CantaloupeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang