Matahari masih istiqomah menyinari bumi yang sudah mulai menua. Memberi kehangatan sedikit menyengat pada setiap makhluk hidup yang berada. Menyisakan sedikit kepeluan yang menguras asa. Hingga titik-titik kegelapan mulai berhamburan jua. Memberikan sedikit keteduhan yang dihias dengan kedinginan angin malam saja. Namun, untuk saat ini masih belum ada tanda-tanda titik gelap yang hadir menghalau surya. Bahkan, kini sang surya masih terus beredar sebelum pergeseran ke ufuk sebelah. Hanya saja, sinarnya kali ini tertutup awan. Sedikit memberi keteduhan pada seorang gadis yang tengah merenungi setipa inci masalah yang melanda. Menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong tak berada. Pikirannya melayang kesana. Hingga membuat salah seorang karibnya berempati tuk sekedar ingin tau akar permasalahan dari sang sahabat.
"Hey.......!" teriaknya sembari menepuk pundak temannya. Teriakannya berhasil membuat sang teman terkejut hingga terdengar beberapa kali kalimat istighfar.
"Kayla....... apa-apaan kamu ini....?" bentaknya pada temannya yang dipanggil Kayla, tepatnya Kayla Nafisa. Hanya terdengar Kayla terkikik. "Gak lucu...!" tambahnya dengan posisi bibir yang sudah maju beberapa senti.
"Makanya jangan ngelamun terus..." tegur Kayla sebelum akhirnya pantatnya telah singgah di bangku panjang yang diduduki temannya. "Kamu mikirin apa sich, Kinan?" tanyanya kemudian. Matanya menatap fokus pada obyek yang kini tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dan benar saja, pertanyaan seorang Kayla hanya dijawab dengan gelengan kepala. Sudah menjadi kebiasaan.
"Kamu jangan bohong," timpal Kayla, sedikit kemudian Kinan kembali menggelengkan kepalanya. "Aku tau, pasti gara-gara Stevan." Tebakan Kayla membuat kinan beralih menatapnya seakan memberi isyarat bahwa yang dikatakannya benar.
"Kau selalu bisa menebak apa yang tengah ada dalam pikiranku, Kayla" puji Kinan.
"Itu, Kayla gitu loch." Jawabnya bangga. "Ceritakan, apa yang terjadi antara kau dan Stevan." Pintanya sembari memasang telinga lekat-lekat. Terlihat Kinan mengambil nafas panjang sebelum akhirnya kata demi kata mulai terlontar dari bibirnya yang mungil, tak sedikit dari sedemikian kata yang terucap diiringi dengan isakan tangis yang menyebabkan buliran permata berjatuhan.
Ya, Kinan. Nama panggilan dari seorang mahasiswi jurusan bahasa arab yang tengah menempuh semester lima di salah satu universitas ternama. Nama lengkapnya Kinnatus Saudah. Namun, kebanyakan temannya memanggilnya Kinan, bukan Kinna. Ketika ditanya, mereka hanya menjawab lebih gampang saja. Semenjak dia menginjakkan kakinya di universitasnya sekarang, Kinan sudah kenal akrab dengan temannya, Kayla Nafisa yang kebetulan juga mahasiswi yang satu jurusan. Entah, pada waktu kapan dia mengenal Stevan Hendri Kusuma, laki-laki yang telah menyingkirkan bayang-bayang mantan kekasihnya. Dan telah berhasil membuat Kinan uring-uringan dikala tak mendengar kabarnya sedetik saja. Dan benar saja, sudah beberapa minggu, Kinan tidak lagi bertukar sapa dengan Stevan. Setiap kali dia menghampiri Stevan, dia hanya mendapat tatapan acuh tak acuh darinya. Kinan, tidak terima. Bahkan beberapa hari yang lalu, Kinan melihat Stevan membonceng cewek lain. Bukan hanya dia yang melihat, bahkan teman karibnya, Kayla juga melihat dengan mata kepalanya sendiri. Kinan tidak terima itu. Dia harus mendengar penjelasan langsung dari kekasihnya, Stevan. Namun, sampai saat ini Stevan tidak pernah menghubunginya, apalagi bertukar sapa dengannya.
"Kinan, kamu gak harus segitunya mikirin Stevan yang jelas-jelas telah memilih selingkuh darimu." hasud Kayla pada Kinan yang kini tengah menyandarkan pipinya yang basah dengan air mata ke bahu Kayla. Kaylapun mengelus kuncup kepala Kinan lembut. Kayla merasakan goncangan tubuh Kinan akibat isak tangisnya yang tak kunjung reda.
"Stevan tidak selingkuh, Kayla." Elak Kinan sembari menggelengkan kepalanya dari balik bahu Kayla. Terdengar Kayla menarik nafas berat. Entah apa yang harus dia lakukan untuk sahabatnya yang sudah dibutakan oleh cinta.
YOU ARE READING
Cintaku berbeda
Teen Fictionperbedaan menjadi penghalang cinta mereka, Kinan dan Stevan. bukan hanya perbedaan pemikiran, namun perbedaan keyakinan yang tak bisa dielakkan. mereka harus rela mengorbankan cinta yang telah mereka rajut sekian lama demi mempertahankan keyakinanan...