Cuplikan Percakapan dengan Lazu

6 0 0
                                    

"Sudahkah kamu bertanya begitu dengan pacarmu itu?"

"Belum. Toh, dia tak peduli hal-hal begitu."

Hening.

Aku menyeruput kopi panas itu.

Lidahku mati rasa.

Pahit.

Panas.

Asam.

Rambut tak karuan Lazuardi tak pernah membuatku tenang. Selalu ada keinginan untuk mengajaknya potong rambut di toko pangkas dekat rumah. Tapi tak pernah kulakukan. Begitu pula pakaian kotak bahan semacam wol itu. Dia pakai beberapa minggu tanpa rasa bersalah. Mulai dari naik gunung, hingga acara kumpul alumni SMA dua hari yang lalu. Hari ini, dia masih menggunakan pakaian yang sama.

Aku menghela napas.

"Di, aku rasa kita tak akan dapat apa-apa dari hal ini sampai kamu duduk dengan Risa."

Lazu, begitu panggilannya, memandangi kopi susu yang tersaji dalam cangkir di depan kursi yang didudukinya.

Hening lagi.

"Aku cuma tak ingin masalah ini jadi runyam. Kau tahu sendiri Risa seperti apa ketika dia dengar soal masalahku dengan Angel."

Aku menutup mata dan menengadah.

"Kalau sudah begini, ya aku hanya bisa angkat tangan, Di. Risa bisa mengomeliku seharian penuh kalau aku bertindak lebih jauh lagi," ujarku seraya membuat gestur, menaikkan bahu, mengisyaratkan bahwa aku sudah tak tahu lagi harus bagaimana.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Meja DinginWhere stories live. Discover now