1

386 36 6
                                    

Sungguh aku tau kesalahan apa yang sekarang tengah aku perbuat. Aku selalu menjadi orang nomor satu yang akan membela temanku jika pacarnya menduakannya. Aku sangat menentang yang namanya di duakan. Aku sangat benci yang namanya si pihak ketiga atau   yang biasa disebut pelakor. Aku tidak tau, sejak kapan aku mulai menyukai sosoknya. Tampan? Heh, banyak lelaki tampan yang mendakati ku, tapi aku tak merasakan hal seperti yang kurasakan padanya. Kaya? Oh, jangan bercanda, aku juga kaya asal kalian tahu. Baik? Ini pertanyaan yang sangat bulshit. Setiap orang pastilah baik, tergantung dari segi mana kalian menilainya.

Awalnya aku memang menganggapnya teman lelaki seperti yang lainnya. Sampi pada suatu hari, ia mengatakan jika ia sudah berpisah dengan kekasihnya. Aku dan temanku tentu saja kaget, pasalnya ia sudah menjalin hubungan cukup lama. Dan yahh, mereka termasuk dalam relationship goals kata orang kebanyakan. Ketika di tanya kenapa ia putus, dia mengatakan jika ia tidak disetujui oleh keluarganya. Hmm, sungguh malang.

Hari demi hari berlalu, dia jadi sering berkunjung ke rumah bersama minggyu, yui, jiyoung, dan mark. Bukan hal baru jika mereka berempat sering datang kerumah, mereka sahabatku mulai dari kecil. Ohh~sungguh manis bukan. Bisa di bilang rumahku sudah menjadi basecamp bagi mereka ck. Entah siapa yang mencetuskan kalimat itu, entahlah aku tidak keberatan dengan itu. Toh, rumah ini juga luas dan aku hanya tinggal sendiri dirumah ini bersama beberapa pelayan. Ayah dan ibuku sangat sibuk dan terkadang tidak pulang dalam seminggu, aku memiliki seorang oppa dan dia juga sibuk menjalankan perusahaan yang baru ia rintis sejak setahun lalu.

Kembali ke kisah percintaanku. Awalnya aku menganggap biasa saja setiap adegan skinship yang ia lakukan padaku, toh temanku yang lainnya juga biasa melakukan itu terhadapku. Tapi sampai pada suatu hari, ia berbeda dari biasanya.

Ia mulai memberikanku kenyamanan di setiap waktu. Apa? Apakah aku mengaku aku nyaman? Oh, god. Tapi mau bagaimana lagi, aku memang merasakan itu jika berada di dekatnya. Semakin hari kami semakin dekat, dan terkadang ia memijat kaki ku lembut secara sembunyi-sembunyi di saat temanku yang lain tertidur karena kelelahan berceloteh sampai akhirnya akupun juga tertidur. Terkadang ia juga memelukku, aku tidak tau harus melakukan apa. Aku tidak bisa menghancurkan tiba-tiba suasana yang err~ baik mungkin, menjadi canggung bukan. Jadi aku hanya pasrah lalu melepaskan tangannya jika terdengar suara langkah kaki berjalan kearah kami.

Entahlah aku tidak suka jika yang lainnya menganggap aku dan dia sedang dekat. Tepatnya aku tidak suka jika di gosipkan dengan seorang lelaki yang jelas-jelas tidak ada hubungannya denganku dan dia juga sepertinya mengetahui apa yang ku mau.

Sampai pada suatu hari ia bercerita tentang keluarganya padaku. Keluarganya ingin bercerai, aku cukup kaget mendengar ceritanya. Aku memberikan semua nasehat-nasehat untuknya agar dia tidak terpuruk dengan keadaannya saat ini. Aku juga ikut sedih, walaupun keluargaku termasuk keluarga yang harmonis. Tapi aku sangat tau bagaimana terpuruknya dia waktu itu. Sejak saat itu, aku mulai meyakinkan diriku untuk selalu membuatnya terhibur, sebagai teman yang baik memang harusnya begitu bukan.

Aku mendengar mark yang berada disampingku berbicara pada jaehyun.

"Kenapa kau mematikan handphonemu? Tzuyu tadi menghubungiku katanya kau susah untuk dihubungi. Keluargamu khawatir katanya. Apa sesuatu sedang terjadi?" Ucap mark.

Jaehyun melirikku sekilas lalu menjawab.

"Oh, benarkah? Tak ada yang sedang terjadi. Tenang saja"

Mark mengerutkan keningnya. "Tapi kau mengatakan pada kami jika kau sudah putus dengan tzuyu".

"Eoh, pertengakaran kecil yah", sambung mark diikuti senyum remehnya.

"Maksudmu apa? Aku memang sudah putus dengannya."

