"Daniel, iku (itu) lomba olimpiade sains yang di SMA 5 buka lagi. Ndak ikut kamu?" Siswa laki-laki itu berlari antusias menghampiri temannya yang bernama Daniel. Dia tampak ngos-ngosan, tapi justru si teman terlihat tidak tertarik sama sekali dengan topik yang ia bicarakan. Si Daniel sedang asik membuka laptop, mencari-cari try out SMP online yang belum pernah ia kerjakan.
"Ndak. Males. Kita kemaren lek(kan) udah menang. Ngapain ikut lagi."
"Hadiahnya nambah. Sekarang juara satunya dua juta!"
Daniel tetap tidak menggubris temannya, "ndak ah! Paling dua juta itu total hadiahnya."
"Halah, kok ndak percaya. Ayo wes kita tanyain. Mumpung ada mas-mas SMA 5 yang lagi masang posternya di mading!" Siswa pria itu menarik-narik lengan Daniel, memaksanya untuk bangkit dan mengikutinya pergi.ke tempat yang ia maksud. Demi melegakan temannya itu, Daniel pun terpaksa ikut.
Dari kejauhan, tampak mading sekolahnya tengah dipenuhi oleh para siswa. Mereka terlihat bergerombol seperti ikan yang dikasih pelet. Apa iya lomba yang diadakan sama SMA 5 tahun ini semeriah itu? Kenapa teman-teman, bahkan adek kelasnya sampai seantusias ini?
Daniel dan temannya dengan langkah mantab mulai mendekati mading yang dipenuhi siswa. Ketika ia tinggal berjarak beberapa meter saja dari mading, Daniel mulai tau kenapa para siswa itu begitu bersemangat bergerombol di sana.
Seorang pria berseragam SMA 5 tengah berdiri disitu, menjawab setiap pertanyaan yang diluncurkan oleh para siswi yang mengelilinginya. Senyumnya manis, seolah lebih manis dari es tebu yang suka Daniel beli sepulang sekolah. Bulu matanya lentik, membuat matanya yang sudah lebar itu semakin terlihat bercahaya. Kulitnya untuk ukuran pria terlalu putih bersih, belum lagi rahangnya yang terlihat tegas namun malah membuatnya tampak anggun. Lucunya, di pipi kiri pria itu tampak jelas tiga tanda lahir yang membentuk gambar segitiga. Entah konspirasi alam macam apa yang bisa membuat Tuhan mau menciptakan makhluk seindah itu.
Daniel mematung beberapa saat. Dia panik. Ritme jantungnya sedang nggak bersahabat seperti biasanya.
"Dan! Daniel!"
"Heh, iyo! Opo to opo?" Bentakan dari temannya itu berhasil menyadarkan Daniel dari lamunannya. Untung saja si teman tidak sadar kalau Daniel tengah memandangi kakak dari SMA 5 itu dengan bola mata yang hampir keluar dari tempatnya.
"Jadi tanya masnya ndak?" Tanya temannya itu. Daniel mengangguk.
"Doyoung," panggil Daniel pada temannya, "kita ikut lagi ae (aja) yo. Sekelompok. Kayak biasane."
Doyoung melotot seketika, mempertanyakan kenapa Daniel main setuju saja tanpa adanya syarat dan ketentuan yang berlaku. Tapi yasudahlah, toh akhirnya Daniel mau ikut.
"Nah, ngono loh! (Begitu dong!) Gini kan enak akunya. Ndak usah mbujuk kamu susah-susah. Ayo wes, kita kemon tanya masnya!"
***
Hari yang dinanti pun tiba. Ada kabar baik dan buruk yang Daniel dapatkan hari itu. Kabar baiknya, ia berhasil masuk final. Gampang lah. Lhawong dia udah dua kali menang waktu kelas satu dan kelas dua SMP. Kabar buruknya, dia nggak menemukan mas-mas itu dimanapun. Di meja registrasi, di parkiran, dan di dekat kamar mandi pun tetap nggak ada. Apa benar masnya anak SMA 5? Atau cuma aktor bayaran?
Daniel mulai curiga itu aktor bayaran gara-gara dia sering mengecek sosial media milik olimpiade sains SMA 5 Madiun. Foto mas manis ada di akun Instagram mereka. Video untuk mempromosikan lomba itu pun juga memakai mas manis sebagai modelnya. Daniel mulai meragu kalau dia bisa menemui si mas hari ini. Dia mulai kehilangan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloopers - OngNiel
Fanfiction"Yawes gini ini, Seongwoo sama pacarnya kalo pacaran kayak taaruf, guys. Gandengan tangan aja loh aku ndak pernah lihat. Kalian harus lihat tampang pacarnya Seongwoo. Wajahnya ya kayak dia, kelihatan alim-alim menghanyutkan. Pacaran kok terlalu fami...