Semua yang telah kulalui tersingkap kembali kala hujan jatuh ke bumi...
Lewat rintikan hujan yang semakin padat menderu di malam pekat ini, Cindy baru mengingat beberapa hal yang sengaja dikuburnya dalam memori. Seolah hujan adalah sebuah alaram, pertanda dia harus menyingkap tirai yang menutupi begitu banyak peristiwa yang seharusnya tidak terjadi. Malam ini kenangan saat dia masih duduk di bangku SMP mencuat keluar dari laci ingatannya. Usia yang bisa dikatakan belia, dia harus jauh terpisah dengan kedua orangtua. Hidup diperantauan dan menumpang, terkadang membuatnya berpikir memang terlahir sebagai benalu. Ahk, kalau dikenang seperti ini, air mata tak bisa dia bendung. Tak kmeman
“Cindy kangen ibu sama bapak” ucapnya lirih pada butiran air yang dengan kejam mengetuk jendela kamarnya.
Rindu.
Sangat rindu. Meskipun tak banyak kenangan yang menyenangkan dimilikinya. Apalagi ibu. Hampir tidak ada sama sekali. Selain waktu ibu membelikannya sebuah boneka beruang berwarna cokelat sebagai kado ulang tahunnya yang ke 12 tahun. Selebihnya hanya ada kesunyian. Tapi, Bapak? Bersama Bapak, dia punya sejuta kenangan yang mengharukan. Sejuta kenangan itu adalah satu kenangan yang terjadi berjuta-juta kali. Namun, rasanya selalu mengharukan. Kegigihan Bapak, kesabarannya, ketelatenannya, dan kasih sayangnya.Bapak kala itu – dan mungkin sampai saat ini adalah seorang tukang becak. Mengayuh pedal sepeda tak membuat tubuh rentanya mengeluh. Memeroleh penghasilan tak menentu, tapi, alhamdulillah mereka sekeluarga tak pernah kelaparan. Mungkin, karena Bapak ikhlas. Tidak pernah memaktorkan ongkos. Padahal, untuk zaman sekarang, penghasilan banyak lebih utama dibanding keikhlasan.
Terkadang Cindy berpikir, karena itu jugalah salah satu faktor yang membuatnya hidup seperti benalu untuk orang lain. Bapak tak mampu menyekolahkannya. Lulus SD saja sudah syukur. Masuk jenjang SMP, dia diasuh dan dibiayai segala keperluan pendidikannya oleh kakak kandung Bapak.
Sebagai anak yang menumpang, Cindy cukup pandai membawa diri. Dia membantu Bi Unah – kakak kandung Bapak – berjualan lauk pauk. Pekerjaan rumah, apalagi masak-memasak bukanlah hal tabu. Dia sudah terbiasa. Tapi, sebagai seorang anak yang masih ingin bermain bersama teman-temannya, Cindy tak punya waktu untuk itu.
“Bapak sama ibu kangen Cindy juga, kan?” lanjutnya dengan suara berat.
Sudah cukup sampai disitu kenangan itu menguap. Mengenang terlalu banyak akan membuatnya semakin terluka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Bukan Cinderella
Roman pour Adolescents- Cinderella akan disebut Cinderella jika bertemu dengan seorang Pangeran - Cindy selalu hidup menumpang. Untuk hidupnya sendiri, Cindy melewatkan banyak hal yang seharusnya dilalui orang-orang pada fasenya masing-masing.