0 | Prolog

17 2 1
                                    

Jari-jemari itu mengetuk kaca jendela angkot dengan pelan. Matanya menatap ke luar jendela dengan binar bahagia. Setiap tempat yang dilewatinya, sebuah senyuman seketika hinggap di wajahnya. Ia senang, karena hari ini semester kedua di tahun terakhirnya sudah dimulai.

Hifza Fadheela--nama perempuan itu--menghentikan aktivitas mengetuk jari ketika sudah sampai di depan gang dekat sekolahnya. Ia meminta supir angkot untuk berhenti, lalu ia pun turun dan membayar ongkos.

Sekolahnya terletak tinggal beberapa langkah lagi. Sebelum melanjutkan langkahnya, Hifza menghirup udara segar, kemudian segera menghembuskannya.

"HIFZAAA!"

Teriakan itu membuatnya menoleh, seketika senyuman lebar pun ia tampilkan.

"Oi, Zayna! Kayra! Assalamu'alaikum," ucapnya ketika Zayna serta Kayra--kakak kembarnya--sudah sampai di hadapan Hifza.

"Wa'alaikumussalam." jawab keduanya hampir berbarengan.

Zayna pun langsung memeluk Hifza. "Kangeennn!"

Hifza membalas dengan tawa. "Sudah setahun enggak ketemu, nih?"

"Setahun dari mana? Cuma sebulan, Za," balas Kayra sambil memutar bola matanya dengan malas.

Kekehan pun keluar dari mulut Hifza, lalu ia tersenyum manis.

Kayra mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Udah gila?"

Hifza merengut sebal. Ia pun menatap Zayna. "Tuh, Zay. Bilangin ke kakak kembar kamu, kalau ngomong jangan pedes-pedes! Sakit nih, hatiku,"

"Eh, Za? Kamu habis kebentur apaan?" tanya Zayna bingung, lalu melepaskan pelukannya.

"Hah? Memang kenapa, sih?"

Kayra tersenyum tipis. "Kelakuan kamu sekarang itu aneh banget, tau? Beda kayak biasanya,"

"Hehe, lagi seneng aja. Akhirnya kita ketemu lagi! Kalian sih, liburan malah keluar kota. Kan aku sendirian terus, enggak ada yang ngajak main," ucap Hifza dengan mimik wajah sedih.

"Loh? Kan ada Syifa, Za," balas Zayna sambil membetulkan gendongan tasnya.

Hifza menghela napas. Ia pun langsung memasang wajah kesal. "Ah, kalian tahu kan, dia itu maniak belajar? Sama sekali enggak bisa dihubungin, tau! Setiap sambungan terhubung dan teleponku diangkat, pasti jawabannya, lagi belajar, belajar, belajar."

"Yah, dia memang begitu, sih. Kayaknya semester ini nasibnya sama kayak semester kemarin, aku enggak bisa ngerebut peringkat ke satu," gumam Kayra sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Anak pinter mah beda." celetuk Zayna dengan mimik wajah datar.

Hifza pun menengahi, "udah, udah. Kenapa kita malah ngobrol di sini? Ayo masuk, pasti Syifa udah nungguin kita dari tadi,"

Zayna menimpali, "bukan nungguin lagi, tapi udah lumutan kali! Pasti dia udah datang sejak pukul enam tepat."

Hifza pun membalas dengan tawa. Sementara Kayra hanya terdiam sambil memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada--karena peringkatnya pasti akan kalah telak dari Syifa.

Mereka bertiga pun melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Ramai murid yang berdatangan dari penjuru arah. Diselingi dengan tawa, obrolan ringan, atau malah candaan yang dibalut dengan perselisihan. Hampir semua murid menyambut semester baru dengan gembira, karena dilihat-lihat, masih banyak yang menampilkan wajah malas, tak bersemangat, dan mengantuk.

Tapi Hifza tak memikirkannya. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana cara menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabatnya, dalam kurun waktu hanya beberapa bulan saja sebelum mereka berpisah nanti.











-

Mohon kritik dan sarannya!^^

Ahad, 17/02/2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang