Chapter 2

3.5K 623 452
                                        

Satu tahun berlalu, hubungan Daniel dan Seongwoo masih berjalan stagnan dan terlihat biasa saja dari luarnya. Gaya pacaran mereka malah terkesan terlalu syar’i bagi mereka yang nggak tau. Daniel berusaha keras menjadi pria yang kalem dan tampak menghanyutkan, berbanding terbalik dengan Seongwoo yang tampak ceria dan disukai banyak orang. Apalagi semenjak Seongwoo membuka channel YouTube nya sekitar delapan bulan lalu. Tak sedikit mahasiswa yang mengenalinya di jalan, sok kenal sok dekat begitu.

Daniel? Panas! Setiap hari kalau ada yang minta foto sama Seongwoo, rasanya dia pengen ngejambak rambut orang itu terus ditenggelamin ke danau depan Teknik Elektro sana. Tapi untungnya, Seongwoo selalu berhasil meyakinkan Daniel kalau mereka cuma minta foto, minta kenalan, nggak bakal lebih seperti perlakuan Seongwoo ke kesayangannya itu.

“Mmh,” Pagi itu Seongwoo baru bangun dari tidurnya, sedang kekasihnya masih tertidur dan melingkarkan kedua tangannya dengan posesif di pinggang yang lebih tua, “Daniel, minggir dulu…”

Bukannya minggir seperti yang diinstruksikan, Daniel malah memeluk Seongwoo lebih erat. Seongwoo bersusah payah membalik badannya hingga berhadapan dengan Daniel, lalu mengecup bibir tebal milik pria bersurai pirang itu. Morning kiss udah biasa buat mereka, apalagi tidur seranjang. Walaupun apartemen mereka ada dua kamar, tapi Daniel konsisten buat tidur di kamar Seongwoo, kecuali untuk keperluan tertentu, mereka berdua lebih memilih tidur di kamar Daniel.

“Kelasku jam 10 kok, Mas. Tidur aja lagi, masih jam 6.”  Mata pria yang lebih muda masih belum sepenuhnya terbuka, tapi bibirnya sudah mengecup balik milik Seongwoo.

“Mau bikin susu.” Ujar Seongwoo. Daniel meliriknya, namun tak lama matanya lebih memilih untuk terpejam kembali.

“Loh, kebetulan berarti?” Celetuk Daniel yang masih merem-merem ganteng.

“Kebetulan apanya?”

“Aku juga lagi pengen nyusu.”

“Ih, bocah iki no(bocah ini)…” Seongwoo nggak tahan untuk nggak memukul keras lengan yang lebih muda, “serius aku! Minggir sana, aku mau bikin milo. Minta ndak?”

“Hehe, minta lah.”

Usai pertikaian itu, Seongwoo bangkit dari tempat tidurnya. Sikat gigi, cuci muka, terus langsung meluncur ke dapur buat bikin milo hangat. Daniel kayaknya juga udah bangkit dan berangkat ke kamar mandi. Tak lama kemudian, pria bersurai pirang itu menghampiri Seongwoo, memeluknya dari belakang dengan erat.

“Daniel,” Pria yang sibuk berkutat dengan peralatan dapur itu menghela napasnya dengan berat, “burungmu pagi-pagi kok ya udah bangun aja…”

Bukan, bukan burung yang disangkar. Bukan burung literally. Tapi burung yang menempel di tubuh Daniel, yang sekarang sedang berdempetan dengan belahan belakang milik Seongwoo.

“Hehe, namanya juga burung sehat. Sering dipake.”

“Minggir, Dan. Ngganjel ini lo!” Seongwoo nggak bohong waktu bilang itu. Pergerakannya jadi terganggu gara-gara pacarnya itu, padahal dia kan mau ambil milo di lemari atas.

“Mas?”

“Kenapa?”

Tangan Daniel yang tadinya bertengger nyaman di perut Seongwoo, kini turun perlahan hingga menyentuh pangkal paha si pria bersurai hitam.

“Satu ronde yok? Burungku lagi kangen sama sarangnya.”

“Astaga ini bocah!” Seongwoo mencubit tangan Daniel tanpa rasa kasihan, “kondom udah mau abis, mbok yo* hemat. Lube juga tinggal sedikit itu lo.”

*(aku nggak ngerti padanan bahasa indonya mbok yo, tapi it’s close enough with “yang”)

“Emut aja kalo gitu, Mas…”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloopers - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang