Aku tak tega mendengar wanitaku berbicara dengan nada yang bergetar, kutarik tangannya agar memeluk perutku dengan sempurna, hingga moto ku berhenti di depan warung tenda yang menjajakan makanan khas Palembang, yaitu pempek. Kumatikan mesin motorku, dan menanti wanitaku melepas helm nya. Aku bantu dengan membuka kaitan helm yang berada di dagunya.
"Sayang, kita lesehan saja, ya?" tanya Bian .
Dian membalas dengan menganggukan kepalanya.
Rasanya enggan malam ini berakhir, aku tidak ingin kehilangan senyumnya senyum yang selalu membuat jantungku berdebar.
"Biar Dian yang pesan, Mas!" ucap Dian berdiri dan melangkahkan kakinya menuju abang penjual .
"Bang, pempek dua, ya!" ucap Dian dan berbalik melangkahkan kakinya menuju tikar yang kami duduki tadi.
Kusandarkan kepalaku pada bahunya, Dian mengelus rambut cepakku dengan sangat lembut, hingga kupejamkan mataku, aku takut besok tak akan kurasakan lagi tangan halus nya membelai kepalaku.
"Mas, mas Bian benar-benar lelah?" tanya Dian melirik ke arah Bian yang memejamkan mata.
"Mas lelah, sayang." jawab Bian, melingkarkan tangannya pada pinggang dian.
"Dek, kalau kita berpisah, dek Dian jangan sedih, ya, bukalah lembaran baru jangan terpuruk dengan kesedihan." ucap Bian, melonggarkan pelukannya.
"Jarak dan waktu, sudah kita lewati, mas, tidak ada kata perpisahan." ucap Dian menangkup kedua pipiku.
"Ini bukan masalah jarak dan waktu, tapi-" jawab Bian menggantung.
Aku bodoh, mengapa aku tak bisa berbicara jujur pada wanitaku akan keadaanku, aku terlalu pengecut, melihat wanita yang kucintai akan menangisiku, menyalahkan dirinya karena tidak tahu tentang kondisiku.
"Tapi, apa mas?" tanya Dian penasaran dengan kalimat yang Bian gantung.
"Ah, sudahlah, sayang, nih pesanan sudah datang, yuk, di makan!" ucap Bian tersenyum, mengangkat sendok dan garpu di hadapannya.
Huweek!
"Mas Bian!" Teriak Dian bangkit dari duduknya mengejar Bian yang mengeluarkan isi perutnya di bawah pohon tak jauh dari tempat mereka makan.
Dengan tanpa jijiknya wanitaku memijit tengkukku, dia wanita yang tangguh bukan ?
"Mas Bian tidak apa-apa, Dek, mas Bian hanya masuk angin." ucap Bian berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETITIK CINTA YANG TERSISA
General FictionDi baca saja ya.... Melow dikit ceritanya