01

327 50 8
                                    

Kenapa terlambat?

Lagi-lagi Kim Chaewon menemukannya. Sebuah kertas putih kecil bertuliskan sebuah kalimat di dalam loker miliknya. Tidak tahu siapa yang menulisnya, tapi itu sudah terjadi selama seminggu.

Kertas itu lalu dibuang ke sembarang tempat begitu selesai membaca isinya. Setelahnya, ia segera mengambil beberapa buku pelajaran yang ada di dalam loker sebelum menutupnya kembali.

Kenapa terlambat?

Kalimat tersebut terngiang lagi di kepala Chaewon di sela melangkah menuju kelas.

Tadi, gadis berpostur yang tidak terlalu tinggi tersebut memang hampir terlambat karena bangun kesiangan. Namun untungnya bisa tiba di sekolah lima menit sebelum gerbang ditutup.

Tapi ... tunggu dulu! Darimana dia tahu kalau hari aku terlambat? Apa dia menguntitku?

Chaewon kemudian mencoba mengingat-ingat siapa saja yang ditemui di halaman sekolah tadi. Sebagian besar adalah anak perempuan yang tidak dikenal. Tidak mungkin, kan, kalau anak perempuan yang menaruh kertas konyol itu di loker?

Waktu pertama kali mendapat kertas tersebut, ia pikir si pengirim adalah penggemar rahasia. Soalnya, kata-kata yang ditulisnya romantis sekali. Namun lama-lama Chaewon merasa seperti dikuntit dan menyadari kalau dirinya bukan anak populer di sekolah apalagi digemari banyak anak laki-laki.

Desahan pelan lalu ke luar dari mulut. Lalu, siapa yang melakukannya?

"Chaewon-ah!"

Seseorang langsung menyapnya begitu masuk kelas.

Kepala segera ditolehkan ke kiri. Sudah bisa ditebak kalau yang memanggil adalah Choi Bomin--salah satu teman dekatnya di kelas.

Bomin sedang duduk di bangkunya dengan senyum yang terukir di bibir saat ia berjalan mendekat. Dilihat dari raut wajah, Chaewon sudah bisa menebak kalau pemuda berparas imut itu sedang ada maunya.

"Ada apa?" tanya Chaewon pura-pura polos sembari duduk di bangku depannya.

"Anu, tugas Matematika. Kau sudah mengerjakannya, 'kan?"

Ya, memang sudah ditebak Chaewon, sih, kalau akan menanyakan itu.

"Kalau sudah memangnya kenapa?"

"Pinjam, dong!"

Gadis itu kembali mendesah sebelum mengambil buku tulis yang ada di dalam tas. Lagi-lagi ia terpaksa meminjami karena merasa tak enak pada teman sendiri.

"Gomawo, Chaewon-ah."

Setelah menerima buku, langsung dicubitnya pipi kanan Chaewon. Katanya sebagai bentuk rasa terima kasih.

Kalian tahu? Chaewon juga sempat berpikir kalau Bominlah si pengirim kertas. Namun setelah dipikir-pikir, untuk apa orang yang duduk dalam satu deretan melakukan hal itu? Kalau memang iya, kenapa tidak memberikannya langsung saat di kelas?

Ah, itu semakin membuat Chaewon penasaran.

¤¤¤

Aku baru tahu kalau kau pintar Matematika.

Manik hitam Chaewon seketika membulat setelah membaca isi kertas yang ditemukan di loker saat berniat mengambil buku pelajaran sepulang sekolah.

Dari mana si pengirim tahu hal ini? Apa dia benar-benar menguntitku?

Kemudian ia teringat saat pelajaran Matematika tadi. Maju ke depan untuk mengerjakan salah satu soal dan jawabannya benar.

Apa dia tahu dari situ? Atau jangan-jangan dia satu kelas denganku?

Chaewon menggeleng.

Tidak! Kalau memang satu kelas, pasti sudah tahu dari dulu kalau aku pintar Matematika. Kemungkinannya, si pengirim anak kelas lain atau kakak kelas. Tapi siapa?

Setelah mengambil beberapa buku pelajaran dan memasukkannya ke dalam tas, Chaewon bergegas menutup loker. Kali ini kertas tersebut tidak dibuangnya. Benda itu ia simpan di saku kanan blazer seragam sekolah.

Saat ia berjalan menuju pintu utama sekolah, masih banyak siswa atau siswi yang mengobrol dan bercanda di kedua sisi koridor. Salah satunya adalah seorang pemuda yang sedang mengobrol dengan teman perempuan. Ah, mungkin lebih tepat jika disebut kekasihnya karena mereka memang menjalin sebuah hubungan.

Hatinya langsung ngilu begitu melihat mereka mengobrol dengan mesra di depan deretan loker. Kemudian segera dialihkannya atensi ke arah lain.

Bomin saja tidak mungkin apalagi orang itu.

Kalian mau tahu siapa? Namanya Kim Donghyun. Anak kelas dua yang mengisi relung hati Chaewon sejak awal pertengahan semester satu lalu gara-gara pernah tak sengaja melihatnya latihan dance di klub.

Walaupun tahu ia sudah berpacaran dengan Lee Naeun-teman satu kelasnya, sampai saat ini Chaewon masih belum bisa merelakannya.

¤¤¤

Malam harinya setelah selesai belajar, Chaewon berbaring terlentang di atas ranjang sembari memandangi kertas kecil yang ada di tangan kanan.

Tulisannya rapi dan kecil-kecil. Sebenarnya agak membuatnya ragu jika yang menulis anak laki-laki. Yang jelas, Bomin dan anak laki-laki di kelasnya tidak mungkin. Tapi ia juga tidak punya kenalan anak laki-laki di kelas lain. Kakak kelas pun hanya anak perempuan. Itu pun tidak begitu akrab.

Lalu siapa?

Saat kepala dipenuhi pertanyaan 'jadi siapa', tiba-tiba terlintas bayangan Donghyun yang mengobrol mesra dengan Naeun. Wajahnya terlihat begitu bahagia.

Kepala lalu dipukul-pukul untuk menghilangkan bayangan tersebut.

Lupakan dia, Kim Chaewon! Dia sudah punya kekasih dan sudah bahagia!

"Hei, kau ini sedang apa?"

Suara seorang pemuda yang tiba-tiba terdengar menginterupsi kegiatan Chaewon sebelum menoleh ke arah pintu.

Ternyata Kim Jibeom--kakak laki-lakinya--sudah melongokkan kepala ke dalam kamar. Jibeom sebelumnya memang tidak mengetuk pintu.

"Aku tidak sedang apa-apa, kok," jawab Chaewon sembari beranjak dari tidur.

"Kalau begitu boleh, kan, Oppa masuk?"

Adik perempuannya yang sudah duduk di tepi ranjang merespons dengan anggukan pelan.

Jibeom lalu melangkah masuk sebelum menutup pintu.

Pemuda berparas tampan itu satu sekolah dengan Chaewon. Kelas dua. Dan jika sudah begitu, ia pasti ada masalah dengan kekasihnya.

To be continued

Ini cuma cerita lama yang di-remake dengan cast mereka. Mohon dimaklumi kalo bahasanya masih amburadul.

Paper ; Chaewon x DonghyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang