Derasnya air hujan yang turun kala itu membuatnya harus menunggu setengah jam dipos penjaga sekolah sampai hujan itu benar-benar berhenti. Gadis itu melihat jam tangan yang melekat ditangan mungilnya, jam terus berputar. Gadis itu setengah risau dengan keadaan dirinya yang hampir menjadi orang terakhir yang masih ada di sekolah.
Tiga motor yang melaju dari parkiran di sekolahnya kini berhenti didepan gadis itu. Gadis itu bernama Nalia Elianisya lebih akrab dengan panggilan Lia, anak kelas 3 SMA angkasa.
Pengendara motor yang memakai seragam sekolah itu membuka helmnya, ia mendekati Lia yang sedang duduk dan spontan berdiri dengan rasa takutnya.
"Gue Dika, anak pindahan SMA taruna, pulang kearah mana?."Hati Lia mendumel "Apaan sih ini cowok, gak ada yang nyuruh perkenalan diri."
Lia masih diam, ia menjinjitkan tubuhnya berharap tukang ojek online itu segera datang.
"Gue seneng dipindahin ke sekolah ini, bisa ketemu lo Lia."
Ya, Semua siswa SMA Taruna memang dialihkan ke SMA Angkasa dengan alasan pembangunan yang tidak memenuhi standard. Sebagian dari siswanya senang dan beberapa yang lebih memutuskan untuk pindah kesekolah lain.
"Lo pulang ke buah batu kan? Biar gue anter kalau lo mau." Dika
"Lagi nunggu orang." jawab Lia ketus.
Menurut Dika, terkadang satu kejutekan cewek baginya adalah seribu tantangan dan sejuta manis untuk hidupnya.
Dika menaikan alisnya, memakai kembali helm yang sebelumnya ia lepas. Dika menarik pedal gas motor dan melaju kearah warung kopi tempat nongkrongnya.
Lia mengelus dadanya, ia bisa bernapas lega saat itu juga. Dika terkenal dengan sosoknya yang nekad dan arogan, Lia hanya berpikir untuk bisa cepat pulang karna Dika bisa saja kembali ke halte dan mununggu Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Kopi
General FictionKopi membuatku belajar untuk mengawali dengan sebuah kejujuran dan mengakhiri dengan sebuah kejelasan. Kopi menguatkanku untuk memandang gelapnya malam yang masih ramai dengan orang yang kebanyakan berpura-pura, yang kebanyakan bermain dengan drama...