"Sebentar lagi kalian pasti akan kembali lagi, ck. Kalian ini selalu saja begitu. Putus kemudian balikan lagi."

Seakan sebuah palu besar kini menghantamku. Apa? Selalu saja balikan? Apa maksudnya ini. Oh~tidak. Ini pertanda buruk. Aku tidak mungkin menjadi pihak ketiganya bukan. Ini sungguh tidak lucu. Tiba-tiba aku merasa pusing. Kuputuskan untuk beranjak ke kamarku setelah mengatakan kepada mark jika  aku ingin tidur di kamarku. Jiyoung, yui, dan minggyu terlihat kaget melihat perubahan wajahku yang tiba-tiba memucat ketika melewati mereka.

"Kau kenapa youngie. Apa kau sakit?", ucap minggyu.

"Tidak, aku hanya mengantuk"

"Oke. Baiklah", balas minggyu kemudian ia kembali bersama jiyoung dan iyu.

—————

Aku merenung di dalam kamarku. Aku gemetar bukan main. Tapi aku tidak menangis, aku hanya kaget. Aku menerawang langit yang cerah sore ini. Langit dan hatiku seakan tak sejalan, langit kini terlihat sangat cantik dan aku? Jangan tanyakan lagi. Wajah suram dan tak berdaya, apalagi yang bisa dibanggakan.

"Youngie~ya", panggil jaehyun.

Tangannya kini melingkar sempurna di pinggangku lalu dagunya ia sandarkan di pundakku. Aku merasa geli saat hembusan nafasnya mengenai kulitku dan sesekali mencium leherku. Ah~ aku bisa gila.

Aku melepas tangan jaehyun dengan lembut, lalu memutar tubuhku agar dapat melihat wajahnya. "Ini salah jae."

Jaehyun sepertinya kaget dengan perkataanku. Tapi detik kemudian, dia membawaku kedalam pelukannya.

"Tak ada yang salah youngie~, aku sudah putus dengannya", ucap jaehyun sambil mengelus kepalaku.

Aku melepas pelukannya lagi dengan lembut.

"Jae, sungguh ini salah. Biarpun aku tak mengenal tzuyu. Tapi ia teman sekolah kita dan dia teman akrab iyu." Aku menghela nafas lalu melanjutkan. "Walaupun aku termasuk dalam jejeran orang yang suka memberontak di sekolah, aku tidak tega jika harus menyakitinya." Ucapku lalu menundukkan wajahku sedih.

"Ssst, tak ada yang menyakiti disini youngie~. Aku dengannya sudah putus, dia melakukan itu karena dia masih menyukaiku, aku sudah tidak menyayanginya. Percayalah".

Aku manatap mata jaehyun. Tak ada kebohongan di matanya. Entahlah, aku bukan peramal,  tapi aku merasakan ketulusan dari setiap perkataannya. Seakan terhipnotis, ia mencium ku dengan lembut, aku tentu kaget. Aku tak tahu harus melakukan apa. Tiba-tiba jaehyun menarik tengkukku untuk memperdalam ciumanannya, sebelah tangannya kini memeluk pingganggku agar lebih dekat dengannya. Entah apa yang merasuki ku, kini aku membalas ciumannya sampai pada saat aku sudah kehabisan nafas. Jaehyun melepaskan tautan kami.

Jaehyun tersenyum menatapku. Lalu tangannya bergerak menyelipkan rambutku kebelakang telingaku.

Aku tidak bergeming dari tempatku. Aku merasa kaku di usia muda. Oh, god apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mau menjadi seorang yang terhipnotis seperti ini, menyebalkan.

"Istirahatlah, aku akan pulang dulu. Telfon aku jika kau rindu padaku", ucap jaehyun lalu mengecup bibirku sekilas.

"YAK, siapa yang akan rindu padamu", ucapku lalu mencubit perutnya asal.

Jaehyun terkekeh melihat tingkahku. Sedetik kemudian ia pun sudah keluar dari kamarku.

Aku kembali menerawang langit sore. See? Apa yang harus aku lakukan di saat aku terjebak dalam perasaan cinta yang tumbuh pada jae, rasa tidak enak pada tzuyu, dan rasa iba pada jaehyun yang beberapa hari ini tengah mengalami musibah. Heol~, aku harus bagaimana.

——————-

HAII HAIII, gimana dengan cerita terbaru aku😄. Aku ngga tau cerita ini akan aku lanjutin apa ngga, pengen aja nulis cerita tentang orang ketiga. Sekalian aku juga ingin membuka sisi lain dari si pihak ketiga. Belum tentukan. Sipihak ketiga ini yang biasa disebut sebagai pelakor yang 100% salah. Nah, ayoo vote atau comment gaes. Kalian mau aku lanjutin cerita ini atau ngga? Manurut kalian gimana?😊

Is This Really Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang