Sepatu berhak setinggi dua inci berwarna hitam yang dipakai Valentina mengetuk-ngetuk lantai marmer restoran mewah di pusat kota Los Angeles. Mata Valentina menyusuri tiang-tiang tinggi yang berujung pada langit-langit berhias ukiran. Lampu gantung kristal berukuran besar hadir di sela-sela ukiran bermotif bunga tadi. Manajer restoran yang menyambutnya langsung dan menggiring ke ruangan privat tempat Oliver sudah menunggu.
Jantung Valentina berdetak lebih cepat. Meski demikian, raut wajahnya tetap tenang, tidak menunjukkan ketegangan yang diam-diam dirasakan. Ketika pintu dibukakan, tampak seorang pria duduk di kursi yang terletak di ujung meja panjang. Matanya sedang terpaku pada layar gawai.
"Tuan Cunningham, Nona Spencer sudah tiba." Manajer bernama Ian tadi mengumumkan kedatangan Valentina.
Oliver langsung mematikan layar ponsel dan memasukkan ke saku jas birunya. Wajahnya terangkat dan mengangguk singkat sebagai sapaan. "Terima kasih, Ian. Tolong tinggalkan kami sendiri," jawabnya.
Pria itu berambut cokelat, tidak begitu pendek namun tidak juga gondrong. Janggutnya lumayan tebal. Meski dari jarak yang cukup jauh, Valentina langsung bisa mengenali wajah yang identik dengan foto yang dilihatnya di Google tersebut.
Valentina berdiri dengan rileks, tidak canggung meski kini mata Oliver bergulir kepadanya. "Silakan duduk, Nona Spencer," katanya sepeninggal Ian. Tangannya mengisyaratkan kursi yang berseberangan dengannya, menciptakan jarak yang cukup jauh di antara mereka. Selama beberapa menit, Oliver tidak berkata apa-apa hanya menatap tajam kepada calon mempelainya. Valentina yakin bahwa pria tersebut sedang mencoba mengintimidasi atau menilai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Trophy Wife
RomanceBuku kedua Billionaire Series Suka cerita bertema perjodohan? Pernikahan? Silakan mampir kemari. Tidak suka cerita bertema beda usia yang terpaut jauh? Coba dibaca dulu, siapa tahu jadi suka.