03 💦

1.2K 127 5
                                    


Pagi hari cepat sekali datang, Rasti menyusuri koridor kampus dengan perasaan senang. Semburat merah nampak sekali di kedua pipinya. Rasti teringat apa yang terjadi malam tadi. Sesekali Rasti memegang kedua pipinya. Rencananya sukses, sepulang kuliah Rasti berencana untuk membelikan makanan kesukaan kakak laki-lakinya itu.

"Pagi kak," sapa Ana, adik tingkat Rasti.

Ana mendapat senyum sebagai balasan. Bukan main, Ana merasa senang sapaannya dibalas selebgram. Setelahnya Rasti kembali memasang wajah lembutnya. Selebgram ramah dan pintar. Sebagian mahasiswa dan mahasiswi menyukainya, dan sebagian lagi iri dan benci.

"Pagi kak Ras," kali ini Dias yang menyapa sembari menyodorkan sebuah buku. "Oh?" Rasti terkejut.

"Ini aku nemuin di mejaku kemarin, ada namanya kak Rasti." Rasti menerima dan mengucapkan terimakasih. Dias tersenyum ramah, "sama-sama kak."

"Eum, Kak Ras."

"Ya?"

"Kami ... maksudnya .. saya perwakilan dari inarush photo mau ajak kakak gabung jadi model bisa?"

"inarush?"

"uh-uh.. kami mahasiswa dan mahasiswi yang gagal masuk UKM fotografi kak. Karena kami gak mau menyerah akhirnya bikin perkumpulan sendiri. Kalau kak Rasti mau, aku bisa bilang ke anak-anak."

"Tapi untuk fee nya kami-"

"Kalian mau ikut perlombaan bulan Februari ya?" sela Rasti, dan mendapat anggukan dari Dias. "Iya kak, kami memutuskan untuk ikut partisipasi. Photography itu hobby kami, menang atau kalah urusan belakang kami ingin mencoba."

"Oke, i'm in."

"Lalu untuk fee nya kak, kami be-"

"Oke, untuk fee dibahas kalau udah menang aja oke?" Rasti tersenyum. "Hari selasa langsung ke ruang 24 lantai dua aja kak, kami kumpul di sana."

Rasti tak berbohong, tepat hari selasa ia datang ke ruang 24 lantai 2. Di kelas tersebut sudah lumayan banyak yang berkumpul. Setidaknya ada lima orang di dalam sana.

Ketika Rasti masuk, dia sudah disambut oleh anggota inarush. Nama unik tapi Rasti tak pernah mempertanyakannya. Mereka mulai berkenalan dan membicarakan tentang projek tahun depan. Mulai dari budget, lokasi, sampai dengan style yang akan dikenakan. Selama proses berdiskusi, Rasti baru sadar bahwa kelompok inarush memang cuman berjumlah 6 orang termasuk dirinya.

"Sorry sorry gue telat, Pak Hardi gak mau lepasin gue." Cowok itu terlihat berantakan, kemejanya lusuh dan kantung matanya terlihat jelas menghitam. Cowok itu sepertinya kalong. "Oh? Arlan, gue kira lo mangkir hari ini." Badra menggelengkan kepalanya melihat tampilan Arlan si cowok berkulit terlampau putih.

"Satunya lagi di mana Ar? brandalan satunya gak bareng elo? Biasanya kalian kompakan kalo mau ke sini."

"Lagi ketemu si Gandi minta ujian susulan, bego dipelihara sih udah tau ujian tapi telat dateng." Arlan acuh.

"Ditungguin gak nih? apa ditinggal aja?" Dias meminta pendapat. "Tunggu aja sekalian istirahat bentar, soalnya otak dia doang yang encer kalo ngomongin tema motret inarush."

"Kalo jepretan kan bisa andalin si Arlan, modelnya juga oke mau diapain okeoke aja gue mah yes." Disusul decakan dari anggota lainnya.

Sembari menunggu satu orang itu, Rasti membuka instagramnya. Melihat notification dan juga beberapa direct message yang masuk. Sesekali matanya mengamati teman teman barunya di inarush.

"Boleh aku duduk sini?" perempuan bernama Arial tersenyum malu-malu. "Boleh-boleh, duduk aja Ial." Rasti tersenyum ramah.

"Ial, coba geh telpon si brandal. Suruh buruan!" Pipi Arial bersemu merah. "Eh? harus banget aku yang telpon?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELEBGRAM LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang