Chapter 2

1.5K 105 6
                                    

Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Luhan merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Dengan gugup Luhan menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata cokelat pucat sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.

"Cepat kesana. Dia menginginkanmu," sang bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Luhan tidak cepat-cepat menuruti keinginan Taehyung, akan berakibat fatal.

Luhan mengernyit pada Sehun, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.

"Apakah... apakah.." Luhan berdehem karena suaranya begitu serak, "Apakah Anda ingin dibawakan minuman?"

Sehun hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.

"Bawakan satu, minumanku yang biasa"

Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Sehun, minuman yang biasa. Tangan Luhan gemetar ketika menerima nampan minuman itu. Sedikit lagi Luhan..., gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sedikit lagi semua dendammu akan terbalaskan... sedikit lagi...
    
Luhan mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar dia mendekati Sehun yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya.

Diletakkannya gelas itu di meja depan Sehun,

Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati. Doa Luhan dalam hati.

Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Sehun hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya.

Matanya malahan tertuju pada Luhan dan memandangnya tajam.

"Duduk." Sehun menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.

Sekujur tubuh Luhan mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini?

Ketika Luhan termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Sehun. Sehingga dengan terpaksa Luhan duduk di sebelah Sehun.

"Siapa namamu?", Sehun menatap tajam ke arah Luhan, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya.

Luhan sudah siap dengan pertanyaan ini, nama samarannya,

"Seojung." Jawabnya kaku

Sehun  mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Luhan mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Luhan dengan cermat,

"Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini"

"Eh... dia... dia pegawai baru kami, Boss, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarinya bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda," sang pemilik klub menyela dengan gugup.

Wajahnya tampak cemas melihat Luhan melayani tamu pentingnya dengan setengah hati. Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Luhan, "Ayo  perkenalkan dirimu Seojung kepada Tuan Sehun, Tuan Sehun telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya. Itu merupakan suatu kehormatan untukmu, harusnya kau berterima kasih"

Perintah itu membuat Sehun menegakkan dagunya dengan angkuh,

"Saya sudah memperkenalkan diri saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk Tuan Sehun yang terhormat, karena itu saya akan pergi," jawab Luhan ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai. Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Sehun, dan sebentar lagi Sehun akan mati karena sesak napas.

Sleep With The DeviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang