06. Lari Pagi

474 58 10
                                    

"Lari pagi? Apa itu?" Eunbi mengikuti arah jalan Taeyong yang sedang mengambil jaket. Satu untuknya, satu untuk Eunbi. Taeyong bingung menjelaskannya. "Ya.. kau hanya harus lari kecil. Bisa sambil mengobrol dan bercanda. Lebih santai dibanding marathon, kalau kau lelah, kau boleh membeli apa saja" lelaki itu menyodorkan jaket berwarna hitam kepada Eunbi. Gadis itu melongo. "Bagaimana memakainya? Begini?" Eunbi memasukkan kepalanya di lubang tangan. "Sempit.." gadis itu menarik paksa kepalanya. Rambutnya berantakan. Taeyong menahan tawa. "Tentu saja sempit, masukkan tangan kananmu disitu" perintahnya. Eunbi menurut. Dia memasukkan tangan kanannya dilubang yang tadi ia gunakan untuk memasukkan kepalanya. "Tangan kirimu masuk kesini" Taeyong menarik salah satu lengan jaket. Eunbi menurut lagi.

"Nah ayo kita lari" Eunbi menarik tangan lelaki itu. Taeyong mematung sebentar. Mengapa hatinya jadi tidak karuan begini?

"K- kau harus memakai sepatu dulu" Taeyong melirik sepasang sepatu milik ibunya. "Eomma memiliki kaki yang kecil juga, kau bisa pakai sepatunya" Taeyong mengambil sepatu yang tergeletak dibelakang pintu. "Oh.. baiklah"

°•°•°

Mereka ke lapangan agak terlambat karena Eunbi yang kesulitan memasukkan kakinya di sepatu. Ia lagi lagi tidak paham dengan cara manusia bumi memakai pakaian pakaian mereka.

"Di rumahku, kami tidak pernah memakai sepatu" Cerita Eunbi.

Taeyong hanya mengangguk.

"Setelah ini, kau mau belanja?" Tawar Taeyong. Eunbi mengangguk antusias. "Iya! Aku mau membeli es krim yang kemarin Taeyong belikan!" Senyumnya mengembang. Taeyong hanya tersenyum simpul. Tak lama setelah lari, Eunbi mengeluh kelelahan. Tubuh mungilnya berhenti berlari, ia mendudukkan diri di kursi taman. Taeyong yang menyadarinya langsung menghampiri Eunbi. "Kau lelah?" Eunbi mengangguk.

"Mmm.. kita belum sarapan, kan? Kau mau makan itu?" Taeyong menunjuk sebuah stand. Sosis, omelet, dan nugget. "Boleh" Ia mengikuti langkah Taeyong. "Kau tunggu disini saja, Eunbi" Taeyong berbalik. Eunbi hanya mengangguk. Sembari menunggu, ia menggoyang goyangkan kakinya yang tidak menapak di tanah. Tak sengaja, seorang perempuan terselengkatnya.

"Ah! Maafkan Eunbi!" Ia membantu gadis itu berdiri. Ia hanya tersenyum. "Tidak masalah" katanya. "Aku tidak sengaja, sungguh.." Eunbi merasa bersalah. Matanya berkaca kaca. Perempuan itu mengerenyit. "Hei, aku kan tidak apa-apa. Itu salahku, tadi aku tidak melihat ada kakimu disana. Oiya, namaku Sowon"

Eunbi mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kau cantik" pujinya dengan nada polos. Sowon hanya tertawa renyah. "Kau juga"

Eunbi senang dipuji, ia tersenyum lebar. Bahkan matanya juga ikut tersenyum.

Taeyong kembali, ia melihat interaksi keduanya. Sontak ia mempercepat jalannya. Tangannya merangkul bahu Eunbi. "Hai, sayang" sapanya. Eunbi terkejut. "Ha- hai.." setelah melihat Taeyong mengedipkan sebelah matanya, Eunbi mengikuti alur cerita yang dibuat Taeyong beberapa detik yang lalu.

Sowon yang melihat hanya menatap sinis. "Itu pacarmu?" Tanyanya.

Taeyong mengangguk tanpa basa basi. Sowon tersenyum meremehkan. "Baik, aku duluan Eunbi!" Sowon mempercepat langkahnya. Eunbi hanya mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mencerna apa yang telah terjadi. Tadi ia mendengar Sowon mengucapkan kata 'pacar'?

Ia sering mendengar Sana mengucap kata itu, karena yang sering kali mengunjungi bumi adalah Sana. Taeyong- menganggapnya pacar?

Night VS Day [ Eunha × Taeyong ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang