Setiap orang mempunyai kebiasaan yang memang sudah mandarah daging sejak orang tersebut mulai bisa bergerak dan berpikir secara mandiri. Tak terkecuali, Dion.
Ia masih sama seperti hari-hari sebelumnya dimana ia tidak bisa bangun pagi tepat waktu alias selalu bangun kesiangan. Hari ini masih termasuk dalam Free Week, Dion terlihat masih bermalas-malasan di kasurnya. Entah apa yang ia mimpikan saat itu sehingga sarung bantalnya basah.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dion yang masih terlelap pulas akhirnya tersadar setelah mendengar bunyi alarm nya yang ke-30 kali. Bunyi nyaring dari alarm tersebut masih terdengar sayup-sayup baginya. Ia belum sadar secara penuh.
"Hah ! Sudah jam segini !" teriak Dion terkaget setelah mengambil handphone miliknya dan melihat jam.
Sekolah SMA Roater memulai kelas pukul tujuh pagi. Hal itu berarti Dion hanya punya sisa tiga puluh menit untuk mempersiapkan dirinya sebelum pintu gerbang sekolah dikunci.
Segera Dion melompat dari kasurnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Pintu tertutup. Tidak berapa lama Dion kembali keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah tanpa busana. Ternyata karena terlalu panik, ia sampai lupa mengambil handuk yang dijemur di teras kamarnya.
Setelah mengeringkan badannya, Dion langsung mengenakan seragam putih berlogo SMA Roater beserta celananya. Memakai sepatu hitam miliknya yang selalu ia gunakan sejak di bangku SMP.
"Pa, Dion pergi dulu !" sapa Dion ke papanya yang saat itu sedang duduk santai membaca koran di ruang tamu.
"Kamu ini, selalu saja mepet kalau berangkat ke sekolah," balas papanya heran.
"Kan deket sekolahnya, jadi santai saja," jawab Dion santai sambil berjalan keluar rumah.
Dion berjalan kaki menuju tempat pemberhentian angkutan umum yang biasa ia tumpangi. Jarak antara rumahnya dengan sekolah bisa dikatakan tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum, kira-kira 8 menit..
Tinggal sepuluh menit lagi menuju jam tujuh, namun belum ada tanda-tanda kehadiran angkutan umum yang menuju ke sekolah Dion. Ini dikarenakan angkutan umum tersebut biasa muncul lima belas menit sebelum jam sekolah dimulai. Ia mulai khawatir dirinya tidak akan diperbolehkan masuk ke sekolah karena datang lewat dari jam tujuh.
Dari kejauhan terlihat seorang yang sedang duduk di atas motor dan mengenakan jaket motor. Dion yang panik, menghampiri orang tersebut.
"Ayo bang, ke sekolah SMA Roater ! Nanti saya bayar lebih"
Raut muka orang tersebut keheranan namun tidak bisa berkata banyak. Lalu pergilah mereka menuju sekolah SMA Roater.
"Makasih ya bang, ini ambil aja kembaliannya !" kata Dion sambil menghela nafas.
"Mas !! Saya bukan tukang ojek. Tadi saya lagi nunggu istri saya mau pergi ke pasar," jelas orang tersebut.
Mendengar hal itu, Dion menjadi malu. Mukanya memerah sesaat.
"Yahh bang, maaf ya. Lagian abang mau-mau aja saya suruh anterin ke sekolah, kan jadi saya kira tukang ojek. Maaf ya bang", balas Dion
"Ehh saya kasih tau ya, nggak semua orang bermotor yang pakai jaket motor disebut tukang ojek. Memang keterlaluan ini anak !"
"Woot woot santai bang, Kalau mau ngegas itu pakai tangan aja ya jangan pakai mulut."
Seketika Dion mengeluarkan jurus berlari seribu bayangan untuk kabur dari orang tersebut. Kesialan Dion tidak berhenti sampai situ.
Perdebatan dengan orang itu memakan waktu cukup banyak sehingga Dion sampai di depan gerbang sekolah pukul tujuh lewat sepuluh menit. Pintu gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Satpam penjaga pun sudah tidak ada di posnya.
Segala cara ia lakukan agar dapat masuk ke sekolah tanpa sepengetahuan siapapun. Ia menaiki tembok yang berada di belakang sekolah. Ternyata, sebelumnya Dion dan keempat temannya sudah berkeliling mencari tempat-tempat aman agar tidak ketahuan ketika mereka terlambat masuk ke sekolah.
Setelah berhasil memanjat tembok itu, Dion pelan-pelan mengendap melewati kelas-kelas, tentunya dengan berjongkok agar tidak ketahuan murid dan guru yang berada di kelas.
Kelas Dion berada di lantai dua. Ia menaiki tangga dengan kedua tumit kaki diangkat agar tidak terdengar langkahnya.
Dari jendela belakang kelasnya, ia melihat tidak ada guru yang mengawas di dalam. Rasa aman dan percaya dirinya kembali pulih sampai akhirnya ia pada saat ia ingin membuka pintu kelas terdengar dari arah belakang suara yang tidak asing di telinganya. Itu suara Clara.
"Woi !! Telat ya, gw laporin lu !!" teriak Clara sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Dion.
Suara tersebut sontak membuat keadaan dalam kelas yang ricuh menjadi diam dan semua mata tertuju ke arah mereka berdua yang berada di luar kelas.
Dion mati kutu. Ia tidak bisa berkata dan bergerak seakan suara Clara itu mampu membuatnya berubah menjadi patung.
Sialnya, kantor guru dan kepala sekolah berada tepat di sebelah kelas Dion. Karena suara itu, guru-guru yang berada di kantor mereka keluar.
................................................................................................................................................................
"Dion, kenapa kamu telat?" tanya kepala sekolah.
"Saya telat bangun, Pak," balas Dion nyengir.
"Kamu ini, baru juga hari lima hari kamu masuk sekolah, sudah telat. Inipun masih dalam Free Week, masih belum ada kegiatan belajar mengajar. Coba bayangkan jika sudah, kamu akan ketinggalan pelajaran dan akibatnya kamu tahu sendiri," jelas kepala sekolah dengan tegas.
"Iya, Pak. Maafkan saya, saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Jangan dihukum ya, Pak. Pliss," mohon Dion dengan mimik muka ingin dikasihani.
"Ya sudah, kali ini saya maafkan. Tapi lain kali jika kamu ketahuan terlambat lagi, saya akan kasih hukuman yang setimpal. Mengerti?"
"Siap, Pak !" balas Dion sumringah.
Terlepas dari hukuman, Dion merasa lega. Namun ia belum terlepas dari kesialannya hari itu. Saat ia berjalan keluar, kepala sekolah kembali menegurnya.
"Ehh tunggu Dion ! Jangan pakai celana itu lagi, kecuali kamu mau saya turunkan kelas balik ke SMP lagi !"
Spontan Dion melihat ke arah bawah dan baru menyadari bahwa celana yang ia kenakan salah. Karena terlalu panik, pagi tadi ia mengambil celana SMP miliknya yang warnanya mirip dengan celana SMA yang baru.
Hari itu merupakan hari terakhir dalam Free Week dan sekaligus menjadi hari dimulainya perjalanan kisah Dion di sekolah SMA Roater.
YOU ARE READING
Precious Time
RomanceKisah percintaan sekumpulan remaja di bangku SMA. Mempelajari setiap masalah. Menghadapi kenyataan hidup. Dan menghargai waktu yang telah diberikan. Tidak ada yang pernah tahu kapan cinta akan datang. Tidak ada yang pernah menduga bagaimana cinta ak...