"Fokus, Jungkook! Ada apa dengan dirimu? Kenapa aktingmu sangat kacau?"
Jungkook mengusap wajahnya kasar. Ini adalah peringatan yang kesekian kalinya karena ia kurang fokus. Semua dialog yang biasanya bisa ia ucapkan dengan mulus, kali ini ia merasa ada sekat yang menghadang kerongkongannya sehingga ia sulit bernapas dan berbicara.
Jungkook menghempaskan tubuhnya ke kursi dan menghela napas lelah. Akhir-akhir ini ia merasa lebih cepat lelah, dan itu bukan dirinya yang sangat bersemangat dalam bekerja. Ia adalah pekerja keras yang begitu konsisten dengan waktu, ia juga sangat profesional sehingga banyak menerima tawaran bermain film ataupun mengisi acara talkshow.
"Masih memikirkan dia?" Jungkook membuka matanya saat seseorang sudah duduk di depannya dan menyodorkan minuman isotonik.
Tanpa menjawab, Jungkook segera mengambil dan meminumnya untuk sekedar membasahi tenggorokan.
Jungkook tersenyum kecut. Hanya karena satu nama sudah membuat hidupnya yang teratur menjadi berantakan.
"Jangan terlalu di pikirkan, Kook. Kau tahu? Semua yang kau lakukan sangat kacau semenjak satu minggu yang lalu," ucap Jimin yang merupakan manager Jungkook.
"Lantas apa yang harus ku lakukan?" tanya Jungkook dengan frustasi.
"Hiduplah seperti dulu. Jangan sampai kamu kehilangan jati dirimu. Kau tak lihat? Semua orang membutuhkanmu, banyak yang menunggu kehadiran seorang Jeon Jungkook. Sudah banyak acara yang aku cancel gara-gara semua ini," terang Jimin mencoba untuk memberikan pengertian kepada Jungkook.
Satu minggu yang lalu tepatnya pada tanggal 31 Desember, adalah hari penuh duka bagi seorang Jeon Jungkook. Kekasihnya, Naira yang sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia menjadi korban kecelakaan pesawat dan sampai saat ini ia tak ada kabar tentang keberadaannya.
Jungkook sangat berharap Naira selamat dan bisa menemuinya. Ia sangat berharap tahun ini bukanlah tahun terburuknya. Ia masih belum sanggup jika harus kehilangan Naira. Jungkook masih punya janji yang belum sempat ia tepati.
Kabar ini juga sempat membuat publik heboh. Pasalnya, Naira dan Jungkook terkenal sebagai pasangan yang romantis. Jarang terlibat cekcok dan tak ada kabar miring tentang hubungan mereka. Di tahun lalu, mereka menyandang gelar couple goals. Banyak yang ikut menangis dan mendoakan untuk keselamatan Naira. Mereka sangat berharap, pasangan itu bisa bersatu kembali.
Selama lima hari setelah kejadiam itu, Jungkook seolah tenggelam dalam kesedihan. Jimin kalang kabut mendata ulang semua jadwal Jungkook. Banyak yang ia cancel karena Jungkook benar-benar tidak mau datang. Sehari-hari yang ia lakukan hanya berdiam diri di kamar dengan laptop yang terus menyala, mencari perkembangan berita tentang kekasihnya.
Barulah di hari keenam ia mau mengikuti saran Jimin untuk sekedar keluar rumah menjernihkan pikirannya, dan hari ini ia memutuskan untuk melanjutkan kegiatan syutingnya.
"Berharap Naira masih selamat itu tidak salah, tetapi kau juga harus siap menerima kemungkinan terburuk yang akan terjadi."
Suara Jimin membuat Jungkook tersadar dari lamunannya. Semua yang diucapkan oleh Jimin benar, tetapi ia masih tidak sanggup. Apalagi jika ia teringat dengan tawa manis milik Naira. Rasanya, Jungkook tak akan sanggup membayangkan jika ia kehilangan Naira.
"Entahlah Jim, aku tidak tahu," ucap Jungkook lirih.
Jimin memandang Jungkook prihatin. Selain sebagai manager dan artis, Jimin serta Jungkook adalah sepasang sahabat sejak SMA. Mereka sudah sangat dekat bagaikan saudara, dan Jimin adalah saksi hidup Jungkook yang sangat menyayangi Naira melebihi hidupnya sendiri.