3 / Kampus

0 1 1
                                    

[now playing: Pelangi-Hivi]

Buat apa dikenang, jika selalu menimbulkan sayang.

*****

Seperti biasanya parkiran kampus sudah dipenuhi kereta ataupun mobil pemilik mahasiswa di universitas ini.

"Kamu jam berapa pulang?" Tanya kak Panji sambil membuka helm milikku.

"Jam 2an kak."

"Yah, kakak disitu masih ada kelas." Ucap kak Panji sedih, tidak bisa mengantar aku pulang.

"Yauda aku naik ojol aja kak, gapapa kok."

"Yakin nggapapa?"kak Panji memastikan

"Iya kak,"jawabku dengan senyuman.

"Baiklah. Kalo ada apa apa kabarin kakak ya." Kini kakak mengusap kepalaku dengan lembut. "Yauda kamu masuk gih sebelum telat."

"Siyap bosku,"ucapku semangat yang langsung dibalas kekehan ringan dari kak Panji dan tidak lupa senyum manisnya.

Selepas perginya kak Panji, aku langsung menuju kelasku di gedung B lantai 2 jurusan seni dan bahasa. Mataku melihat sekeliling selama berjalan di koridor kampus.

Duh, banyak banget sih cowok ganteng disini, batinku.

Oh iya perlu diingatkan. Sebelum menuju ke gedung B aku harus melewati gedung A yaitu untuk fakultas teknik. Jadi tidak heran aku selalu cuci mata ketika melewati tempat ini.

Tapi bisa juga untuk tidak melewati tempat ini dengan cara alur mutar. Membutuhkan waktu cukup lama dan pastinya melewati pemandangan indah dong, ya aku tidak bakalan bisa melewatinya.

Sesampainya dikelas,

"Nadin!"teriakku menyapanya. Dia menoleh dan tersenyum, perempuan cantik satu satunya yang ada di kelasku. Dia sudah duduk di bangkunya, tepatnya di sampingku.

"Ceria banget hari ini,"sapanya setelah aku melepaskan tas ransel yang besarnya sudah sebesar badanku.

"Iya nih, gue tadi liat liat cowok ganteng dulu di gedung sebelah."

"Perasaan kamu selalu lewat dari situ deh tiap hari." Ucapnya bingung

Aku hanya bisa cengengesan mendengarnya. Kalau di ingat-ingat benar juga, kenapa harus hari ini aja gue seceria ini? Hmm.

Oh iya gue mau ngenalin Nadin ke kalian semua.
Nadin Clarissa.
Perempuan cantik, baik dan lemah lembut yang ada di kelasku. Badannya bagus bak gitar spanyol. Ngga heran kalau dia jadi primadona di jurusanku sastra Indonesia. Semua teman di kelasku heran apalagi yang diluar kelasku, kenapa cewek sepertiku bisa berteman akrab dengan dia. Kalo dipikir-pikir emang gue ngga pantas disandingkan dengan dia. Yah tapi namanya juga kita saling nyambung jadilah kita teman dekat. Padahal kita sifatnya sangat beda, tapi yah mau dikata apa, kita teman dekat di kampus ini.

"La, kamu udah siap belum catatan kemarin? Aku boleh pinjam ngga catatannya?"

Aku mengeluarkan buku catatanku dan memeriksa sebentar dan ternyata sudah lengkap.

"Nih, cepatan salin sebelum pak Hendro datang." Aku memberikan bukuku yang sudah kubuka halaman yang perlu dia salin.

"Siap."

Kini Nadin menyalin catatanku kemarin. Dia ijin kemarin karena dia jatuh sakit akibat dia dan pacarnya terjebak hujan dihalte dan mau tidak mau mereka menerobosnya karena hari sudah malam. Akibatnya Nadin terkena deman dan flu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paula Si Gadis SuburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang