Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
bolos pelajaran bukanlah suatu kegiatan yang baru jisung lakukan sekali atau dua kali selama masa sekolahnya. setidaknya selama dua tahun ia duduk di bangku sekolah menengah atas, sudah menjadi kebiasaannya untuk bolos jika memang ia sedang malas menetap di kelas. daripada otaknya dipaksa untuk menerima materi pelajaran yang seabrek dan rumitnya minta ampun, jisung lebih memilih keluar, kemana saja asalkan tidak di dalam kelas. kadang ia pergi seorang diri dan di lain waktu bersama teman yang juga sedang penat.
seperti hari ini, di waktu siang yang panasnya terlalu menyengat bahkan pendingin ruangan di kelas 11 ipa 5 pun tidak bisa membantu, jisung sudah berencana untuk keluar dari kelas. bukan untuk mendinginkan diri, toh udara siang itu tidak lebih sejuk dari suasana di dalam kelas karena angin yang bertiup adalah angin panas. jisung hanya sedang tidak ingin mendengarkan guru kimianya berceloteh tentang teori kesetimbangan dan ia pun tidak ingin repot-repot memahami rumus-rumus kimia yang tertulis di papan tulis.
jisung beranjak dari tempat duduknya tidak lupa untuk mengambil sekotak bungkus rokok dari dalam tasnya dan menyimpannya ke dalam saku celana.
"pinjem korek, dong," pinta jisung kepada teman sebangkunya sebelum ia meninggalkan kelas.
sambil menyerahkan sebuah pemantik miliknya, pemuda yang tadinya sibuk membolak-balik halaman buku kimia itu bertanya, "mau kemana lo?"
"biasa, ikut kaga?"
"nggak usah ngajak aneh-aneh ya nyet udah tau gue bego kimia. udah sana pergi lo setan."
"oke deh bye sunwoo, selamat belajar," balas jisung beranjak sambil melayangkan kecupan dari jauh.
biasanya jisung akan pergi ke dekat ruang tari di belakang lapangan basket, bangunan itu sudah tidak pernah dipakai, kecuali ruang tari yang hanya dipakai di jam pagi. jauh dari jangkauan guru dan tidak pernah diawasi oleh satpam menjadikan tempat itu sebagai tujuan siswa-siswa yang ingin bolos pelajaran.
jisung duduk dan mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya, menjepitnya diantara kedua bibir dan perlahan membakar gulungan kertas nikotin itu. asap putih mengepul keluar dari mulutnya. bagi jisung, rokok sudah seperti sarana penghilang stress. kegelisahannya seakan perlahan menghilang, melebur bersama rokok yang ia isap dan hembuskan menjadi gumpalan asap. jisung masih ingat teguran ibunya saat ia pulang sekolah dengan seragamnya yang bau asap rokok di hari-hari kelas sepuluhnya. jisung hanya meringis tidak bisa menyangkal. beruntung ayahnya hanya tertawa melihatnya dimarahi sang ibu, setidaknya yang sang ayah katakan hanyalah "kau sudah besar ya, sudah berani merokok diam-diam, siapa yang mengajari?"
jisung tahu apa yang orang-orang katakan soal bahaya merokok itu benar, ia juga belajar biologi tentang gangguan kesehatan yang menyerang sistem pernapasan, tetapi belum ada niatan dalam dirinya untuk berhenti. lagipula baru juga dua tahun merokok, pikirnya, masih ada waktu untuk berhenti tapi tidak sekarang. ia akan memikirkan lagi untuk berhenti merokok jika ada cara lain untuk menghilangkan stress selain rokok. untuk sekarang belum ada.
