Kebahagiaan Akan Datang

655 8 1
                                    

6 tahun telah berlalu, kini aku sudah beranjak dewasa. Ibu pun sudah tidak terlalu sering mengunjungi ladang. Kini aku menjadi tulang punggung keluarga menggantikan Ibu. Karena kondisi kesehatan Ibu yang semakin hari semakin menurun membuat Ibu harus selalu beristirahat dirumah. Wulandari yang sekarang sudah hampir lulus Sekolah Dasar(SD) sedang sibuk-sibuknya belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional(UN). Wulan tidak mau mengecewakan aku dan Ibu. Dia bertekad untuk menjadi lulusan terbaik disekolahnya. Dan aku, tetap menjadi kakak yang akan terus membantu memperbaiki ekonomi keluarga agar Wulan bisa terus bersekolah.

"Kak, Wulan boleh bantu kakak?"

Aku yang sedang beristirahat di gubuk kaget dengan kedatangan Wulan . Karena tumben sekali dia datang ke ladang untuk membantu.

"Eh kok kamu kesini Lan?"

"Wulan ingin membantu kakak, sekalian ada yang ingin Wulan sampaikan." Perkataan Wulan membuatku penasaran.

"Kakak sedang beristirahat, Kalau ada yang ingin kamu sampaikan, sekarang saja"

Tingkah laku Wulan tidak seperti biasanya. Dia seperti menyembunyikan sesuatu. Aku bisa mengetahui itu dari cara dia berbicara dan melihat ekspresi wajahnya.

"Guru Wulan menanyakan tentang biaya sekolah. Wulan tidak berani bilang ke Ibu." Kata Wulan cemas.

"Apa ada akibat jika kamu terlambat membayar biaya sekolah?"

"Kata Ibu Nuri, kalau sampai terlambat membayar biaya sekolah, Wulan tidak akan menerima kartu peserta Ujian Nasional dan Ijazah Wulan bisa ditahan oleh pihak sekolah." Jelas Wulan dengan cemas.

"Kapan terakhir pembayarannya?"

"Terakhir pembayarannya 3 hari lagi sebelum minggu depan Ujian Nasional dimulai."

"Yasudah, kamu belajar saja dengan baik, persiapkan diri kamu untuk mengikuti Ujian Nasional. Kakak akan mencari uang untuk biaya kamu sekolah dengan cara apapun." Terangku Menenangkan.

Aku harus bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi agar Ujian Nasional Wulan tidak terhambat. Apapun caranya harus aku lakukan, agar Wulan dapat meraih cita-citanya untuk menjadi lulusan terbaik disekolahnya. Wulan harus bisa mewujudkan cita-citanya, agar Ibu bangga.

"Terimakasih kak, maaf Wulan selalu merepotkan kakak." Air mata Wulan mulai keluar dari ujung matanya.

"Tidak usah bilang terimakasih Wulan, semua akan kakak berikan agar kamu bisa menjadi kebanggaan kakak dan Ibu. Kamu harus menjadi kebanggaan kita." Kataku menyemangati Wulan.

"Wulan tidak akan mengecewakan kakak dan Ibu. Wulan janji."

Senang melihat Wulan kembali tersenyum, dia akan bahagia selalu, Itu yang selalu aku janjikan kepadanya. Dan dia berjanji akan terus berusaha dan belajar agar aku dan Ibu bangga kepadanya.

----

Matahari mulai terbenam, tanda bahwa aku harus menyudahi pekerjaanku. Wulan yang sedari tadi membantuku di ladang, terlihat kelelahan. Dia memaksa untuk terus membantuku. Padahala aku sudah bilang agar dia tidak membantuku.

"Kita istirahat dulu di gubuk ya Wulan, ada sesuatu yang akan membuatmu bahagia."

Sampai sekarang Wulan tidak mengetahui kalau pemandangan langit dari gubuk kami sangat indah. Dia terlalu sibuk belajar untuk meraih cita-citanya. Kata-kataku mungkin sedikit mengagetkan Wulan. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang terkaget sekaligus berharap.

"Ada apa kak? Kakak menyiapkan hadiah untukku?" Tanya Wulan antusias.

"Liat saja nanti, hati kamu pasti akan jauh lebih tenang."

Wulan berlari menuju gubuk. Mungkin dia berharap hadiah benda dariku. Padahal yang akan dia dapatkan adalah sesuatu hal yang lebih besar dan berarti daripada sebuah benda. Senja menanti, kita akan segera menikmatinya.

"Mana kak hadiahnya?" Tanya Wulan tidak sabar.

"Lihat pemandangan didepan mu, itulah sesuatu yang akan membuatmu bahagia."

TIba-tiba Wulan terdiam. Dia tidak pernah melihat senja seindah ini. Dia sangat menikmati pemandangan senja didepannya. Dia menatap senja dengan sangat hikmat. Seakan dia sedang berbincang dengan senja. Jika aku bisa melukis, akan aku lukis Wulan yang sedang menatap senja, agar dia senang dan agar dia selalu mengingatnya.

"Bagaimana perasaanmu Wulan? Sudah merasa tenang?" Tanyaku membuat lamunan Wulan terhenti.

"Sangat tenang kak. Benar kata kakak. Aku bahagia." Jawab Wulan penuh dengan senyuman
"Terimakasih kak, Wulan sangat bahagia atas hadiahnya."

"Berterimaksih kepada Tuhan saja, Tuhan yang memberi kebahagiaan ini untukmu."

Wulan memejamkan mata. Mungkin dia sedang berterimakasih kepada Tuhan. Atau mungkin saja Wulan sedang memohon agar dia selalu melihat pemandangan seperti ini.

"Ayo kita pulang, Ibu pasti sudah menunggu." Kataku mengganggu Wulan yang sedang asyik tersenyum menatap senja.

"Hmm, sebenarnya aku masih ingin disini kak. Tapi aku tidak ingin membuat Ibu cemas. Jadi kita pulang saja, kan besok aku masih bisa datang kesini." Sepertinya Wulan akan sering mengunjungi gubuk setelah tahu pemandangan sore hari di gubuk seindah ini.

"Iya Wulan, kamu bisa berkunjung kapan pun kamu mau. Dan kakak akan selalu menemanimu."

"Terimakasih hadiahnya kak."

Aku hanya menjawab perkataan Wulan dengan senyuman kemudian memeluk Wulan sambil mengelus rambutnya. "Kelak, kamu akan menjadi kebanggan keluarga. Dan aku akan menjadi Orang yang paling bahagia karena berhasil membuat adikku menggapai cita-citanya." Kataku dalam hati.


:
:
:
:
:
:
:
Jika kalian sudah membaca, tolong berikan komentar kalian untuk memotivasi saya. Komentar kalian tidak harus positif. Komentar negatif pun tak apa. Terimakasih.

Sebuah Cita Di Balik Gubuk DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang