All About Love. {Who Loves You, Who Loves Me)

Part 8 - Bayangkan, Rasakan.

Ada yang kangen dengan ini?:) ini edisi patah hati loh, jadi edric – eva dan fio ama psangannya gak ada ntuk part ini. :D dan maaf kalau sedikit, yah. Lagi kacau soalnya. J

All About Love Part 8 – Bayangkan, Rasakan.

“Biar aku yang pergi.
bila tak juga pasti.
Adakah selama ini,

aku cinta sendiri.”

 

            Tian menghela napas berat. Kejadian tadi seolah terputar cepat dalam pikirannya. Edric mengakui perasaannya pada Eva, Frans membuat bencana, dan dia..

            Meratapi semuanya.

           

            “Gue suka sama lo sejak dulu.” Dia terhenyak ketika mendengar Edric berbisik pada Eva yang mematung. Ia rasakan genggaman tangan Eva melonggar. Ia sudah menduga hal ini pasti terjadi, tapi tak menyangka bakal jadi saksi Edric mengucapkan kalimat sakral – yang seharusnya ia ucapkan dari dulu.

            “Eva..”

            Ia memberanikan diri menoleh dan genggaman tangan itu terlepas seutuhnya. Digantikan dengan tatapan shock Eva kearah Edric yang tak bergeming. “ini gak lucu, Edric.” Seolah ia bayangan, penyusup, atau apalah itu, Edric berdiri dan menarik  Eva ntuk mengikuti. Tak mempedulikan teriakan Kim sayup – sayup terdengar di halaman belakang bercampur suara frustasi Frans, Fio mengangguk tanpa berkata – kata saking shock dengan apa yang terjadi.

 

            Ia tak ada pilihan selain menyusul Nisa yang patah hati – dengan anggukan sedih dari Lea ketika mereka berpapasan, dan berinisiatif mengantarkannya pulang. Ia butuh pelarian.

 

“Biar aku menepi,
bukan lelah menanti,
namun apalah artinya,
cinta pada bayangan.”

*Kahitna – Cinta Sendiri.

 

            Ia memberhentikan mobil di tepi jalan dan menyembunyikan kepalanya di stir. Kenangan sakit itu terputar tanpa sensor dibenaknya. Baru kali ini ia merasa lelah mencintai seseorang yang tak pernah menganggapnya lebih.

            “Va...”

            “Iya, kak?”

            “Lo pernah gak suka sama orang udah lama, tapi dia gak pernah anggap lo lebih?”

            Pertanyaannya sukses membuat Eva menoleh. Rambut kuncir kudanya bergoyang dan ia berkerut. “Lo lagi jatuh cinta, kak?”

            Tian tersenyum sambil menatap langit. Menyembunyikan debaran jantung yang semakin kencang karna pertanyaan Eva. “Bisa dibilang begitu.”

            “Hmm... gak pernah, kak. Tapi teman – teman banyak yang ngalamin itu dan mereka punya solusinya yang bikin bunuh diri.”

            Ia tertawa terbahak – bahak. Wajah polos Eva mengucapkan itu membuatnya gemas ntuk mencubit pipinya keras hingga yang bersangkutan manyun. “gue serius, kak. Lo ada rencana move on, gak?”