Aku berbalik melihat punggung nya yang tak terasa asing bagiku. Rambutnya mengingatkanku akan satu hal akan tentangnya. Aku berbalik ingin mengejarnya sebelum dia menghilang ditelan lorong koridor.
Dini menarikku, "ada apa?" Tanyanya alisnya sedikit berkerut terheran.
"Tidak, ada yang lupa kubeli, kalian duluan saja." Ucapku beranjak meninggalkan mereka.
Aku berlari, semakin cepat tidak memerdulikan orang-orang sekitar yang lagi-lagi memandangku terheran. Kulihat punggung itu, punggung yang selama ini.
"E..." suaraku tertelan bersamaan suara berat yang lebih mendominasi.
"Athan!!!" Aku berbalik melihat seorang laki-laki yang tengah berjalan menghampiri orang yang kukejar, aku salah orang.
'Hampir saja.' Aku mengelus dada. Masih menatap ke arahnya. Dia berbalik, kulihat tidak ada senyum di bibirnya. Tangannya tetap di dalam saku celana.
"Mau ke perpus?" Tanya laki-laki tadi sambil merangkulkan tangan ke bahu orang yang namanya Athan itu. Kulihat Athan tidak menyahut, pasrah di rangkul seperti itu.
Aku masih memperhatikannya, mataku mengarah ke celananya, berwarna abu-abu kotak. Berarti dia sama sepertiku masih kelas sebelas.
Aku berbalik, mengutuk diriku sendiri. Aku menghela napas, betapa kacaunya aku ini.
**
'Athan?'
Aku masih membayangkan orang tadi. Dia mirip sekali dengan El, hanya saja rambut orang yang dipanggil Athan itu agak panjang, tak seperti El yang setauku tak pernah memanjang kan rambutnya.
'syukurlah aku belum terlanjur memanggil namanya!'
'Dia tiruan dari El.'
Saat kami bertatapan tadi apakah ia tersenyum? batinku.
Aku terus berjalan, menyusuri jalan yang berarah kerumahku tentunya, mau kemana lagi?
Sesekali aku merutuki diriku. Andaikan aku jadi berteriak tadi, entah apa yang akan terjadi setelahnya.
Aku mengedarkan pandangan yang sedari tadi hanya menunduk yang menatap sepatuku. Seseorang tengah berjalan tepat di hadapanku, aku diam tak bergerak.
'Dia?'
"Eh?" Ucapku tanpa sadar, aku membekap mulutku dengan tangan, masih tak percaya astaga mulut ini.
Mungkin suaraku keras, karena dapat membuat orang itu diam, kemudian dia berbalik, menatapku datar tak ada senyum di sana.
Lagi-lagi aku merutuki diriku, apa yang telah kulakukan?
"Maafkan aku, a..aku tak bermaksud mengikutimu atau semacamnya, rumahku ada di dekat sini." Ucapku cepat, sambil mengibaskan kedua tanganku di depan dada.
Oh..tidak
Aku sadar dia tak bertanya bukan? Ahh.. sialan, ada apa denganku?
Aku mengedarkan pandangan ke segala arah, tak peduli apa yang dipikirkannya. Dia tidak menyahuti pernyataan konyolku itu, kulirik dia melanjutkan jalannya, astaga aku baru sadar apakah aku salah arah? Tapi...
Kulihat dia berbelok, lalu berhenti di sebuah halte itu, halte yang dulunya aku dan El berteduh.
Dugaan ku benar.. ternyata dia.
Aku berlari sekuat tenaga, mengejarnya. Aku menghela napas, dia tengah duduk membelakangi ku.
"El?"
Dia berbalik, menatapku lama.
"Aku sekarang adalah Athan."
"Oh.. maafkan aku, aku salah orang."
Merasa canggung aku berniat berbalik benar-benar malu rasanya.
Tapi... Langkahku berhenti tat kala dia mengucapkan kalimat yang sudah bertahun tak kudengar. Kata yang El ucapkan dulu."Hujannya turun tiba-tiba ya?"
Seketika langkahku terhenti lalu dengan bodohnya aku mendongak menatap langit yang cerah tidak ada tanda mendung di sana.
Aku beralih menatapnya, dengan mata berkaca-kaca, ini yang kunantikan, ini keinginanku selama ini, ingin menjelaskan yang lalu.
"Sudah ku duga itu benar kau El."
"Aku bukan El lagi. Sekarang aku adalah Athan."
Punggungnya, suaranya... Bahkan namanya pun berubah. Dan lagi... Orang berada di depanku sekarang... Adalah laki-laki pertama yang kusukai.
"Aku yakin kau akan mengenaliku, tapi ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama juga, ya. Aku senang sekali rasanya."
Aku kaget bukan main, kenapa El seperti ini? Dia tak pernah bersikap seperti itu sebelumnya.
"Aku bisa segera mengenalimu, meski kau berubah seperti itu." Lanjutnya.
"Seperti itu?!" Aku menjerit apa maksudnya?
"Kau sudah lebih tenang sekarang, kau benar-benar berubah."
"Ka..kalau begitu, seharusnya kau mengatakan sesuatu padaku! Kau juga telah banyak berubah El!" Kataku tak ingin kalah.
"Seperti yang kubilang tadi, aku bukan El! Tapi Athan." Katanya meralat perkataan ku yang memanggilnya El.
Aku menunduk, 'menakutkan, siapa sebenarnya kau ini?' Tanyaku dalam hati.
Dia berdiri dari duduknya menghadap kepadaku. Sedangkan aku hanya berusaha menghapus jejak air mata yang berhasil jatuh tadi.
"Yah, apapun itu, mau pelukan kerinduan? Kemarilah" ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya, seolah-olah ingin menarik ku kedalam pelukannya.
Deg..
Aku merasa detak jantungku berhenti seketika. Aku memeluk diriku merapatkan tas sekolah kedadaku, melindungi diri.
"Tidak! Aku tak akan melakukan hal itu! Dan jangan bilang 'kemari' begitu saja!!" Teriakku frustasi.
Kulihat dia tersenyum tipis. "Benar juga, kau kan membenci laki-laki kan? Kau selalu begitu." Ada sedikit nada mengejek dari mulutnya.
Ia menurunkan tangannya yang sempat ia rentangkan "sepertinya sampai Sekarang pun masih tetap begitu.
Seketika ingatanku beralih pada kejadian 3 tahun lalu, ya aku pernah mengucapkannya.
"Ya aku membenci mereka." Kataku sendu. "Bahkan sampai sekarang." Aku mengalihkan pandanganku kepadanya.
"Tapi...itu tidak berlaku bagi El."
Aku sudah lama ingin mengatakannya
Dia berdehem, "apa? Jadi begitu." Kulihat dia mengangkat tangannya ke ke dahi menutup sebagian wajahnya, salah satu kebiasaannya ketika berbicara dulu, dapat kulihat dia tersenyum tipis
"Ya, aku juga." Ia menatapku lurus.
"Aku... menyukaimu juga."
_______
Aye-aye, update.
Haha lama banget ya saya nggak up maaf karena saya lagi pusing mau tulis apa, haha.
Oke jangan lupa tinggalkan jejak.
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
AthaRa
Teen FictionRa memiliki beberapa alasan mengapa dia ingin 'mengatur ulang' citra dirinya dan kehidupan sebagai siswa SMA baru. Karena ia imut dan lucu, dikucilkan oleh teman-teman perempuannya ketika SMP, dan kerena kesalahpahaman, dia tidak bisa mengungkapkan...